Untuk
sekian bulan, 10.224 jam, 613.440 menit dan genap 1.226.880 detik, tidak ada
hal-hal yang menjadikan keduanya untuk kembali bersapa walaupun hanya bertanya
kabar basa-basi di saat waktu berkumpul dengan kawan-kawan seperjuangan
lainnya.
Untuk
sekian bulan, 10.224 jam, 613.440 menit dan genap 1.226.880 detik, kau
mengambil jatah hitup itu dengan aktivitas-aktivitas yang cukup disukai, sebagai
penyalur hobi, pelepas penat, dan juga untuk segera berlepas diri dari
kewajiban dan amanah yang dititipkan. Kau menyukainya walaupun tidak luput dari
seru kesal, mengeluh, marah-marah, nangis-nangis, kecewa, terharu hingga tawa
lepas.
Kau
(berhasil) berlepas diri. Berlepas dari cerita juga kenangan yang lalu. Dan,
begitu menikmati hari demi hari dengan rutinitas yang tidak terlalu banyak
macemnya.
Kau
(berhasil) me-masa-bodoh-kan diri sendiri dari segala macam yang berseliweran
di kepala kau, yang ujung-ujungnya akan menuntut sebuah asumsi sepihak.
Berakhir menjadi harapan. Lalu, ekspektasi pun tumbuh liar, yang berbuah kecewa
bertubi-tubi.
Kau
mengapresiasi diri sendiri dengan beberapa kata yang diucapkan dengan lantang
pada cermin segiempat panjang yang bersandar di dinding kamar “Bisa juga kan ngelewatinnya. Berhasil juga
kan ya”
Kadang-kadang,
kau juga dengan baik hati berbagi dengan beberapa kenalan tentang keberhasilan (dalam melupakan) yang tentunya dengan
ciri khas kau menggunakan karakter-karakter orang yang ditemui dalam dunia
cerita-cerita fiksi.
Kau
bahagia sekali. Secara, hal-hal yang lalu itu sungguh-sungguh memenuhi
seperempat bagian dari hati kau.
Ya.
Atas semua yang terjadi selama 1.226.880 detik adalah keberhasilan. Dan, kau
merasa benar-benar berhasil.
Nyatanya
tidak.
Kau
kembali terlempar ke dalam ingatan dan juga keseruan masa lampau saat detik ke
1.724.040 dalam hidup kau.
Ada
yang datang. Lewat jalur yang super-super cepat pada masa sekarang.
Seruan
dan tanya kabar basa-basinya tentang rutinitas kau pada beberapa platform
sosial media itu cukup membuat kau kembali pada hati yang sempat akan mau
kosong.
Oh.
Hujan
badai itu kembali. Membasahi seluruhnya.
Hujan
badai yang tak pernah kau harapkan untuk kembali.
Yang
membawa berbagai macam hal yang tidak kau senangi
Namanya, siluet
tawa juga gerak-geriknya bercerita, mengobrol, juga hal-hal lalu yang menjatuhi
hati kau satu-persatu.
Kau basah kuyup.
Kau meringis.
Kau kesal.
Juga marah.
Ternyata kau masih perlu belajar
membangun tembok pertahanan yang kokoh
Kau perlu menebalkan hati lagi
Kau perlu melibatkan logika lebih
sering lagi
Kau perlu mengistrahakan perasaan
untuk tidak terlalu banyak ikut campur tentang ini.
Ia yang hanya mampir
Bertanya kabar
Tinggal memberi jawaban baik-baik
saja
Tapi kau malah yang rubuh,
Bukan fisik kau
Tapi yang lain, bernama hati.
Goyah lalu luluh lantah
berantakan.
Ia yang hanya mampir
Boleh jadi memang biasa saja
Tapi waktu seperkian menit itu
mampu mengekspektasikan berbagai hal
Yang juga sama berbuah kecewa.
Karena yang tepat
Pasti datang diwaktu yang tepat
Dan yang dijemput
Akan dijemput pada waktu yang
tepat juga.
Kau masih belum berhasil.
Kau
duduk. Dan, menatap langit. Tetap biru. Kau tersenyum saat kesal. Kau bahagia
saat kecewa. Kau mengambil keputusan dengan baik. Memeluk semuanya. Menerima
semuanya memaafkan diri kau sendiri juga.
Kau
tetap berhasil. Walaupun belum seratus persen.
Kau
tetap berhasil. Setidaknya dalam beberapa waktu kemarin, selama 1.226.880 detik.
Komentar
Posting Komentar