Selasa, tanggal 19
Februari. Seorang teman menghubungi lewat whatsapp,
yang seperkian detik setelah menerima pesannya jadi senyum-senyum bahagia gitu.
YES. Hehe. Bagaimana tidak senang, jika beberapa bulan kemarin kami hanya
berkomunikasi via whatsapp, dan
obrolannya selalu terselip ajakan untuk saling mengunjungi di kota rantauan ‘Ayok
main ke Malang’ atau ‘ayok lanjut kuliah lagi di Malang’ atau ‘Ayok jalan-jalan
ke Makassar’ atau ‘Kapan pulang, aku udah di Bima’ dan semacam itulah. Ya,
sebenarnya kalimat-kalimat ajakan via whatsapp
itu memang jatuhnya seperti basa-basi karena stok bahan untuk chattingan mulai
habis. Hihihi. Dan, kalimat basa-basi itu pun berakhir nyata. Alhamdulillah, 21
Februari kemarin, Allah kasih umur dan kesempatan buat makhluk-makhluk kecil
dan lemah ini bertemu.
"Hei, Dimana
dirimu? Aku di Malang" Begitulah pesan singkat yang masuk pagi itu, Pada
hari Selasa, 19 Februari.
"Lho. Aku
masih di Probolinggo. Kamu sampai kapan di Malang?. Tunggu aku." Begitu
balas ku, dan tidak lupa emot ketawa yang tersedia di whatsapp ku sisipkan di akhir kalimat, yang mewakili ekspresi
ketika mengetik balasan.
Akhir cerita chat,
dia yang kebetulan di Malang sampai jumat sore, dan aku yang yang balik Malang
rabu pagi merepet ke siang, dan kamis sama-sama tidak punya agenda sehingga
kami tak punya alasan lagi untuk tidak membuat kesempatan bertemu. Sip.
21 Februari, hari
kamis. Pagi-pagi ku chat dia, ajak ketemu. Emang dasar suka jalan sama main ya,
dapat tamu atau teman atau keluarga atau saudara yang mengunjungi Malang senang
banget, yang secara tidak langsung menandakan bahwa ada kesempatan untuk main
dan mengunjungi tempat-tempat wisata di Malang. Walaupun nyatanya tempat itu
lagi, itu lagi, itu lagi yang dikunjungi. Tak apa, tak apa. Semua yang ada di
Malang maunya dikenalkan, dari A sampai Z. Hwaaaaaaaaah, rencana hanya rencana,
tidak semua dapat ACC dari yang Maha Berkehendak. Dari ke tujuh tempat wisata
yang jadi list pagi itu, hanya 3 yang di prioritas. Dari 3 yang jadi prioritas
hanya 2 yang dikunjungi. Dari 7 tempat yang dilist hanya satu yang betul-betul
dikunjungi sesuai rencana. Selain itu, Allah yang berkehendak. Sip.
Paralayang. Salah
satu tempat yang kami kunjungi. Yang
sesuai dengan rencana awal. Kami sampai di paralayang sekitar pukul 11 siang. Untuk
kali pertama, karena biasanya selama ini ke sana ya sore sampai malam. Kalau
info dari google, Paralayang masih
termasuk tempat wisata yang menjadi pilihan para wisatawan yang sedang-dan-mengunjungi
Batu-Malang. Apalagi sekarang, Paralayang semakin dipercantik dengan adanya beberapa
spot untuk pengunjung mengabadikan momen, dan akses jalan menuju ke sana juga
semakin baik. Dulu, 2014 sejak pertama ke Malang jalannya masyaAllah bikin
gemes, hahaha.
Sekitar 20-30 menit
menikmati pemandangan kota batu dari atas gunung, hujan pun turun. Gerimis dulu
deh. Kami langsung berteduh, masuk ke warung ibu-ibu jualan yang berjejer di
lokasi. Ainun pesan minum, aku juga. Alhamdulillah hujan turun. Tidak lama,
hanya beberapa menit saja, lalu reda lagi. Trus adzan dzuhur pun terdengar. Kami
pun sholat dzuhur dulu sebelum melanjutkan mengeksplore tempat lain lagi. Sip.
Cuacanya sejak tadi
memang sudah mendung. Hanya menghitung menit, hujan lebat akan turun. Dingin.
Tapi tidak sedingin dulu sih. Hehe.
“Jadi kemana, Nun?.
Omah kayu atau taman langit, atau dua-duanya?.
“Omah kayu, yuk”
Serunya, sambil merapikan mukenah yang ia pakai tadi.
“Boleh-boleh saja.
Tapi cuacanya agak kurang bersahabat, Nun.” Gerimis memang sudah reda, tapi hujan
sebentar tadi cukup membuat jalan ke omah kayu becek dan licin pastinya.
“Iya ya. Gimana
dong? Ke taman langit saja? Tapi pengen omah kayu juga. Taman langit adanya apa
saja memang? Taman langit saja kali ya.” Serunya. Tampak bingung ia. Hal yang
sebetulnya bisa sederhana sekali, tapi menjadi ribet ketika itu jatuh kepada kaum
perempuan.
“Setahu ku sama aja
sih, menyediakan spot-spot foto gitu. Kalau omah kayu ya Rumah di pohon gitu,
spot foto bentuk lain juga ada. Kalau taman langit aku belum pernah masuk sih,
cuman yang ku tahu itu spot fotonya banyak juga. Kayak yang ada di IG itulah.
Tapi kalau dilihat-lihat cuacanya ini ya, omah kayu terlalu bahaya sih. Taman
langit saja kah?”
Ainun tampak
mengangguk-ngangguk. Menimbang-nimbang. Tampaknya ia masih galau. Wkwkwk.
Untung saja gak bilang terserah. Repot lah jadinya.
“Ini malah mau ujan
lagi” tambah ku.
Dan, tanpa menunggu
lama, hujan yang baru saja mereda kembali deras. Kali ini lebih deras dan lebih
lama dari yang sebelum dzuhur tadi. Akhirnya kami tidak masuk dulu karena
gimana mau masuk, hujan dan petir terlihat sedikit mengerikan. Digunung lagi.
Haha. Kami berteduh di dekat loket pintu masuk. Berteduh sembari bercerita macem-macem.
Dari pengalamannya Ainun selama kuliah di Makassar dan bagaimana seru dan enaknya
di sana, juga beberapa hari selama di Kediri tempat ia sekarang belajar.
“Makanan di sana
bikin perut ku gak enak.”
Aku ketawa.
“Masakannya enak-enak tapi kan?”
“Iya enak, cuman
perut ku ga cocok gitu”
“Belum terbiasa
saja mungkin. Sabar”
Atau gantian aku
yang bercerita kemarin ke Probolinggo dalam rangka apa. Atau lompat lagi ke
cerita-cerita teman semasa SMA. Atau cerita-cerita lagi tentang acaranya besok sabtu
di Jakarta. Dan banyak hal lainnya. Alhamdulillah, setelah topik cerita dirasa
mulai habis, dan hujan tak menunjukkan akan mereda, dan ditambah angin
meniup-niup sampai kerasa ke tulang-tulang dinginnya. Kami memutuskan turun, ke
warung-warung bawah. Tampaknya lebih aman daripada kami berdiri teduh di dekat
loket yang semakin lama tidak melindungi dari air hujan.
Hujannya awet
banget. Tapi mereda juga. Trus gerimis lagi. Gerimis yang ke tiga ini rupanya
tak menjadi penghalang kami untuk tetap masuk ke taman langit. Yes, proses
mengabadikan momen itu pun berlangsung. Dan, ditengah-tengah mengeksplorer spot
foto, gerimis yang tadi mulai mereda sekarang makin deras, dan untung saja ada
cafe didalamnya, jadi bisa berteduh. Sip.
“Masuk ga?”
“Emang boleh? Kita
kan udah minum di bawah. Masa mau makan lagi.
“Hujannya makin
deras ini”
“Emang boleh
berteduh aja? Takutnya ga boleh”
“E yaudah kita coba
aja dulu”
Kami pun masuk dan
duduk di salah satu meja dan kursi kosong. Awalnya kami masih bersikukuh untuk
tak pesan makan atau minum. Tapi lama-lama ga enak juga sih duduk tanpa ngemil
dan minum sesuatu.
“Pesan minum aja
yuk, nanti pesannya satu aja, trus kita minum dan makan berdua. Biar sweet nah”
“Boleh-boleh”
Jadi, sedikit
cerita. Ainun ini teman SMA. Dulu tahu dia karena di kasih tahu orang tua. Trus
berlanjut jadi kenal dan berteman setelah satu sama lain kita punya teman main
yang sama. Namanya Desy. Dia di Makassar juga. Bulan depan insyaAllah wisuda.
Alhamdulillah.
MasyaAllah, itu
yang trus ku lirihkan melihat Ainun sekarang. hihi. Dia udah berubah banget,
penampilannya duh, ukhti-ukhti masyaAllah sekali. Jadi di Makassar itu luar
biasa deh pengaruh tarbiyah atau pengkaderanya ke mahasiswa-mahasiswa. Hampir
semua mahasiswa yang kuliah di Makassar dari kampung halaman ku pulang-pulang
udah pakai syari. Berubah 180 derjat dah dari sebelumnya. Proud sekali. Sip.
Sembari menikmati teh
hangat dan roti bakar, kami nge-games.
Games yang selalu dan gak pernah ketinggalan selama kumpul sejak sama
teman-teman kuliah, dan kalau ada kumpul-kumpul dengan yang lain juga. Saat SMA
juga dulu pernah sih. Melingkar berbanyak orang, trus pakai botol sosro untuk
alat bantu games-nya. Haha.
Iya bener. Games truth or dare. Tapi ujung-ujungnya lebih
banyak yang milih truth daripada dare. Obrolan kami lewat games
tanya-jawab ini sedikit berfaedah. Haha. Senang akutuh kalau kayak gini. Jadi
pertanyaannya bukan seputar tentang doi-doi-an lagi. Haha.
Gunting
Batu
Kertas
Yes.
Aku menang. Seru
Ainun.
Games kali ini,
Ainun lebih mendominasi. Memberikan beberapa pertanyaan. Ada sih tantangannya
juga, tapi keburu malu mau ngelakuinnya. Haha.
“Arti sahabat
menurut kamu kayak gimana” Pertanyaan pertama Ainun.
Aku diam sebentar.
Mengumpulkan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Ainun. Haha.
“Ia yang disebut
sebagai sahabat atau diakui sebagai sahabat tidak perlu berpatokan sama sering
dan jarangnya intensitas pertemuan sih. Biar walaupun sekali-dua kali, tapi
kalau udah ketemu luar biasa menyatunya satu sama lain. Biar chat-chatnya
jarang, tapi kalau udah ngechat obrolannya ngalir saja. Sahabat itu lebih ke
tentang rasa nyaman dan pengertian. Trus, kita kadang ga terlalu sungkan untuk
meminta bantuannya. Aku mengartikan definisi sahabat sih kayak gitu.” kesimpulan
singkat yang ku terjemahkan dari berbagai pertemuan yang telah berlangsung
selama masa pencarian makna ‘SAHABAT’.
“Asyik” Serunya
pendek.
Saatnya aku yang
bertanya, “Ainun, kasih aku nasehat atau motivasi dong” hihihi
“Itu bukan
pertanyaan. Ganti-ganti.” Ia menolak. Aku tetap tak mau mengalah untuk
mengganti pertanyaan. Hehe. Dan, 5 menit berlalu belum ada jawaban.
“Apa saja deh. Yang
kamu temui hari ini atau yang kamu dengar atau yang kamu tahu. Bebas” Jelasku.
5 menit kedua
akhirnya dijawab.
“Apa ya, ehm.
Pertama, sering-sering telepon atau komunikasi sama orang tua. Dalam sehari
minimal satu kali. Laporin agenda kita yang mau dikerjakan dan atau yang sudah
dikerjakan. Mereka perlu tahu kabar dirimu tiap waktu sebenarnya”
Aku dalam hati Ah, tahu aja nih anak kalau yang sedang
dinasehatin ini lama banget udah tidak telpon sama keluarga. Hiks.
“Trus, kedua saling
berbagi.”
Aku mengangguk
mantap. Haha. Pertanda siap diingat dan dilakukan. Noted.
“Aku masih suka upload-upload
foto tahu. Gimana sih menurut kamu? Kan, jarang bet-bet-bet kamu upload foto”
Hahahahaha
Akhirnya nanya ini
juga. Aku perlu mendengar alasannya (juga).
“Kalau
upload-upload tujuannya baik, kontennya baik, menginspirasi, ya gak apa-apa.
Lihat kontennya yang mau disampaikan. Kan semuanya bakal dihisab. Gituloh.”
Aku mengangguk.
Mengingat-ngingat upload-tan selama ini gimana ya? Hehe.
“Yang penting itu
bermanfaat ga buat yang liat, kalau ga, mending ga usah di upload”
“Tapi susah kali,
Nun. Hm”
“Semuanya bakalan
dihisab, Nul”
“Hm. Iya sih.
Yaudah siap di noted”
Itu pendapatnya.
Pendapat aku, dia, kamu mungkin tidak sama. Tak apa, semua kembali ke niat dan
diri kita sendiri. Huhuhu.
Aslinya lumayan
panjang obrolan tentang tanya-jawab ini. Sampai roti juga teh hangat yang
dipesan tadi habis, dan gerimis mulai mereda. Tampak lebih cerah dibanding
tadi. Angin dan dinginnya tetap.
“Apa yang mau
dicapai satu tahun ini?” Ainun kepada ku.
Lalu, kami
melanjutkan perjalanan mengunjungi bagian dari taman langit dengan beberapa
pengunjung lainnya. Mengabadikan momen pun berlangsung. Tanpa ingin melewatkan
spot foto ala-ala. Senyum-bergaya dengan latar gunung-pohon-gini cantik dan
sejuk sekali. Mata berasa seger-seger gitu. Sip.
Satu hal yang disukai
dalam perjalanan ini, Obrolan satu-sama-lain yang coba dibangun dengan
mempertanyakan banyak hal dan bercerita banyak hal, Walaupun itu tidak penting
sekali. tapi lebih baik karena meminimalisirkan waktu kami masing-masing untuk
sibuk dengat gadget.
Perjalanan yang
ditutup dengan tawa pastinya. Sholat ashar sekalian, lanjut dengan makan duren
di pinggir jalan, lalu bakso di pinggir jalan juga. Alhamdulillah.
Magrib baru
benar-benar sampai di rumah. Halo. Terimakasih untuk 8 jam yang disediakan.
Kami gagal ke
labirin. Ke rumah warna-warni. Ke selekta. Ke omah kayu. Ke meseum angkut.
Beberapa lokasi gagal karena budgetnya
tak memadai. Beberapa lagi karena waktunya yang tak cukup. Sederhananya, gak di
ACC sama Yang Maha Berkehendak.
Lupa. Kami menutup
perjalanan hari itu dengan mengunjungi kampus dulu, Brawijaya. Hahaha.
Mengajaknya mengelilingi UB, dan menjelaskan ini itu. Tidak lupa menawarkan
foto di spot favorit, Bundara UB dan depan tulisan UNIVERSITAS BRAWIJAYA.
Percaya atau tidak, spot-spot beginian mungkin terlihat biasa saja, tapi untuk
yang baru pertama kali akan beda rasanya jadi semacam ada WOW gitu. Haha.
Kebiasaan juga gitu.
Selalu senang menemani mereka yang mau melihat Malang lebih banyak. Selama main biasanya gak kerasa capek tapi kalau udah pulang sampai dirumah langsung tepar lemes tak berdaya. Bye.
Selalu senang menemani mereka yang mau melihat Malang lebih banyak. Selama main biasanya gak kerasa capek tapi kalau udah pulang sampai dirumah langsung tepar lemes tak berdaya. Bye.
Sekian dan
terimakasih
Sampai jumpa dicerita
random berikutnyaa. Enjoy!!!!!
๐
BalasHapusTerimakasih sudah mau membacaaanya๐๐๐
Hapus