(Bukan) Ainun Habibie #ceritarandombag.5

Selasa, tanggal 19 Februari. Seorang teman menghubungi lewat whatsapp, yang seperkian detik setelah menerima pesannya jadi senyum-senyum bahagia gitu. YES. Hehe. Bagaimana tidak senang, jika beberapa bulan kemarin kami hanya berkomunikasi via whatsapp, dan obrolannya selalu terselip ajakan untuk saling mengunjungi di kota rantauan ‘Ayok main ke Malang’ atau ‘ayok lanjut kuliah lagi di Malang’ atau ‘Ayok jalan-jalan ke Makassar’ atau ‘Kapan pulang, aku udah di Bima’ dan semacam itulah. Ya, sebenarnya kalimat-kalimat ajakan via whatsapp itu memang jatuhnya seperti basa-basi karena stok bahan untuk chattingan mulai habis. Hihihi. Dan, kalimat basa-basi itu pun berakhir nyata. Alhamdulillah, 21 Februari kemarin, Allah kasih umur dan kesempatan buat makhluk-makhluk kecil dan lemah ini bertemu.
"Hei, Dimana dirimu? Aku di Malang" Begitulah pesan singkat yang masuk pagi itu, Pada hari Selasa, 19 Februari.
"Lho. Aku masih di Probolinggo. Kamu sampai kapan di Malang?. Tunggu aku." Begitu balas ku, dan tidak lupa emot ketawa yang tersedia di whatsapp ku sisipkan di akhir kalimat, yang mewakili ekspresi ketika mengetik balasan.
Akhir cerita chat, dia yang kebetulan di Malang sampai jumat sore, dan aku yang yang balik Malang rabu pagi merepet ke siang, dan kamis sama-sama tidak punya agenda sehingga kami tak punya alasan lagi untuk tidak membuat kesempatan bertemu. Sip.
21 Februari, hari kamis. Pagi-pagi ku chat dia, ajak ketemu. Emang dasar suka jalan sama main ya, dapat tamu atau teman atau keluarga atau saudara yang mengunjungi Malang senang banget, yang secara tidak langsung menandakan bahwa ada kesempatan untuk main dan mengunjungi tempat-tempat wisata di Malang. Walaupun nyatanya tempat itu lagi, itu lagi, itu lagi yang dikunjungi. Tak apa, tak apa. Semua yang ada di Malang maunya dikenalkan, dari A sampai Z. Hwaaaaaaaaah, rencana hanya rencana, tidak semua dapat ACC dari yang Maha Berkehendak. Dari ke tujuh tempat wisata yang jadi list pagi itu, hanya 3 yang di prioritas. Dari 3 yang jadi prioritas hanya 2 yang dikunjungi. Dari 7 tempat yang dilist hanya satu yang betul-betul dikunjungi sesuai rencana. Selain itu, Allah yang berkehendak. Sip.
Paralayang. Salah satu tempat  yang kami kunjungi. Yang sesuai dengan rencana awal. Kami sampai di paralayang sekitar pukul 11 siang. Untuk kali pertama, karena biasanya selama ini ke sana ya sore sampai malam. Kalau info dari google, Paralayang masih termasuk tempat wisata yang menjadi pilihan para wisatawan yang sedang-dan-mengunjungi Batu-Malang. Apalagi sekarang, Paralayang semakin dipercantik dengan adanya beberapa spot untuk pengunjung mengabadikan momen, dan akses jalan menuju ke sana juga semakin baik. Dulu, 2014 sejak pertama ke Malang jalannya masyaAllah bikin gemes, hahaha.



Sekitar 20-30 menit menikmati pemandangan kota batu dari atas gunung, hujan pun turun. Gerimis dulu deh. Kami langsung berteduh, masuk ke warung ibu-ibu jualan yang berjejer di lokasi. Ainun pesan minum, aku juga. Alhamdulillah hujan turun. Tidak lama, hanya beberapa menit saja, lalu reda lagi. Trus adzan dzuhur pun terdengar. Kami pun sholat dzuhur dulu sebelum melanjutkan mengeksplore tempat lain lagi. Sip.
Cuacanya sejak tadi memang sudah mendung. Hanya menghitung menit, hujan lebat akan turun. Dingin. Tapi tidak sedingin dulu sih. Hehe.
“Jadi kemana, Nun?. Omah kayu atau taman langit, atau dua-duanya?.
“Omah kayu, yuk” Serunya, sambil merapikan mukenah yang ia pakai tadi.
“Boleh-boleh saja. Tapi cuacanya agak kurang bersahabat, Nun.” Gerimis memang sudah reda, tapi hujan sebentar tadi cukup membuat jalan ke omah kayu becek dan licin pastinya.
“Iya ya. Gimana dong? Ke taman langit saja? Tapi pengen omah kayu juga. Taman langit adanya apa saja memang? Taman langit saja kali ya.” Serunya. Tampak bingung ia. Hal yang sebetulnya bisa sederhana sekali, tapi menjadi ribet ketika itu jatuh kepada kaum perempuan.
“Setahu ku sama aja sih, menyediakan spot-spot foto gitu. Kalau omah kayu ya Rumah di pohon gitu, spot foto bentuk lain juga ada. Kalau taman langit aku belum pernah masuk sih, cuman yang ku tahu itu spot fotonya banyak juga. Kayak yang ada di IG itulah. Tapi kalau dilihat-lihat cuacanya ini ya, omah kayu terlalu bahaya sih. Taman langit saja kah?”
Ainun tampak mengangguk-ngangguk. Menimbang-nimbang. Tampaknya ia masih galau. Wkwkwk. Untung saja gak bilang terserah. Repot lah jadinya.
“Ini malah mau ujan lagi” tambah ku.
Dan, tanpa menunggu lama, hujan yang baru saja mereda kembali deras. Kali ini lebih deras dan lebih lama dari yang sebelum dzuhur tadi. Akhirnya kami tidak masuk dulu karena gimana mau masuk, hujan dan petir terlihat sedikit mengerikan. Digunung lagi. Haha. Kami berteduh di dekat loket pintu masuk. Berteduh sembari bercerita macem-macem. Dari pengalamannya Ainun selama kuliah di Makassar dan bagaimana seru dan enaknya di sana, juga beberapa hari selama di Kediri tempat  ia sekarang belajar.
“Makanan di sana bikin perut ku gak enak.”
Aku ketawa. “Masakannya enak-enak tapi kan?”
“Iya enak, cuman perut ku ga cocok gitu”
“Belum terbiasa saja mungkin. Sabar”
Atau gantian aku yang bercerita kemarin ke Probolinggo dalam rangka apa. Atau lompat lagi ke cerita-cerita teman semasa SMA. Atau cerita-cerita lagi tentang acaranya besok sabtu di Jakarta. Dan banyak hal lainnya. Alhamdulillah, setelah topik cerita dirasa mulai habis, dan hujan tak menunjukkan akan mereda, dan ditambah angin meniup-niup sampai kerasa ke tulang-tulang dinginnya. Kami memutuskan turun, ke warung-warung bawah. Tampaknya lebih aman daripada kami berdiri teduh di dekat loket yang semakin lama tidak melindungi dari air hujan.
Hujannya awet banget. Tapi mereda juga. Trus gerimis lagi. Gerimis yang ke tiga ini rupanya tak menjadi penghalang kami untuk tetap masuk ke taman langit. Yes, proses mengabadikan momen itu pun berlangsung. Dan, ditengah-tengah mengeksplorer spot foto, gerimis yang tadi mulai mereda sekarang makin deras, dan untung saja ada cafe didalamnya, jadi bisa berteduh. Sip.
“Masuk ga?”
“Emang boleh? Kita kan udah minum di bawah. Masa mau makan lagi.
“Hujannya makin deras ini”
“Emang boleh berteduh aja? Takutnya ga boleh”
“E yaudah kita coba aja dulu”
Kami pun masuk dan duduk di salah satu meja dan kursi kosong. Awalnya kami masih bersikukuh untuk tak pesan makan atau minum. Tapi lama-lama ga enak juga sih duduk tanpa ngemil dan minum sesuatu.
“Pesan minum aja yuk, nanti pesannya satu aja, trus kita minum dan makan berdua. Biar sweet nah”
“Boleh-boleh”
Pesenan pun tiba. Roti bakar satu porsi dan minuman masing-masing, Ga jadi berdua. Hihi.



Jadi, sedikit cerita. Ainun ini teman SMA. Dulu tahu dia karena di kasih tahu orang tua. Trus berlanjut jadi kenal dan berteman setelah satu sama lain kita punya teman main yang sama. Namanya Desy. Dia di Makassar juga. Bulan depan insyaAllah wisuda. Alhamdulillah.
MasyaAllah, itu yang trus ku lirihkan melihat Ainun sekarang. hihi. Dia udah berubah banget, penampilannya duh, ukhti-ukhti masyaAllah sekali. Jadi di Makassar itu luar biasa deh pengaruh tarbiyah atau pengkaderanya ke mahasiswa-mahasiswa. Hampir semua mahasiswa yang kuliah di Makassar dari kampung halaman ku pulang-pulang udah pakai syari. Berubah 180 derjat dah dari sebelumnya. Proud sekali. Sip.
Sembari menikmati teh hangat dan roti bakar, kami nge-games. Games yang selalu dan gak pernah ketinggalan selama kumpul sejak sama teman-teman kuliah, dan kalau ada kumpul-kumpul dengan yang lain juga. Saat SMA juga dulu pernah sih. Melingkar berbanyak orang, trus pakai botol sosro untuk alat bantu games-nya. Haha.
Iya bener. Games truth or dare. Tapi ujung-ujungnya lebih banyak yang milih truth daripada dare. Obrolan kami lewat games tanya-jawab ini sedikit berfaedah. Haha. Senang akutuh kalau kayak gini. Jadi pertanyaannya bukan seputar tentang doi-doi-an lagi. Haha.
Gunting
Batu
Kertas
Yes. Aku menang. Seru Ainun.
Games kali ini, Ainun lebih mendominasi. Memberikan beberapa pertanyaan. Ada sih tantangannya juga, tapi keburu malu mau ngelakuinnya. Haha.
“Arti sahabat menurut kamu kayak gimana” Pertanyaan pertama Ainun.
Aku diam sebentar. Mengumpulkan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Ainun. Haha.
“Ia yang disebut sebagai sahabat atau diakui sebagai sahabat tidak perlu berpatokan sama sering dan jarangnya intensitas pertemuan sih. Biar walaupun sekali-dua kali, tapi kalau udah ketemu luar biasa menyatunya satu sama lain. Biar chat-chatnya jarang, tapi kalau udah ngechat obrolannya ngalir saja. Sahabat itu lebih ke tentang rasa nyaman dan pengertian. Trus, kita kadang ga terlalu sungkan untuk meminta bantuannya. Aku mengartikan definisi sahabat sih kayak gitu.” kesimpulan singkat yang ku terjemahkan dari berbagai pertemuan yang telah berlangsung selama masa pencarian makna ‘SAHABAT’.
“Asyik” Serunya pendek.
Saatnya aku yang bertanya, “Ainun, kasih aku nasehat atau motivasi dong” hihihi
“Itu bukan pertanyaan. Ganti-ganti.” Ia menolak. Aku tetap tak mau mengalah untuk mengganti pertanyaan. Hehe. Dan, 5 menit berlalu belum ada jawaban.
“Apa saja deh. Yang kamu temui hari ini atau yang kamu dengar atau yang kamu tahu. Bebas” Jelasku.
5 menit kedua akhirnya dijawab.
“Apa ya, ehm. Pertama, sering-sering telepon atau komunikasi sama orang tua. Dalam sehari minimal satu kali. Laporin agenda kita yang mau dikerjakan dan atau yang sudah dikerjakan. Mereka perlu tahu kabar dirimu tiap waktu sebenarnya”
Aku dalam hati Ah, tahu aja nih anak kalau yang sedang dinasehatin ini lama banget udah tidak telpon sama keluarga. Hiks.
“Trus, kedua saling berbagi.”
Aku mengangguk mantap. Haha. Pertanda siap diingat dan dilakukan. Noted.
“Aku masih suka upload-upload foto tahu. Gimana sih menurut kamu? Kan, jarang bet-bet-bet kamu upload foto” Hahahahaha
Akhirnya nanya ini juga. Aku perlu mendengar alasannya (juga).
“Kalau upload-upload tujuannya baik, kontennya baik, menginspirasi, ya gak apa-apa. Lihat kontennya yang mau disampaikan. Kan semuanya bakal dihisab. Gituloh.”
Aku mengangguk. Mengingat-ngingat upload-tan selama ini gimana ya? Hehe.
“Yang penting itu bermanfaat ga buat yang liat, kalau ga, mending ga usah di upload”
“Tapi susah kali, Nun. Hm”
“Semuanya bakalan dihisab, Nul”
“Hm. Iya sih. Yaudah siap di noted
Itu pendapatnya. Pendapat aku, dia, kamu mungkin tidak sama. Tak apa, semua kembali ke niat dan diri kita sendiri. Huhuhu.
Aslinya lumayan panjang obrolan tentang tanya-jawab ini. Sampai roti juga teh hangat yang dipesan tadi habis, dan gerimis mulai mereda. Tampak lebih cerah dibanding tadi. Angin dan dinginnya tetap.
“Apa yang mau dicapai satu tahun ini?” Ainun kepada ku.
Lalu, kami melanjutkan perjalanan mengunjungi bagian dari taman langit dengan beberapa pengunjung lainnya. Mengabadikan momen pun berlangsung. Tanpa ingin melewatkan spot foto ala-ala. Senyum-bergaya dengan latar gunung-pohon-gini cantik dan sejuk sekali. Mata berasa seger-seger gitu. Sip.

Satu hal yang disukai dalam perjalanan ini, Obrolan satu-sama-lain yang coba dibangun dengan mempertanyakan banyak hal dan bercerita banyak hal, Walaupun itu tidak penting sekali. tapi lebih baik karena meminimalisirkan waktu kami masing-masing untuk sibuk dengat gadget.
Perjalanan yang ditutup dengan tawa pastinya. Sholat ashar sekalian, lanjut dengan makan duren di pinggir jalan, lalu bakso di pinggir jalan juga. Alhamdulillah.
Magrib baru benar-benar sampai di rumah. Halo. Terimakasih untuk 8 jam yang disediakan.
Kami gagal ke labirin. Ke rumah warna-warni. Ke selekta. Ke omah kayu. Ke meseum angkut. Beberapa lokasi gagal karena budgetnya tak memadai. Beberapa lagi karena waktunya yang tak cukup. Sederhananya, gak di ACC sama Yang Maha Berkehendak.
Lupa. Kami menutup perjalanan hari itu dengan mengunjungi kampus dulu, Brawijaya. Hahaha. Mengajaknya mengelilingi UB, dan menjelaskan ini itu. Tidak lupa menawarkan foto di spot favorit, Bundara UB dan depan tulisan UNIVERSITAS BRAWIJAYA. Percaya atau tidak, spot-spot beginian mungkin terlihat biasa saja, tapi untuk yang baru pertama kali akan beda rasanya jadi semacam ada WOW gitu. Haha. Kebiasaan juga gitu.


Selalu senang menemani mereka yang mau melihat Malang lebih banyak. Selama main biasanya gak kerasa capek tapi kalau udah pulang sampai dirumah langsung tepar lemes tak berdaya. Bye.
Sekian dan terimakasih
Sampai jumpa dicerita random berikutnyaa. Enjoy!!!!!

Komentar

Posting Komentar