Menjadi seorang ibu.
Akhir bulan juni tahun lalu lahir seorang bayi mungil tanpa tangisan kenceng. Walaupun kakinya diberi rangsang agar ia bisa menangis hanya direspon dengan suara eeeek eeeek eeek. Kemudian diputuskan harus rujuk ke rumah sakit di kota. Sekitar 45 menit perjalanan, anakku dan suami bersama petugas puskesmas menuju rumah sakit.
Aku? Saat itu sedang menangis tersedu-sedu di ruangan bersalin. Nangis sambil makan, karena kelaparan, lelah, sakit pas dijahit prineumnya sama bidan, terharu bisa lewati proses melahirkan dengan selamat, dan perasaan hampa juga. Campur aduk.
Setelah selesai dijahit, ganti baju dan sebagainya, aku tiduran saja. Keluarga berdatangan menjenguk silih berganti. Berulang kali disuruh tidur dan berusaha memejamkan mata, gak bisa. Walaupun ngantuk tapi gak bisa tidur.
Sekitar jam 10an malam baru keluar dari puskesmas. Kondisi tubuhku masih kliyengan. Belum berani banyak bergerak. Sampai di rumah aku tertidur pulas hingga lupa segalanya. Lalu, bangun keesokan harinya dengan segar tapi seluruh badan terasa sakit dan pegel. Alhamdulillah, banyak keluarga yang silih berganti membantu aku melewati proses pemulihan ini. Kalau gak ada mereka atas ijin Allah aku gak tahu lagi akan bagaimana.
Selama anakku di nicu, hanya bisa berkabar dengan suami dan menunggu dengan sabar dan tenang di rumah. Udah gak ada pikiran yang aneh-aneh. Dan aku ngerasa flat gitu aja. Gak tahu harus merasakan apa di masa berjauhan sama anak. Dari dia lahir sampai 3 hari kemudian, aku hanya melihatnya lewat hp. Belum melihat secara langsung.
Perubahan ini membuatku menjadi bingung. Berbagai macam suara terdengar. Beginilah begitulah. Jangan itu jangan ini.
Kemampuan beradaptasi menjadi kuncinya. Namun, selama 6 bulan terakhir ini kadang adpatasiku berhasil dan kadang juga tidak berhasil. Rasanya capek dan lelah sekali. Tapi, rasa itu segera menguap dengan adanya hal-hal kecil yang terjadi dalam keseharian kami.
Kini, tiap hari terus belajar dan beradaptasi. Sehari-hari bersama anak, ketawa bersama, bermain bersama, mager bersama, bosan bersama, juga menangis bersama.
Komentar
Posting Komentar