Yang
sempat teramati pada hari-hari yang lalu.
Baik
dalam cerita-cerita langsung maupun dari rupa foto pada sosial media.
Dan,
ini bukan cerita kau seorang.
Yang
lain juga. Mengalami-nya. Bisa lebih parah. Bisa lebih sakit. Tapi apapun itu,
semoga makna baik yang ingin dikabarkan dapat ditangkap.
______________________
Kau
melihat sosok perempuan yang sudah tidak asing lagi.
Benar,
perempuan itu adalah kawan dekat.
Yang
sering jadi kawan main bersama di masa-masa sekolah beberapa tahun lalu.
Saat
ini, perempuan yang kau lihat tidak duduk sendiri.
Ada
yang menemaninya, atau tepatnya ‘teman cerita’nya.
Kau
tahu itu dengan detail, karena kau selalu jadi pilihan untuk perempuan itu
bercerita kembali setelah usai dengan ‘teman cerita’nya yang lain.
_______________________
Waktu
terus berputar ya. Banyak yang sudah berubah. Aktivitas dan rutinitas kau
dengan yang lainnya.
Termasuk
dengan perempuan itu.
Jika
kemarin-kemarin kau selalu jadi yang pertama mendengar ceritanya,
Kali
ini, sejak beberapa bulan yang lalu, kau punya saingan untuk jadi pendengar
pertama cerita-ceritanya.
Heheh.
Tentu saja itu sedikit membuat kau cemburu lah ya.
Secara
posisi itu adalah posisi kau, dan sekarang sudah digantikan dengan orang yang
baru kemarin eh beberapa bulan yang lalu menawarkan diri jadi ‘teman cerita’nya
perempuan itu.
Semacam
teman dekat, begitulah.
Oke.
Kau terima posisi itu. Tak masalah selama kau tetap bisa jadi orang yang akan
tetap jadi teman baik dan bermain perempuan itu.
Menjadi
nyamuk di siang hari pun tak masalah.
Asal
semuanya baik-baik saja.
________________________
Waktu
berputar, rupa-rupa baik dan sangat baiknya satu sama lain tentu semakin
terlihat.
Meninggalkan
cerita yang beda-beda ditiap harinya.
Kau
juga berubah.
Perempuan
itu juga berubah.
Teman
dekat perempuan itu juga berubah.
Gaya.
Cara berpikir. Sikap. Kepribadian. Dan hal-hal lainya. Berubah sedikit demi
sedikit. Begitu yang terlihat.
_________________________
180
derajat.
Hari
ini, kau menyaksikannya sendiri.
Berubah.
Perempuan itu dan juga ‘teman cerita’nya
Bukankah
kemarin-kemarin semua tampak baik-baik saja
Bahagia.
Senang. Tertawa sama-sama akan hal yang tidak terlalu lucu.
Momen-momen
yang terabadikan dalam beberapa akun sosial media keduanya
Seperti
mengabarkan bahwa ‘baik-baik saja’
Waoh.
Angin
badai apa yang menerpa keduanya hingga memutuskan tak lagi saling berbagi
cerita seperti sedia kala?
_______________________
Kejadian
yang cukup membuat kau heran, dan tak bisa berkata-kata.
Dan,
Kau
menuntut perempuan itu untuk menjelaskan kesemuanya.
Kenapa?
Apa yang salah? Hujan badai apa yang menghapiri keduanya?
Sayang,
jawaban itu tak didapatkan.
Salah
kau juga. Berani-beraninya menuntut penjelasan pada kawan dekat kau disaat-saat
seperti itu.
Kau
mungkin ingin peduli, tapi momentum untuk peduli itu sedang bukan pada
waktunya.
Jika
pun dipaksa tampaknya kau macam orang yang kepo sekali dengan kehidupan yang
lain.
Semacam
roda. Kau dan perempuan itu kembali pada tempat yang sama sebelum ‘teman cerita’nya
bertamu,
Kau
kembali menjadi orang yang pertama yang menerima cerita-ceritanya.
Seminggu,
wajah dan mood-nya tidak menentu. Kadang cerah, kadang mendung, tak ceria.
Sebulan
berlalu, wajah dan mood-nya nulai membaik, walaupun sekali-kali masih tampak sendu.
Enam
bulan berlalu pula. Membaik sekali, perempuan itu kembali ceria seutuhnya.
Setahun.
Dua tahun terlewati. Per-kawan-an kau dan perempuan itu semakin membaik. Kau
bersyukur sekali.
Tapi.
Kau disadarkan kembali. Waktu bahagia itu punya batas. Begitu pun waktu
sedih-nya.
______________________
Per-kawan-an
itu kembali diuji. Menguji kesetiaan. Menguji kesabaran. Ya, seperti itulah.
Yang
membuat kau heran, sekaligus bertanya-tanya. Secepat itukah hati itu berubah?
Hati
yang luka itu baru saja pulih.
Kejadian
lampau baru saja dapat dipeluk semua.
Kini,
tanpa disadari. Perempuan itu, yang kau kenal baik sudah kembali datang dengan
cerita baru dan juga orang baru. Seperti kejadian 2 tahun lalu.
Oh.
Kau kehabisan kata. Kaget. Luar biasa.
Kau
ingin menghentikan.
Kau
meminta untuk tidak membuka pintu hati itu sekarang.
Kau baru saja
sembuh, Jun. Ga boleh diterima, untuk sekarang. Luka kau baru kering dari
pengkhianatan.
Terimakasih Sal
udah perhatian dan selalu ada macam alarm. Aku bisa mengambil pelajaran dari
kejadian lalu. Doakan yang baik untuk ku, Sal.
Kau
menggeleng. Tidak Jun. kau akan sakit
lagi jika tidak ada hal serius kedepannya. Yang datang sekarang tidak ada
jaminan bahwa akan sama saja dengan yang kemarin. Jangan Jun.
Percakapan
yang berakhir dengan saling memberi pengertian satu sama lain. Kau menerima
semua perjanjian beserta syarat dan ketentuan dengan perempuan itu.
Kau
dan perempuan itu, per-kawan-an yang kembali di uji.
Kau
berharap semuanya baik-baik saja.
Dan,
tentunya hati-hati itu tidak akan begitu luka seperti yang lalu.
_________________________
Kau
menggeleng pelan, menghembuskan nafas, dan sadar.
Bukan
kau saja yang pernah ada diposisi itu. Luka yang ditumbuhkan oleh sebab yang
tidak jelas.
Ada
yang lain. Yang bahkan membiarkan pintu itu kembali diketuk dan dipersilahkan
untuk masuk.
Padahal
kau menyaksikan sendiri, bagaimana pintu itu diperbaiki selama berbulan-bulan.
Komentar
Posting Komentar