Dear Kamu...



Dear kamu.

Akhirnya punya kesempatan juga bersua dengan mu walaupun hanya lewat kalimat-kalimat panjang berikut ini.

Berharap kamu tidak akan mengantuk saat membacanya.

Hm. Kalimat-kalimat berikut ini hanya bentuk bahagia dan bersyukurnya pada Sang Pengendali Semesta yang telah mencintai kamu dengan segala kebaikan dan dijauhkannya dari segala keburukan, menjaga kamu hingga pada kalimat terakhir pada tulisan ini, juga telah berkenan mempertemukan kamu dengan orang-orang baik dan baik sekali, menjaga dan membantu hubungan pertemanan kamu hingga langgeng sampai hari ini juga besok-besok, hingga pada alam yang bukan dunia lagi. Sekali lagi, kalimat-kalimat berikut ini adalah luapan bahagia juga haru melihat kamu masih bisa senyum dan baik-baik saja --–walaupun harus patah berkali-kali dulu.

Tahun 2018. Akhirnya kamu terlihat sedikit mengerti, tepatnya merasakan dengan benar apa-apa saja efek dari semua kejadian dan pilihan yang telah kamu lakukan dulu. Kamu merasa hidup semakin gado-gado. Merasa bahwa semakin mengerikannya dunia dan seisinya. Makhluk-makhlukNya yang ada semakin buas saja sama yang ditawarkan dunia. Kamu juga perlahan digerus. Oleh keinginan-keinginan.

Tahun 2018. Akhirnya kamu terlihat tersenyum pada beberapa tulisan yang terpajang di dinding-dinding kamar yang cukup luas itu. Kamu tersenyum sekaligus tertawa, dan juga berkomentar lalu meng-aamiinkan. Tersenyum melihat hal-hal yang kau coret, juga tertawa melihat beberapa kalimat nasehat, teguran, motivasi, atau tepatnya kalimat reminder. Pesan-pesan dan ucapan selamat serta doa-doa dari orang-orang baik yang dikenal ikut-ikutan membuat kamu tersenyum sekaligus tertawa.

Hahaha. Tertawa. Lebih tepatnya kamu menertawarkan diri sendiri yang sudah ngelewatin hal-hal yang sudah di coret di list-list dinding. Kamu tertawa karena eh ke-lewat-tin juga ini, eh ini juga, eh ini juga, eh itu juga. Padahal dulu pas kamu nulisnya ya sambil senyum, ga PD bakalan bisa, dan penuh rasa cemas tak berkesudahan, sekarang ngeliatnya sambil tertawa. Se-lucu dan Se-warna-warni itu hidup kamu. Tepatnya di dua ribu delapanbelas ini.

Tahun 2018. Disatu hari dalam 365 hari, kamu benar-benar merasa bahwa betapa menjadi anak-anak adalah hal yang paling menyenangkan. Ga ada yang perlu dikhawatirkan dan ditakutkan. Cukup tentang berteman, bermain, senang-senang, yang ada. Bahagia yang tanpa ada kepura-puraan. Ah, dulu waktu kamu kecil juga ga merasa kayak gitu, malah ngerasa ngeliat orang dewasa adalah seru dan menyenangkan gitu. Ternyata kebalik. Ya gitu pokoknya.

Tahun 2018. Waktu yang sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pengertian-pengertian baru, pemahaman-pemahaman baru, sudut pandang baru, orang-orang baru. 365 hari kamu yang sangat-sangat berarti. 365 hari kamu yang penuh makna –semoga 365 hari kamu juga penuh pembelajaran. 365 hari kamu yang penuh warna sungguhan. 365 hari kamu yang penuh kejutan-kejutan. 365 hari kamu yang membuat sadar, bahwa diri kamu sendiri butuh didengarkan dan diperhatikan.



Dear kamu.

Ada yang mau di-ucapkan dan di-sampaikan. Terimakasih dan Maaf selama 365 hari di tahun ini untuk semuanya. Kejadian-kejadian ditiap waktu selama 365 hari, bener-bener mengajak kamu untuk berkenalan dengan alam dan penghuni bumi, dan akhirnya, kamu paham tentang warna-warni-nya dunia yang kamu tempatin ini.

Dear kamu.

Terimakasih, karena hingga detik ini masih bertahan dan baik-baik saja.
Terimakasih, karena masih bisa menertawakan diri sendiri atas kejadian-kejadian lucu di 365 hari ini.
Terimakasih, karena sudah mau menuliskan beberapa keinginan dan bersedia memujudkannya.
Terimakasih sudah mau makan dan minum dengan baik.
Terimakasih sudah memilih tidur yang cukup walaupun kadang berlebihan.
Terimakasih sudah memilih mengunjungi alam-alam Nya ditengah rutinitas dan rasa malas.
Terimakasih sudah mau tersenyum dan juga menangis.
Terimakasih sudah bangun pagi walaupun serinh kesiangan.
Terimakasih sudah mau bersabar.
Terimakasih sudah mau belajar.
Terimakasih sudah mau memberi.
Terimakasih sudah mau membaca banyak hal walaupun dominan fiksi
Terimkasih sudah ---pernah kesel dan marah-marah sama orang yang aslinya baik.
Terimakasih sudah banyak dan sering melibatkan perasaan disetiap momen.
Terimakasih sudah pernah marah-marah.
Terimakasih sudah pernah jadi manusia pendiam, kaku, dan egois.
Terimakasih sudah bersedia mau jadi orang yang peduli walaupun dengan paksaan.
Terimakasih sudah memilih tertawa, bahagia, dan baik-baik saja pada alam dan makhlukNya.
Terimakasih banyak kamu. Terimakasih banyak sudah mau terseok-seok, merangkak menuju Tuhan kamu.
Terimakasih banyak. Untuk hal-hal dunia juga akhirat yang coba kamu lakukan.
Terimakasih banyak, semoga Tuhan memaafkan atas semua hal-hal bodoh yang kamu lakukan dan kerjakan dengan sengaja dan tak sengaja itu.

Dan, maaf. Jika sering menyakiti. Sering lupa merawat kamu. Sering lalai sama kamu. Sering jarang bersyukur dengan kamu. Maaf ya.

Terimakasih kamu.



Kamu, yang sejak hari ke tujuh belas di dua puluh dua tahun lebih 3 bulan lewat 13 hari lalu yang resmi terlahir ke dunia, alam yang tak pernah kamu tahu bagaiamana akan berakhir, dan resmi di beri tanda pengenal nama dengan ‘KHUSNUL KHATIMAH’. Seperti yang dikenal oleh orang-orang selama ini. Dan, semoga benar-benar bisa menjadi seorang makhlukNya yang husnul khotimah, sungguhan.












Komentar