(Main) Ke Probolinggo Part 1 #ceritarandombag.6


Jika cerita random kemarin tentang seorang teman mengunjungi, kali ini cerita random tentang mengunjungi seorang teman. Sip.
Kurang lebih 5 hari di Probolinggo. Kota yang selama ini hanya ku lewati saja selama 4 kali pulang pergi Bima-Malang ketika libur semester genap yang merangkap liburan hari raya idul Fitri. Bahagia. Entahlah, selalu senang kalau ada perjalanan-perjalanan gini. Bisa lihat ramainya jalan. Lewati pasar-pasar di setiap daerah. Lewati sawah. Lewati laut. Lewati gunung. Lewati rumah penduduk. Lewati hutan. Sesuatu hal yang saat itu juga sadar gak sadar sedang mengajari ehm atau lebih kek mengingatkan ke diri sendiri tentang Allah tuh emang Maha Kuasa. Liatlah betapa banyak manusia tapi semuanya punya rezeki dan jalan masing-masing. Punya kadar bahagia dan kadar sedih masing-masing. Kadar kecewa. Kadar terluka. Sesuai porsinya. Sesuai kesanggupannya. Semacam ada yang manggil-manggil dengan suara lantang dan ngotot, HALO HUSNUL, MASIH NGERASA KAMU YANG PALING MENDERITA KARENA BELUM ADA PEKERJAAN ATAU PENGHASILAN? (HAHAHAHA) ATAU MASIH NGERASA KAMU YANG TIDAK PUNYA BAKAT APAPUN. Merasa, kok masa depan gak ada tampak cerah-cerahnya. Atau masalah lain-lain, yang super banyak dan kompleks.

Perjalanan. Emang selalu menarik untuk dijadikan momen merenung. Merenung tentang banyak hal. Tapi jangan sampai renungan-renungan itu hanya saat perjalanan itu saja, saat sampai rumah e kembali lagi seperti semula. Tidak mensyukuri apa-apa yang sudah ada. Hiks.
Ngomong-ngomong perjalanan lagi. Asli. Ada gak ada waktu, sepertinya itu tuh perlu diadakan. Kenapa? Karena emang seru dan menyenangkan gitu. E tapi kalau gak suka jalan-jalan ya gak apa-apa, bisa pakai cara lain yang tidak kalah seru dan menyenangkan. Tapi tidak mengapa kok dicoba dulu untuk melakukan perjalanan.  Hehe. Duh, kemana-mana.
Memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Probolinggo emang pengen refreshing-in diri dan hati. Sepertinya sudah lama sekali tidak bepergian jauh. Berharap bisa dapat pelajaran-pelajaran baru. Berharap bisa jadi manusia yang lebih lapang dan lebih ikhlas gitu. Yang lebih luas pandangannya sama kehidupan ini. Healah begaya ngomong gini. Tapi memang aslinya begitu, agar hati tidak berkarat dan bergelut karena terus-terusan menggurutu ini itu.
Yang diatas-atas sedikit nyotek sama perkataan orang-orang keren yang sudah lebih dulu menemukan dirinya sendiri. Orang-orang yang sudah melewati berbagai rintangan dalam hidup. Nah, kepengen juga ngerasakan dan mencari siapa sih manusia yang dikasih nama husnul ini sebenarnya. Rupa jati dirinya yang bagaimana sih? jawaban-jawaban itu ingin sekali ia dapatkan, ya salah satunya dari perjalanan ini. Perjalanan tidak jauh, hanya 4 jam.

Lompat-lompat ya? Gak apa ya? Lanjut lagi.
Gak asyik kalau selama perjalanan itu ga ngobrol. Oleh sebab itu sudah tertebak, iya kami mengobrol cukup banyak. Topikya juga bermacem-macem. Ohiya, hampir lupa. Perjalanan itu gak sendirian, aku sama Mega. Teman yang ditemui semasa kuliah, yang kenalnya lewat FB lalu akrab di FB. Hahaha. Mega, salah satu anak manusia yang selalu mau jadi taat, taat lagi, dan taat terus. Sip. Mari  belajar taat sama-sama. Pelan-pelan. Yakin pasti bisa. Haha. Begitulah kata motivator yang ditonton kemarin. Yes.

Sekitar jam 7 pagi, Sabtu, 16 Februari, berangkatlah kami berdua, menuju terminal arjosari dengan grab. Berangkat dari kostan Elmia. Nah, teman yang satu ini juga gak kalah deh menginspirasinya. Kalau menguraikan tentang anak manusia satu ini lain kali aja deh. Haha. Tapi, anak manusia satu ini sudah sering kali ikut berpatisipasi banyak dalam cerita-cerita ku diblog. Sip.
Oke-oke kembali lagi ya. Lupakan sejenak tentang Elmia. Lanjut ke aku sama Mega dulu. Jalan pagi itu lancar-lancar saja. Cuacanya cerah. Dan, sekitar pukul 8 kurang 20menitan kami sudah sampai diterminal dan langsung menuju bis antar kota yang terparkir didalam terminalnya. Kami langsung naik pada salah satu bis dengan tujuan Probolinggo yang harga sewanya aman dikantong.
“Kimia tuh beneran abstrak ya”
“Iya. Abstrak emang”
Jadi, abstrak yang kami maksudkan disini lebih ke kehidupan pasca-lulusnya teman-teman kimia kami, baik itu kakak tingkat yang dulu-dulu maupun teman seangkatan kami sendiri. Gak ada adik tingkat, karena kami masih termasuk anak yang barusan lulus tahun kemarin. Hahaha. Adik tingkat masih belum wisuda dan ujian pas kami ngobrol saat itu.
“Ada yang kerjanya malah di wedding. Ambil kursus menjahit. Di Hotel. Jualan/buka usaha sendiri. Di WO. Fotografer. Jualan online. Jadi reseller. Jadi guru bahasa inggris. Ngajar anak-anak SD.”
“Gak ada hubunganya sama kimia-kimia ya”
Kami sama-sama tertawa. Yang secara tersirat sedang menertawakan lelucon hidup pasca-lulus yang sungguh-sungguh kayak tidak menentu semuanya. Aku gak bisa jelasin gimana-gimana, tapi kalian semua pastilah paham. Hahaha. Yaudah paham pokoknya.
Kami juga menghitung-hitung beberapa teman dan kakak tingkat yang lebih ke kimianya juga. Yang kerjanya di perusahaan dan industri, sejalan sama kuliahnya. Yang lanjut S2 juga ada. Dan kami sama-sama salut sama orang-orang itu. Luar biasa. Kayak semacam gini lah kalau dikalimatkan Keren sih, karena kimia gak gampang. Mikirnya kami yang anak kimia tapi jiwa-jiwa kimianya tuh kayak lemah gitu.
Kenapa kok kami bilangnya abstrak lagi. Karena emang mindsetnya tuh kalau kerja pasti sejalan sama bidang minat kuliahnya. Kalau ga sejalan itu masuk ke abstrak. Ah, mbuuulaaaaat gini ya isinya. Tapi, point ceritanya bukan ini. Rencananya ini mau dijadikan pembukaan gitu, udah 2 halaman. Belum isi cerita saat di Probolinggonya. Oke Cukup. Hehe.
Begitulah obrolan kami selama perjalanan menuju terminal arjosari. Aslinya ada beberapa topik lain lagi. Tapi kalau dijelasin disini malah gak selesai-selesai. Hahaha. Gak penting.
Kalau obrolan selama menuju Probolinggonya sudah gak bahas kimia yang bener-bener abstrak, topiknya lebih dominan ke hal yang sedang ramai sekarang, dan hal tentang apasih yang mau dilakuin 2019. Ea. Yang lagi ramai sekarang itu politik maksdudnya. Topik ini muncul gitu aja gara-gara lihat baliho/spanduk para calon penjabat di sepanjang jalan. Sepanjang jalan sekali pokoknya. Ngalah-ngalahin pohon di tepi jalan jumlahnya. Hehehehe.
Mega banyak cerita dan ngejelasin ini itu. Aku sekali-kali bertanya, diganti mengangguk setuju, diganti wajah bingung juga heran, diganti wajah kaget dan gak percaya. Ya, pandangan politik anak baru lulus kemarin yang sedikit punya pengalaman atau punya cerita perpolitikan ala-ala dikampus. Hahahaha. Disitu kami ngebahas kekhawatiran-kekhawatiran berbagai pihak. Juga ketakutan-ketakutan lainnya. Menarik. Aku suka.
Pengamen dan penjual naik turun, bergantian memasuki bis yang kami tumpangi. Kernet yang teriak-teriak Probolinggo bu, Probolinggo pak, kepada setiap orang dipinggir jalan yang tampak berpergian.
Penumpang yang bermacam-macam. Anak muda-mudi. Ibu-ibu dengan dua anak, satu digendongan satu lagi dipegangan. Bapak-bapak tanpa anak yang dibawa. Nenek-nenek dengan jualannya. Kakek-kakek dengan kopiah dan baju koko rapinya, ada yang kaostan juga. Ada pasangan muda juga. Hm. Betapa banyak urusan ibu-ibu dengan dua anak itu.
Repot. Capek. Stress. Pusing. Seneng. Kecewa. Terluka. Sudah bertubi-tubi kali yang dirasakan. Ah, apalah aku ini. Belum apa-apa kayak ibu ini masa sudah ngeluh. Gak syukur sekali. Hiks, suara isak dihati. Atau lihat nenenk-nenek yang masih jualan. Huhu. Nenek-nenek itu aja sesemangat itu buat nyari dan tangkap rezeki yang sudah ada. Masa iya aku ga bisa semangat kayak nenek itu. Hiks, suara isak dalam hati. Atau lihat bapak-bapak yang menawarkan jualan. Yang paling laku satu-dua saja dalam satu bis. Pastilah terpaksa harus mengetuk semua pintu rezeki dengan kemampuan yang ada. Jadi inget orang tua dirumah. Atau di salah satu pasar, abang-abang becak yang nunggu penumpang, liat bis berhenti pada ngerumunin orang yang turun itu. Dari 5-6 orang cuman satu yang dapat. Itupun kalau penumpang mau naik becak atau ojek. Kalau gak yaudah kembali nunggu lagi. Hiks.
Sebegitunya hidup ini. Pastilah bapak-bapak itu punya keluarga yang harus dibiayai, punya anak yang sekolah, punya anak bayi yang harus dipenuhi kebutuhannya. Punya tanggungan banyaklah. Dan, hiks lagi, suara isak dihati. Ngeliat semua itu jadi ketampar-tampar. Kalau beneran ditampar nih, mungkin udah lebam-membiru. Tapi yang lebam membiru kali ini hati sih. Soalnya ditamparnya pakai perasaan dan kejadian-kejadian hidup orang sekitar yang dilihat.  
Trus jadi mikir. MasyaAllah deh Kuasanya Allah. Manusia sebanyak ini, semua diurusin dan dijamin hidupnya. Semua keinginan didengarkan. Semua kebutuhan diberikan. Semua doa dan pengharapan ditampung. Lah, ngurus manusia satu ini aja bukan masalah buat Allah, tinggal Kun maka jadilah. Jadi masih merasa paling ini dan paling itu? masih mau jadi manusia yang kurang bersyukur? Cepet-cepetlah beristigfar kau, Nul. Huhu.
Aku gak tahu yang Mega pikirkan.
Dan, tujuan dari perjalanan yang ingin sekali ku jelaskan diatas tentang lapang dada, tentang ikhlas dan lain-lainnya tuh itu. Tentang segala aktivitas yang terlihat. Agar tak merasa diri paling ini dan itu.

Sesekali kami tertidur pulas juga. Hehe.
Sesekali kami mengeluhkan udara yang tak bersahabat. Sedikit panas.
Sesekali kami tertawa. Menertawakan tingkah laku penumpang.
Sesekali aku juga takut, takut tiba-tiba rem bisnya blong pas lagi kenceng-kencengnya, atau menabrak pohon, atau kesenggol sama bis atau truk lainnya. Kalau itu udah masuk kategori takut karena keseringan liat berita yang dimana suka banyak kecelakaan bis di Jawa, dan efek sinetron. Hahaha. Emang penakut. Banyak pikiran iya, semuanya dipikir dan ditakutin. Hahaha. Manusiawi ya. Mencari pembenaran.
Kami sampai, di terminal kota Probolinggo. Ganti bis. Naik bis yang lebih kecil. Penumpangnya lebih padat dari bis yang tadi. Jadi, rumahnya Mega ini ada di kecamatan Kraksaan. Jarak temput dari terminal kota Probolinggo ke tempat Mega sekitar 45 menit/lebih. Totalnya dua kali naik bis, dua kali juga ketemu sama penumpang yang macam-macam, dua kali juga ketemu sama pengamen, juga penjual, juga bapak sopir dan kernetnya. Pengamen yang kali ini lagu-lagu yang dibawa cukup bagus dan durasinya lama. Rasanya seperti sedang perjalanan wisata kayak sekolah-sekolah dulu. E tapi ini juga wisata sih, wisata hati. Hahaha.
Setiap keindahan
Perhiasan dunia
Hanya istri salehah
Perhiasan terindah
Saleha-Rhoma Irama

Penggemar bang Haji Rhoma Irama.
Serasa dilempar jauh ke masa-masa dulu juga. Sampai-sampai satu kotak isinya kaset lagunya. WK

Kini ku menemukan mu
Di ujung waktu ku patah hati
Lelah hati menunggu
Cinta yang selamatkan hidupku 
Menemukanmu-Seventeen

Kau jaga selalu hatimu
Saat jauh dariku tunggu aku kembali
Ku mencintaimu selalu
Menyayangimu sampai akhir menutup mata
Jaga Slalu Hatimu-Seventeen

Kalau ini penggemarnya Seventeen. Serasa dilempar jauh ke masa-masa sekolah dulu dengar lagu ini. WKWK

Tiga lagu yang menemani perjalanan kami. Ada lagi yang lain, lupa judul dan liriknya. Ada juga lagu pakai bahasa jawa. Hahaha. Tidak sibuk menikmati tapi sibuk mengartikan tiap liriknya. Tertawa.
Disela tidak ada pengamen, kami mengusir keheningan dengan permainan. Permainan yang itu lagi, itu lagi. Truth or dare. Haha. Saling tanya-menanya dan jawab-menjawab. Salak satu ikat dan krupuk habis. Kenyang sekaligus bosan dengan permainan itu, topik obrolan kami lompat ke penjelasan tentang tiap-tiap kecamatan yang dilewati. Sempat tertidur juga. Haha. 

Setelah itu, sekitar jam 12 lebih kami sampai di rumahnya Mega. Alhamdulillah.
Bersambung………………………………….
Enjoy!!! Lanjutan ceritanya minggu depan, see you dear. Selamat beraktivitas, jangan lupa senyum J



Komentar

  1. Uuwuuwww sweet sekali sihh, aku seneng bisa hadir dalam ceritamu 😍

    BalasHapus

Posting Komentar