Jika cerita random kemarin tentang
seorang teman mengunjungi, kali ini cerita random tentang mengunjungi seorang
teman. Sip.
Kurang lebih 5 hari di
Probolinggo. Kota yang selama ini hanya ku lewati saja selama 4 kali pulang
pergi Bima-Malang ketika libur semester genap yang merangkap liburan hari raya
idul Fitri. Bahagia. Entahlah, selalu senang kalau ada perjalanan-perjalanan
gini. Bisa lihat ramainya jalan. Lewati pasar-pasar di setiap daerah. Lewati
sawah. Lewati laut. Lewati gunung. Lewati rumah penduduk. Lewati hutan. Sesuatu
hal yang saat itu juga sadar gak sadar sedang mengajari ehm atau lebih kek mengingatkan ke diri sendiri tentang
Allah tuh emang Maha Kuasa. Liatlah
betapa banyak manusia tapi semuanya punya rezeki dan jalan masing-masing. Punya
kadar bahagia dan kadar sedih masing-masing. Kadar kecewa. Kadar terluka.
Sesuai porsinya. Sesuai kesanggupannya. Semacam
ada yang manggil-manggil dengan suara lantang dan ngotot, HALO HUSNUL, MASIH
NGERASA KAMU YANG PALING MENDERITA KARENA BELUM ADA PEKERJAAN ATAU PENGHASILAN?
(HAHAHAHA) ATAU MASIH NGERASA KAMU YANG TIDAK PUNYA BAKAT APAPUN. Merasa, kok
masa depan gak ada tampak cerah-cerahnya. Atau masalah lain-lain, yang super
banyak dan kompleks.
Perjalanan. Emang selalu menarik
untuk dijadikan momen merenung. Merenung tentang banyak hal. Tapi jangan sampai
renungan-renungan itu hanya saat perjalanan itu saja, saat sampai rumah e
kembali lagi seperti semula. Tidak mensyukuri apa-apa yang sudah ada. Hiks.
Ngomong-ngomong perjalanan lagi.
Asli. Ada gak ada waktu, sepertinya itu tuh
perlu diadakan. Kenapa? Karena emang seru dan menyenangkan gitu. E tapi kalau
gak suka jalan-jalan ya gak apa-apa, bisa pakai cara lain yang tidak kalah seru
dan menyenangkan. Tapi tidak mengapa kok dicoba dulu untuk melakukan perjalanan. Hehe. Duh, kemana-mana.
Memutuskan untuk melakukan perjalanan
ke Probolinggo emang pengen refreshing-in diri dan hati. Sepertinya sudah lama
sekali tidak bepergian jauh. Berharap bisa dapat pelajaran-pelajaran baru. Berharap
bisa jadi manusia yang lebih lapang dan lebih ikhlas gitu. Yang lebih luas pandangannya
sama kehidupan ini. Healah begaya ngomong gini. Tapi memang aslinya begitu,
agar hati tidak berkarat dan bergelut karena terus-terusan menggurutu ini itu.
Yang diatas-atas sedikit nyotek
sama perkataan orang-orang keren yang sudah lebih dulu menemukan dirinya
sendiri. Orang-orang yang sudah melewati berbagai rintangan dalam hidup. Nah,
kepengen juga ngerasakan dan mencari siapa sih manusia yang dikasih nama husnul
ini sebenarnya. Rupa jati dirinya yang bagaimana sih? jawaban-jawaban itu ingin
sekali ia dapatkan, ya salah satunya dari perjalanan ini. Perjalanan tidak
jauh, hanya 4 jam.
Lompat-lompat ya? Gak apa ya?
Lanjut lagi.
Gak asyik kalau selama perjalanan
itu ga ngobrol. Oleh sebab itu sudah tertebak, iya kami mengobrol cukup banyak.
Topikya juga bermacem-macem. Ohiya, hampir lupa. Perjalanan itu gak sendirian,
aku sama Mega. Teman yang ditemui semasa kuliah, yang kenalnya lewat FB lalu
akrab di FB. Hahaha. Mega, salah satu anak manusia yang selalu mau jadi taat,
taat lagi, dan taat terus. Sip. Mari
belajar taat sama-sama. Pelan-pelan. Yakin pasti bisa. Haha. Begitulah
kata motivator yang ditonton kemarin. Yes.
Sekitar jam 7 pagi, Sabtu, 16
Februari, berangkatlah kami berdua, menuju terminal arjosari dengan grab.
Berangkat dari kostan Elmia. Nah, teman yang satu ini juga gak kalah deh
menginspirasinya. Kalau menguraikan tentang anak manusia satu ini lain kali aja
deh. Haha. Tapi, anak manusia satu ini sudah sering kali ikut berpatisipasi
banyak dalam cerita-cerita ku diblog. Sip.
Oke-oke kembali lagi ya. Lupakan
sejenak tentang Elmia. Lanjut ke aku sama Mega dulu. Jalan pagi itu
lancar-lancar saja. Cuacanya cerah. Dan, sekitar pukul 8 kurang 20menitan kami
sudah sampai diterminal dan langsung menuju bis antar kota yang terparkir
didalam terminalnya. Kami langsung naik pada salah satu bis dengan tujuan
Probolinggo yang harga sewanya aman dikantong.
“Kimia tuh beneran abstrak ya”
“Iya. Abstrak emang”
Jadi, abstrak yang kami maksudkan
disini lebih ke kehidupan pasca-lulusnya teman-teman kimia kami, baik itu kakak
tingkat yang dulu-dulu maupun teman seangkatan kami sendiri. Gak ada adik
tingkat, karena kami masih termasuk anak yang barusan lulus tahun kemarin.
Hahaha. Adik tingkat masih belum wisuda dan ujian pas kami ngobrol saat itu.
“Ada yang kerjanya malah di
wedding. Ambil kursus menjahit. Di Hotel. Jualan/buka usaha sendiri. Di WO.
Fotografer. Jualan online. Jadi reseller. Jadi guru bahasa inggris. Ngajar
anak-anak SD.”
“Gak ada hubunganya sama
kimia-kimia ya”
Kami sama-sama tertawa. Yang
secara tersirat sedang menertawakan lelucon hidup pasca-lulus yang
sungguh-sungguh kayak tidak menentu semuanya. Aku gak bisa jelasin
gimana-gimana, tapi kalian semua pastilah paham. Hahaha. Yaudah paham pokoknya.
Kami juga menghitung-hitung
beberapa teman dan kakak tingkat yang lebih ke kimianya juga. Yang kerjanya di
perusahaan dan industri, sejalan sama kuliahnya. Yang lanjut S2 juga ada. Dan
kami sama-sama salut sama orang-orang itu. Luar biasa. Kayak semacam gini lah
kalau dikalimatkan Keren sih, karena
kimia gak gampang. Mikirnya kami yang anak kimia tapi jiwa-jiwa kimianya
tuh kayak lemah gitu.
Kenapa kok kami bilangnya abstrak
lagi. Karena emang mindsetnya tuh kalau kerja pasti sejalan sama bidang minat
kuliahnya. Kalau ga sejalan itu masuk ke abstrak. Ah, mbuuulaaaaat gini ya isinya. Tapi, point ceritanya bukan ini. Rencananya
ini mau dijadikan pembukaan gitu, udah 2 halaman. Belum isi cerita saat di Probolinggonya.
Oke Cukup. Hehe.
Begitulah obrolan kami selama
perjalanan menuju terminal arjosari. Aslinya ada beberapa topik lain lagi. Tapi
kalau dijelasin disini malah gak selesai-selesai. Hahaha. Gak penting.
Kalau obrolan selama menuju
Probolinggonya sudah gak bahas kimia yang bener-bener abstrak, topiknya lebih
dominan ke hal yang sedang ramai sekarang, dan hal tentang apasih yang mau
dilakuin 2019. Ea. Yang lagi ramai sekarang itu politik maksdudnya. Topik ini
muncul gitu aja gara-gara lihat baliho/spanduk para calon penjabat di sepanjang
jalan. Sepanjang jalan sekali pokoknya. Ngalah-ngalahin pohon di tepi jalan
jumlahnya. Hehehehe.
Mega banyak cerita dan ngejelasin
ini itu. Aku sekali-kali bertanya, diganti mengangguk setuju, diganti wajah
bingung juga heran, diganti wajah kaget dan gak percaya. Ya, pandangan politik
anak baru lulus kemarin yang sedikit punya pengalaman atau punya cerita
perpolitikan ala-ala dikampus. Hahahaha. Disitu kami ngebahas
kekhawatiran-kekhawatiran berbagai pihak. Juga ketakutan-ketakutan lainnya.
Menarik. Aku suka.
Pengamen dan penjual naik turun, bergantian
memasuki bis yang kami tumpangi. Kernet yang teriak-teriak Probolinggo bu, Probolinggo pak, kepada setiap orang dipinggir
jalan yang tampak berpergian.
Penumpang yang bermacam-macam.
Anak muda-mudi. Ibu-ibu dengan dua anak, satu digendongan satu lagi dipegangan.
Bapak-bapak tanpa anak yang dibawa. Nenek-nenek dengan jualannya. Kakek-kakek
dengan kopiah dan baju koko rapinya, ada yang kaostan juga. Ada pasangan muda
juga. Hm. Betapa banyak urusan ibu-ibu dengan dua anak itu.
Repot. Capek. Stress. Pusing.
Seneng. Kecewa. Terluka. Sudah bertubi-tubi kali yang dirasakan. Ah, apalah aku
ini. Belum apa-apa kayak ibu ini masa sudah ngeluh. Gak syukur sekali. Hiks, suara isak dihati. Atau lihat
nenenk-nenek yang masih jualan. Huhu. Nenek-nenek itu aja sesemangat itu buat
nyari dan tangkap rezeki yang sudah ada. Masa iya aku ga bisa semangat kayak
nenek itu. Hiks, suara isak dalam hati.
Atau lihat bapak-bapak yang menawarkan jualan. Yang paling laku satu-dua saja
dalam satu bis. Pastilah terpaksa harus mengetuk semua pintu rezeki dengan
kemampuan yang ada. Jadi inget orang tua dirumah. Atau di salah satu pasar,
abang-abang becak yang nunggu penumpang, liat bis berhenti pada ngerumunin
orang yang turun itu. Dari 5-6 orang cuman satu yang dapat. Itupun kalau
penumpang mau naik becak atau ojek. Kalau gak yaudah kembali nunggu lagi. Hiks.
Sebegitunya hidup ini. Pastilah
bapak-bapak itu punya keluarga yang harus dibiayai, punya anak yang sekolah,
punya anak bayi yang harus dipenuhi kebutuhannya. Punya tanggungan banyaklah.
Dan, hiks lagi, suara isak dihati.
Ngeliat semua itu jadi ketampar-tampar. Kalau beneran ditampar nih, mungkin
udah lebam-membiru. Tapi yang lebam membiru kali ini hati sih. Soalnya
ditamparnya pakai perasaan dan kejadian-kejadian hidup orang sekitar yang
dilihat.
Trus jadi mikir. MasyaAllah deh Kuasanya Allah. Manusia sebanyak
ini, semua diurusin dan dijamin hidupnya. Semua keinginan didengarkan. Semua
kebutuhan diberikan. Semua doa dan pengharapan ditampung. Lah, ngurus manusia
satu ini aja bukan masalah buat Allah, tinggal Kun maka jadilah. Jadi masih
merasa paling ini dan paling itu? masih mau jadi manusia yang kurang bersyukur?
Cepet-cepetlah beristigfar kau, Nul. Huhu.
Aku gak tahu yang Mega pikirkan.
Dan, tujuan dari perjalanan yang
ingin sekali ku jelaskan diatas tentang lapang dada, tentang ikhlas dan
lain-lainnya tuh itu. Tentang segala
aktivitas yang terlihat. Agar tak merasa diri paling ini dan itu.
Sesekali kami tertidur pulas
juga. Hehe.
Sesekali kami mengeluhkan udara
yang tak bersahabat. Sedikit panas.
Sesekali kami tertawa.
Menertawakan tingkah laku penumpang.
Sesekali aku juga takut, takut
tiba-tiba rem bisnya blong pas lagi kenceng-kencengnya, atau menabrak pohon,
atau kesenggol sama bis atau truk lainnya. Kalau itu udah masuk kategori takut
karena keseringan liat berita yang dimana suka banyak kecelakaan bis di Jawa,
dan efek sinetron. Hahaha. Emang
penakut. Banyak pikiran iya, semuanya dipikir dan ditakutin. Hahaha. Manusiawi
ya. Mencari pembenaran.
Kami sampai, di terminal kota Probolinggo.
Ganti bis. Naik bis yang lebih kecil. Penumpangnya lebih padat dari bis yang
tadi. Jadi, rumahnya Mega ini ada di kecamatan Kraksaan. Jarak temput dari
terminal kota Probolinggo ke tempat Mega sekitar 45 menit/lebih. Totalnya dua
kali naik bis, dua kali juga ketemu sama penumpang yang macam-macam, dua kali
juga ketemu sama pengamen, juga penjual, juga bapak sopir dan kernetnya.
Pengamen yang kali ini lagu-lagu yang dibawa cukup bagus dan durasinya lama.
Rasanya seperti sedang perjalanan wisata kayak sekolah-sekolah dulu. E tapi ini
juga wisata sih, wisata hati. Hahaha.
Setiap
keindahan
Perhiasan
dunia
Hanya
istri salehah
Perhiasan
terindah
Saleha-Rhoma
Irama
Penggemar bang Haji
Rhoma Irama.
Serasa dilempar
jauh ke masa-masa dulu juga. Sampai-sampai satu kotak isinya kaset lagunya. WK
Kini
ku menemukan mu
Di
ujung waktu ku patah hati
Lelah
hati menunggu
Cinta
yang selamatkan hidupku
Menemukanmu-Seventeen
Kau
jaga selalu hatimu
Saat
jauh dariku tunggu aku kembali
Ku
mencintaimu selalu
Menyayangimu
sampai akhir menutup mata
Jaga
Slalu Hatimu-Seventeen
Kalau ini
penggemarnya Seventeen. Serasa dilempar jauh ke masa-masa sekolah dulu dengar
lagu ini. WKWK
Tiga lagu yang
menemani perjalanan kami. Ada lagi yang lain, lupa judul dan liriknya. Ada juga
lagu pakai bahasa jawa. Hahaha. Tidak sibuk menikmati tapi sibuk mengartikan
tiap liriknya. Tertawa.
Disela tidak ada pengamen, kami
mengusir keheningan dengan permainan. Permainan yang itu lagi, itu lagi. Truth or dare. Haha. Saling
tanya-menanya dan jawab-menjawab. Salak satu ikat dan krupuk habis. Kenyang
sekaligus bosan dengan permainan itu, topik obrolan kami lompat ke penjelasan
tentang tiap-tiap kecamatan yang dilewati. Sempat tertidur juga. Haha.
Setelah itu, sekitar jam 12 lebih
kami sampai di rumahnya Mega. Alhamdulillah.
Bersambung………………………………….
Enjoy!!! Lanjutan ceritanya
minggu depan, see you dear. Selamat beraktivitas, jangan lupa senyum J
Uuwuuwww sweet sekali sihh, aku seneng bisa hadir dalam ceritamu 😍
BalasHapus