Hari-hari
yang dilewati selama akhir bulan ini sedikit menguras tenaga, hingga diawal
bulan yang biasanya orang-orang menyembut adalah bulan hujan, kau masih
melewati hari-hari itu.
Yang
memaksa kau untuk memikirkan hal X, Y, Z. Menuntut kau untuk lebih ramah. Memaksa
kau untuk percaya diri. Meminta kau untuk berbicara layaknya tanpa beban, tanpa
wajah bingung, tanpa rupa menghafal.
Kau
menarik nafas berulang kali saat tuntutan-tuntutan itu harus kau lakukan.
Kau
mengondisikan diri sebisa mungkin untuk terlihat baik-baik saja dan tidak
mengecewakan yang telah mengajari selama beberapa akhir itu.
Kau
juga berusaha untuk tetap tenang, dan tidak memberontak pada hal-hal yang
menjadi kan kau tidak nyaman dengan tindakan yang tak menyenangkan.
Bagi
kau.
Ini
adalah hal baru.
Jika
selama beberapa tahun terakhir kau dengan nyaman dan entengnya menikmati
secangkir teh, atau semangkuk bakso dengan sahabat-sahabat kau ditempat yang
ramai, penuh canda tawa, penuh rupa, tanpa memikirkan dengan baik-baik darimana
kesemuanya itu datang.
Dari
pengorbanan siapa? Dari perjuangan yang bagaimana rupanya? Dari cara dan
langkah seperti apa?
Kau
sedikit tidak memikirkannya. Kau hanya mencukupkan pikiran kau dengan apa-apa
yang tampak.
Iya,
kau menghentikan pikiran kau untuk menelusuri jauh ke dalam tentang rezeki yang
diperoleh itu.
Ah.
Egois.
Memang.
Tidak
bisa dipungkiri, bahwa keegoisan itu muncul tanpa dihalang-halangi oleh
keinginan untuk tidak egois.
Bagi
Kau.
Hari-hari
ini sedikit jahat terhadap diri kau sendiri.
Waktu
dan jatah bermain kau berkurang.
Waktu
dan jatah berjumpa dengan teman-teman kau berkurang.
Waktu
dan jatah kau dengan tumpukan lembah-lembar cerita pun berkurang.
Padahal,
jika ditelusuri malah inilah yang baik untuk kau.
Jika
tidak ada hari yang super-super menarik tenaga juga pikiran kau dari pagi
hingga malam maka kau tak akan mengerti seberapa berharganya waktu luang tanpa
kesibukan.
Jika
tidak ada hari-hari dengan rutinitas yang itu-itu saja dari pagi hingga malam
maka kau tak akan mengerti betapa berharganya waktu 5 menit atau 30 menit untuk
menulis beberapa kalimat
.
Jika
tidak ada hari-hari jahat itu,
Maka
kau tidak akan mengerti betapa pentingnya pertemuan dan bercerita banyak hal,
dan melupakan dunia maya dan seisinya.
Dan,
juga. Kau tidak akan mengerti betapa berharganya sebuah kertas dengan
gambar-gambar tokoh pahlawan itu bisa menetap ditangan kau.
Dan,
juga. Kau tidak akan mengerti betapa beratnya menjadi seorang anak berusia
bukan anak-anak lagi.
Dan,
kau tidak akan mengerti betapa menyenangkan menjadi anak-anak, dan tidak
menyenangkan menjadi seseorang yang telah beranjak dewasa.
Hehehehe.
Pelajaran
berharga.
Bagi
kau, ini
adalah pelajaran berharga. Bukan lagi tentang bicara yang lemah lembut dan
saling sungkan-sungkanan.
Tidak
ada hal-hal seperti itu yang kau temui.
Semuanya
berubah. Hampir 180 derajat terbalik dengan aktivitas dan rutinitas kau
beberapa tahun lalu.
Jika
kau tidak bisa. Kau lelet. Kau seenaknya. Kau acuh tak acuh. Tak ada cerita kau
akan ditegur dengan lembut. Dengan tatapan manis. Dengan candaan.
Tapi
sudah dengan tatapan yang cukup menggambarkan kenjekelan, kesel, ga suka, juga dengan
nada-nada yang cukup tinggi yang sebenarnya adalah biasa saja. Memang biasa
saja, Tapi bagi kau yang belum terbiasa, menjadi sedikit nyesek.
Kau
disadarkan dengan secara jujur. Kau disadarkan dengan cara yang berbeda. Kau
diingetkan bahwa sekarang sudah waktunya hidup kau ya hidup kau, hidup dia ya
hidup dia, hidup mereka ya hidup mereka. ya begitulah. Keindividuan itu semakin
terlihat. Keinginan-keinginan individu itu benar-benar tampak.
Ah,
sebegitu jahatnya dunia yang bukan dunia anak-anak ini.
Kau
pengen rehat sejenak. Tapi, panggilan untuk mencurahkan tenaga dan pikiran
mengetuk pintu rumah kau.
Kau
pengen menyendiri sejenak dengan lembaran-lembaran buku. Tapi, tubuh kau tak
sanggup untuk berlepas diri dari kasur yang lumayan empuk disunyinya malam.
Kau
pengen menghirup udara siang dengan tanpa memikirkan batas maksimal waktunya.
Huft
Kau
ingin ngeluh.
Tapi
cepat-cepat kau disadarkan bahwa kau pernah berharap hari-hari ini ada dalam
hidup kau.
Kau
ingin berbalik badan, dan melangkah menjauh.
Tapi
cepat-cepat kau inget bahwa ada banyak yang menginginkan menjadi seorang
seperti kau.
Kau
menepi.
Mengatur
ritme langkah.
Kau
berseru.
You can do it
Kau
merentangkan tangan, membiarkan pori-pori tangan tersentuh lembut oleh angin
pagi.
Lalu
tersenyum.
You can do it.
Komentar
Posting Komentar