#Percakapan Z & S 1: Teman Cerita



“Kamu ngapain sekarang? mau jalan ga?
“Rencananya mau lanjut ngerjakan tugas ini.”
“Yah. Yaudah”
“Eh tapi gak apa-apa deh. Ayok main. Ku jemput habis magrib ya”
“Hahahaha. Dasar. Okesip. Ku tunggu”

Percakapan via whatsapp itu selesai dengan emot ketawa sampai keluar air matanya. Adzan magrib dikumandangkan. Selesai. Lalu segera bersiap untuk menjeput Zeki dirumah.

“Zek, aku udah didepan rumah kau”
“Oke Shil. Mau keluar ini”

Pertemuan dua anak manusia. Layaknya pertemuan-pertemuan yang terjadi kebanyakan, bersapa akrab sesuai dengan kebiasaan tersendiri, saling menawarkan wajah berseri dan manis, saling mengalirkan perasaan senang dengan menjabat tangan, saling bertanya kabar. Lalu, berangkat menuju tujuan untuk memberi angin segar pada mata jiwa dan raga, dan tidak menutup kemungkinan meluangkan sedikit cerita yang sempat tak tersampaikan kepada yang lain.

“Kamu ngapain aja beberapa hari ini?”
“Duh. Gimana ya. Sedikit kurang baik, Zek. Hahaha”
“Kenapa? Main trus ya?”
“Hehhe. Dikitlah. Masih belum menemukan mood yang pas buat melahap habis deadline yang tertulis didinding kamar. Huhu”
“Hahahaha. Aku juga kok. wkwk”
“Yaudah. Masih ada teman. Hahaha”

Makanan yang dipesan masih dibuatkan. Shisil dan Zeki memilih tempat duduk dengan pencahayaan lampu-lampu di tempat makan ini yang cukup oke,  kali-kali saja kalau ingin mengabadikan momen terlihat bagus nanti. Dan, sebut saja ini salah satu tempat favorit keduanya. Terlalu sering berkunjung. Minuman yang dipesan tiba lebih dulu, satu botol air mineral, jus alpukat serta café latte. 5 menit kemudian, pesanan lainnya dianter. Satu porsi gado-gado pedes, siomay juga roti bakar coklat. Aroma dan tampilannya sedikit menggoda

“Pesanannya sudah semua ya kak”
“Iya benar kak. Terimakasih”
“Sama-sama kak”

Pelayan itu-pun berpamitan meninggalkan meja keduanya. Keduanya lalu menikmati makanan dan minuman yang ada. Seperti anak-anak manusia pada umumnya, lebih-lebih anak muda, makan sedikit-sedikit sambil ngobrol adalah hal yang cukup menyenangkan walaupun sedikit membuang-buang waktu dan lama.  

“Shil. Kamu ada sesuatu yang mau diceritakan ga?”
“Ehm. Banyak Zek. Cuman aku ga tahu harus mulai dari yang mana dulu. Hahahaha”
“Asyik. Ya udah. Satu-satu deh. Aku siap jadi pendengar yang baik malam ini”
“Aku sekarang ngerti Zek, walaupun tak sepenuhnya mengerti banget tentang diriku sendiri.
Kemarin aku kepengen banget baca buku tentang catatan suka-duka jadi seorang introvert. Dan, aku berhasil mendapatkannya walaupun itu pinjeman. Hah”

Sambil makan. Satu suap-dua suap. Zeki menunggu lanjutannya. Tidak mendesak Shisil untuk segera lanjut.

“Aku senang banget lah. Secara itu jadi incaran banget dari tahun lalu. Gara-gara kemahalan bukunya aku mundur untuk tidak membelinya dulu. E ternyata pas aku buka IG, trus kebetulan teman yang ku follow punya buku itu, langsung pinjem. Haahaha. Kau tahu-lah gimana aku kalau dapat yang jadi incaran”
“Sedikit heboh dan berlebihah”
“Ya begitulah.”

Masih makan. Kali ini saling nyicip makanan satu sama lain. Sengaja pesannya seperti itu, biar bisa saling menyicipi. Tempat makan yang semakin malam semakin ramai. Jalanan juga masih ramai.

“Secara garis besarnya aku suka buka itu, Zek. Hampir semua yang dituliskan adalah hal-hal yang memang pernah ku rasakan dan lalui. Malu buat ngomong dihadapan orang banyak, tidak bisa spontan, merasa grogi jika tak ada persiapan, merasa tidak nyaman dengan keramaian, berdiam diri didalam rumah berhari-hari dengan setumpuk bacaan atau tontonan sudah cukup menjadi hiburan, jalan keluar rumah isi tasnya kalau ga buku bacaan ya buku kecil beserta pulpen –berharap bisa berguna kalau sekiranya ada hal-hal yang perlu dicatat atau untuk melewati hari agar tak bosan”
“Yayayayayaya. Kau memang kurang lebih begitu yang ku lihat, Shil”
“Aku kira aku kenapa-kenapa. Merasa sedikit berbeda dengan kebanyakan orang yang ku temui. Termasuk kamu Zek, tapi setelah baca buku itu, sekarang aku sedikit mengerti. Seperti habis minum obat. Secara yang mungkin kemarin suka jahat sama diri sendiri dengan membandingkan-bandingkan atau tidak menyadari akan hal-hal positif dari diri sendiri, dst. Sekarang udah tak terlalu begitu. Ya, isinya lebih banyak memberi pelajaran untuk memahami dan melapangkan hati menerima terutama sama apa-apa yang ada dalam diri kita sendiri. Kamu harus baca zek, untuk bisa memahami diri kau sendiri dan menjadi penasehat ku ntar kalau aku salah.”
“Duh. Menarik kayaknya. Bolehlah. Asal kau pinjamkan”
“Oke, nanti ku pinjamakan sama teman”
“Ehm. Btw, syukurlah kalau kau punya cara pandang yang lebih baik pada dirimu sendiri sekarang. Jadi udah berani buat berbagi pahit bahagianya hidup kah ini? kau kan suka nyimpan sendiri. Aku udah cerita banyak hal, eh kamu biasanya dikit. Malah ga jelas pula cerita kau dulu-dulu”
“Hahaha. Ya sedikitlah. Ku coba jadikan kau teman cerita ku, Zek. Kau harus terima dan siap.”
“Aku udah siap sejak kita bertemu pertama kali, Shil. Karena emang harapan ku jadi pendengar yang baik”
“Oh satu lagi. Aku pemilih, Zek. Aku tidak suka cerita hidup ku jadi konsumsi banyak orang. Makanya tidak banyak orang yang jadi tempat ku bercerita. Lebih suka menyimpannya. Lalu disalurkan dengan cara yang membuat ku merasa aman dan tak diketahui. Tapi kalau ke kamu pengecualian. Kalau kau ceritakan kepada yang lain lagi, cukuplah hari ini Zek kau jadi pendengarku.”
“Ih. Enggak kali. Emang aku apa-an yang membeberkan cerita orang lain. Cerita kau tak akan menarik perhatian teman-teman ku juga. Haha. Jadi tenang. E nanya dong. Kau kenapa ga bisa percayaan sama orang? Pernah dikhianatin?”
Suara klakson mobil-motor dijalan raya semacam jadi pengiring obrolan malam itu. Pengiring yang tak diinginkan. Berisik, dan tidak ada seni-seninya dalam mengklakson. Kalau klaksonnya berirama mungkin akan sedikit lebih baik tapi itu tak mungkin. Oke lupakan saja. Obrolan dua anak manusia itu masih berlanjut. Makanan di piring masing-masing sudah bersih dilahap. Minuman pun tinggal sekali-dua kali sedot akan tinggal gelasnya saja.

“E bukan ga percayaan. Gimana ya bilangnya. Aku percayaan kok sama orang, cuman butuh tindakan-tindakan dulu. Tindakan kesetian dalam berkawan. Semacam pengorbanan gitu. Kalau cuman sayang-sayang lewat kata, lewat puisi mah lewat. Aku ga percayaan sama orang-orang macam itu. Kebanyakan gombalnya. Pura-pura. Ga tulus. Aku milih yang paling bisa dipercayain, mau sedikit ga tidur gara-gara bantuin aku walaupun ga diminta (Misalnya ya. Misalnya aja ya). Macem gitulah. Pernah dikhianatin mah iya. Namanya juga manusia.”
“Hahaha. Jadi aku sudah masuk melakukan pengorbanan ini sehingga kau dapat bercerita kepadaku dengan santai?”
“Sekarang ku bilangnya iya, Zek.”
“Hahahaha. Oke baiklah. Gapapa Shil. Kau itu unik. Tetap jadi kayak gitu. Anak manusia yang cukup membuatku ingin bertahan dengan ikatan pertemanan ini. Kau baik. Jadi, tetap jadi unik versi terbaik kau sendiri. Ah gitu pokoknya”
“Doakan aku, Zek. Terimakasih loh ya.”

Hari sudah cukup larut. Hanya satu dua orang yang tersisa di tempat makan. Lagu-lagu pilihan yang diputar oleh karyawan di tempat makan terasa tepat. Bila tua nanti kita kan hidup masing-masing. Ingatlah hari ini. dst. Shisil dan Zeki ikut menyayikannya, menggoyang-goyangkan kepala dan kaki, ikut memukul pelan mejanya.

“Pulang yuk, Zek. Aku udah ga ada cerita lagi ini”
“Oke. E foto dulu yuk sekali”

Cekrek. Cekrek. Selesai. 5 foto dengan gaya ala-ala zaman sekarang berhasil terabadikan dengan kamera samsung galaxy J2 berwarna silver.

“Kau tak ada yang ingin diceritakan, Zek?”
“Gampang mah aku. Nanti ku ceritakan lain waktu. Kali ini cerita kau lebih menarik dan mengajarku beberapa point. Ceritaku sedikit kalah bagus dari cerita kau”
“Oke baiklah.”
Angin malam yang cukup jahat, menembus kain jaket yang dikenakan malam itu. Membuat keduanya kedinginan di saat perjalanan pulang. Kalau dijalan masih ramai. Diwarung-warung makan pinggir jalan juga. Café coffie juga masih ramai. Anak muda sedang duduk-duduk. Yang ngantri di pom bensin apalagi. Aduhai, mau kemana para manusia-manusia ini. Kesibukan yang tak terhitung. Kuasa yang Maha Kuasa. Langit tampak tak berbintang. Biasanya juga begitu. Mari #percakapanzekishisilsatu ini ditutup dengan ucapan terimakasih dan selamat tidur dari dua anak manusia itu.

“Terimakasih ya Shil untuk obrolannya malam ini”
“Terimakasih kembali zek. Kau pendengar yang baik”
“Tapi kau pencerita yang baik pula. Selalu bermakna”
“Syukurlah. Asal tak berlemak”
“Ga lucu. Tapi aku akan tertawa”

Hahahahahahhahahaha. Keduanya tertawa.

“Aku pulang ya, bye. Assalamualaikum”
“Iya. Hati-hati. Waalaikumsalam.

Selamat tidur Zeki. Selamat tidur shisil.

__________________________
Semoga esok langit hati kita tetap cerah ya.

See you di #percakapanzekishisildua
Wassalamualaikum. Bye.

Komentar

  1. weeee gila siiih:")
    ajarin saya bikin topik simple jadi keren gini dong, buu!!

    BalasHapus

Posting Komentar