Saya yang masih dalam perjalanan,
perjalanan yang baru saja di mulai.
Benar adanya dalam perjalanan ini banyak
yang bisa diambil, dengan sedikit memumunculkan kepekaan terhadap sekitar, pada
apa yang pergi, dan yang datang.
Saya yang masih dalam perjalanan,
Yang belum menenukan apa-apa yang sedang
dicari,
Yang kurang peka dengan kejadian
sekitar,
Yang terkadang membenci dan mencintai sekaligus orang yang
sama.
Saya yang masih dalam perjalanan,
Yang lebih menyukai kesendirian.
Yang menerka-nerka arti dari suatu
pemberian,
Yang semakin sukar membedakan mana yang
kepura-puraan atau bukan.
Membangunnya dulu adalah suatu
kekeliruan,
Hingga lambat laun ia semakin menebal,
Sangat lekat dengan diri,
Ia yang saya sebut topeng.
Topeng kepuraan-puraan.
Hingga,
Saya semakin sulit untuk melihat
ketulusan yang lain.
Saya sibuk membenarkan apa-apa yang
terpikirkan, yang terlihat dan juga yang terdengar.
Siapa yang benar-benar mencintai?
Siapa yang benar-benar peduli?
Siapa yang sungguh tulus?
Lalu
Siapa yang hanya pura-pura?
Setiap waktu, setiap langkah, saya terus
bertanya hal-hal itu. Terlalu takut untuk mencintai, terlalu takut untuk
memercayai, terlalu takut untuk peduli, terlalu takut untuk menerima.
Saya, entah apa yang sedang dipikirkan sampai
se-takut itu.
Perjalanan yang baru dimulai ini
mengajarkan banyak hal dan hanya saja,
saya menyadari semuanya lambat sekali.
Bertemu orang baru,berkenalan, lalu
akrab,
Mengunjungi tempat baru, bermain
bersama, cerita segala hal, saling berkabar, saling memberi sekaligus
menerima,saling nasehat menasehati, saling kecewa, dan saling kesal. Dan saya
menyadari bahwa pernah merasakan secara
bergantian, dengan orang yang sama, dengan orang yang baru.
Terimakasih,
saya bukan sekali dua kali merasakannya,
berkali-kali bahkan lebih hingga sekarang, tapi saya terlambat sekali
menyadarinya.
Tentang saling menyayangi, saling
memercayai, saling peduli.
Dan sekarang, saya mengerti walaupun
hanya sedikit bahwa untuk memahami hal-hal tersebut bukan seperti membalikkan
telapak tangan, langsung terjadi begitu saja dengan intensitas pertemuan yang
mungkin ga terlalu sering.
Untuk kamu yang telah datang menghapiri
kehidupan saya, mengetuk pintu hati, membuka mata, melebarkan sayap,
menggenggam tangan, merakul dan ikut
membantu. Semoga Allah balas semua kebaikan kamu, kebaikan yang baru saya
sadari, kehadiran yang berpengaruh, senyum tawa yang tulus.
Saya mengerti, untuk perasaan yang
bergejolak sejak dulu. Sejak saya merasa mencari sesuatu yang menyenangkan, Saya
menemukan kamu di tengah perjalanan ini. Saya menemukan kamu dalam kekosongan (berteman).
Saya menemukan diri saya sendiri dalam diri kamu. Saya menemukan tawa saya
sendiri dalam diri kamu, saya menemukan semangat berbagi, menemukan arti
kepedulian, menemukan kasih sayang, menemukan rasa kecewa, menemukan rasa yang
lama tak saya kenal dari diri saya
sendiri, dan dari kamu saya menemukan sebagaian yang saya cari.
Adakah kata-kata yang lebih dari kata
terimakasih? saya ingin berucap itu untuk kebaikan kamu.
Sejauh apapun saya mencari, sejatinya saya
tidak akan menemukan jika masih tak peduli sama keadaan sekitar.
Saya tahu itu sekarang dari kamu.
Bahwa,
Saya harus lebih peka agar yang lain peka
Saya harus lebih peduli agar yang lain peduli
Saya harus lebih menyayangi agar yang lain menyayangi juga.
Saya harus lebih tak membenci agar yang
lain tak membenci.
Saya harus lebih memberi agar yang lain
memberi.
Saya yang harus memulainya, saya yang
harus berkorban lebih dulu, saya sendirilah bukan orang lain.
Sayalah yang harus melakukannya lebih
dulu,
Maka jikapun semua itu tak ternilai
dalam pandangan mereka, saya harus belajar lagi sepertinya, belajar mengenali
diri saya sendiri, intropeksi diri,
mungkin masih ada yang salah, mungkin masih ada yang kurang, atau mungkin masih
ada yang keliru, dan Dia yang Maha Tahu ga akan melupakan semua hal yang terjadi,
termasuk apapun yang telah dilakukan.
Penilaian Dia adalah yang utama, sedangkan
yang lain bukan menjadi tolak ukur dalam berbagi dan bermanfaat untuk yang lain.
Saya keliru,
mencari kemana-mana jawaban dari segala tanya, akan tetapi jawabannya itu dekat sekali. Ia adalah diri saya sendiri.
Dan kamu, sekali lagi telah sabar,
menemani saya untuk menemukan diri saya sendiri.
Kamu, adalah sahabat-sahabat saya,
orang-orang sekitar dalam kehidupan saya, keluarga-keluarga dekat maupun
keluarga jauh saya, yang sudah bersedia dan sabar menemani saya dalam
perjalanan ini.
Terimakasih untuk kamu semuanya.
Rabb, I know, RencanaMu lebih baik dari
rencana saya.
Rabb, sampaikan salam dan terimakasih
untuk orang-orang yang datang dan singgah dalam hidup saya. Alhamdulillah. Lirih saya.
See you next time, ditulisan berikutnya :) :)
Salam Bahagia untuk kita semua :)
dari google.com
Komentar
Posting Komentar