Resensi
Novel Tere Liye: Ceros dan Batazor, Komet dan Komet Minor.
Jika kamu sedang
mencari buku bacaan tentang arti dari persahabatan sejati, pengorbanan dalam
membangun persahabatan, suka-dukanya, tingkah lucunya, petualangan,
pertarungan, melepaskan, memaafkan, kepedulian, bersabar, berbuat dengan tulus,
tentang ketulusan, tentang kepemimpinan, tentang ketegasan, tentang menjadi
realistis, tentang menjadi cerdas, tentang menjadi jahat, tentang kesopanan,
tentang menghargai, tentang menghormati, tentang berjiwa besar, tentang
kejujuran. Maka cobalah membaca buku serial Bumi Tere Liye ini. Salah satu
serial yang rekomended sekali untuk semua umur. Daya imajinasi akan diuji.
Kejadian-kejadian yang tak masuk akal yang menjadi mungkin masuk akal di masa
mendatang. Ini lah cerita serial yang tak kalah menarik dari penulis terbaik
anak bangsa. Dan, resensi yang saya buat adalah penjabaran singkat dari semua
kejadian petualangan mereka. pesan-pesan moral, akhlak, dan ilmu-ilmu alam dan
segala macamnya menjadi satu-kesatuan. Selamat membaca. Membaca Bukunya lebih
seru. Tapi, membaca resensi saya juga tak kalah seru. Hehe. Have Fun, Dear!.
1. CEROS DAN BATAZOR
Ceros dan Batazor, buku ke-4,5 dari
serial Petualangan 3 sahabat. Raib bisa menghilang. Seli bisa mengeluarkan
petir. Dan, Ali bisa melakukan apa saja. Ceros dan Batazor, dua cerita
petualangan dan pengalaman yang berharga untuk Raib, Ali, dan Seli. Melalui
petualangan ini, ikatan persahabatan dan kekompakan 3 sahabat tersebut semakin
menguat dan menginspirasi bagi siapa saja yang bersama mereka.
CEROS.
Petualangan bertemu
Ceros adalah cerita petualangan yang tak pernah terpikirkan sama sekali
sebelumnya. Mereka mengira hanya akan melaksanakan karyawisata biasa di luar
kota yang diadakan oleh sekolah. Mengunjungi salah satu tempat bersejarah yang
amat terkenal. Raib dan Seli tidak masalah dengan karyawisata tersebut, karena
tidak akan menjadi petualangan yang menegangkan sekaligus mematikan seperti
petualangan-petualangan yang telah dilalui selama di dunia paralel, Klan
Bulam, Klan Matahari, dan Klan Bintang. Petualangan 3 sahabat kali ini hanya
akan berkutat dengan buku tulis, pulpen, dan mata serta telinga untuk melihat
peninggalan bersejarah dan cerita sejarah dari sebuah bangunan tersebut. Terasa
menyenangkan. Tapi, karyawisata yang menyenangkan itu tidak berlaku untuk Si jenius, Ali. Karyawisata ini tidak ada menarik sama sekali, membosankan iya. Orang
jenius dan orang iseng beda-beda tipis. Tapi ke-dua sifat itu ada dalam diri
Ali. Jadinya repot untuk berurusan dengannya. Salah satunya ya ini, karena
keisengan dan kegeniusan Ali, petualangan yang harusnya santai dan tidak
menegangkan layaknya liburan tetapi terjadi sebaliknya, menegangkan iya,
mengerikan juga, dan teracam tidak dapat kembali ke rumah.
Petualangan itu di
mulai dari sensor transparan yang di buat oleh Ali sendiri menangkap aktivitas
yang tidak biasa. Skala 10. Menunjukkan bahwa adanya potensi
aktivitas dari dunia paralel. Bisa ditebak, Ali yang awalnya malas dan acuh tak
acuh mendengar cerita dari Bu Ati segera menuju tempat dimana sensor
transparannya berdesing kencang karena menangkap aktivitas dunia paralel. Sebagai
sahabat yang tak terpisahkan, Raib dan Seli segera mengikuti Ali. Singkat kata,
3 sahabat itu pun menaiki ILY masuk dan menelusuri bangunan kuno besar dalam
ruangan kubus raksasa yang berjarak lima puluh kilometer di perut bumi.
Bangunan kuno besar di perut bumi itulah, Raib, Ali dan Seli bertemu dengan dua
Ceros, juga dua pemuda kembar. Ngglanggeran dan Ngglanggeram.
Ceros, itu sendiri
seperti monster, kepala badak, tapi bertubuh manusia. Seperti Ali, menjadi
setengah manusia dan setengah beruang. Kondisi ini muncul ketika Ali sangat
marah kepada musuh-musuhnya. Malam itu, di perut bumi di bangunan kuno besar
terjadi pertarungan jangka pendek antara Raib, Ali, dan Seli melawan dua Ceros
yang tingginya sekitar empat puluh meter, membawa tongkat perak panjang,
teracung ke depam, bisa berjalan di atas air, dan berlari buas. Membuat Raib,
Ali, dan Seli tersengal dan khawatir dengan kemampuan untuk mengalahkan dua
monster tersebut.
Singkat kata, untuk
bisa bertahan dan selamat dari serangan dua Ceros pemarah itu, Raib dengan
Sarung Tangan Bulan, Ali dengan Sarung Tangan Bumi, dan Seli dengan Sarung Tangan
Matahari, bergantian melawan dua Ceros itu, tapi belum mampu memukul mundur dua
ceros pemarah itu. 3 sahabat ini sebaliknya menjadi bulan-bulanan dua ceros
pemarah yang ingin menghancurkan sekitarnya tanpa ampun. Tapi, bukan Raib, Ali
dan Seli yang harus mundur dan mengalah dari pertarungan itu. Sebut saja 3
sahabat ini sudah biasa dengan pertarungan dari yang paling mudah sampai musuh
yang memiliki kekuatan paling kuat. Menarik, di sinilah salah satunya yaitu
cerita pertarungan 3 sahabat melawan dua ceros itu dengan teknik kekompakan dan
saling bahu-membahu. Teknik yang mereka latih selama di bumi setelah melihat teknik
pertarungan yang ditunjukkan lawannya saat bertarung di Klan Bintang. Teknik
saling mengisi, saling melindungi dan bergerak cepat ini setidaknya mampu
membuat dua ceros itu terpelanting ke belakang. Namun, ceros tetaplah ceros
yang kekuatannya tidak sebanding dengan 3 sahabat itu. Pertarungan itu selesai,
saat matahari terbit. Ceros menghilang, menyisahkan dua pemuda kembar, dan
Raib, Ali, Seli yang tidak sadarkan diri.
Pertarungan melawan dua
ceros malam itu adalah pertarungan pertama juga terakhir untuk Raib, Ali dan
Seli. Karena pada malam-malam berikutnya mereka tahu sosok dua ceros
sebenarnya. Dua ceros itu adalah Ngglanggeran dan Ngglanggeram. Pemuda kembar
yang berasal dari klan Aldebaran, bintang paling terang di konstelasi Taurus
dan telah tinggal di ruangan Bor-O-Bdur selama ribuan tahun tanpa pernah
keluar. Sungguh menyakitkan dan meyedihkan menjadi Ngglanggeran dan Ngglanggeram,
karena hanya tinggal berdua di ruangan itu dengan siklus satu jam siang dan
satu jam malam. Malamnya berubah menjadi monster mengerikan, menghancurkan
sekitarnya, dan siangnya berubah menjadi bentuk aslinya. Pemuda baik hati dan
ramah. Kejadian menyakitkan itu mungkin tidak akan terjadi jika dua ribu tahun
yang lalu jika tidak ada yang mencuri benda paling berharga milik pemuda kembar itu.
Dan, secara tidak langsung nasib Raib, Ali, dan Seli sekarang sama dengan
pemuda kembar. Tidak akan pernah keluar dari ruangan Bor-O-Bdur karena adanya
selaput yang telah didesain oleh Ngglanggeran dan Ngglanggeram yang tidak dapat
dilewati oleh apapun kecuali jika benda yang dicuri itu ada di tangannya
pemuda kembar. Solusi yang sesungguhnya adalah bukan solusi. Bagaimana pula
benda yang dicuri dua ribu tahun lalu itu ada di ruangan ini. Tidak mungkin dan
sungguh tidak masuk akal.
Berhari-hari sudah
mereka terkurung di ruangan itu. Pagi dengan cerita dan sarapan, malamnya bersembunyi agar keberadaannya tidak di ketahui oleh dua ceros. Putus asa,
menyerah, dan tidak ada semangat hidup, begitulah yang menyerang Raib, Ali, dan
Seli setelah tahu bahwa tak akan bisa keluar dari ruangan itu kecuali dengan
pengendali ceros yang dicuri anak muda dua ribu tahun lalu. Seperti kata
pepatah, siapa yang menanam, dialah yang menuai. Siapa yang memulai, dialah
yang mengakhiri. Begitu pula dengan cerita petualangan 3 sahabat itu. Ali,
dengan kegeniusan dan keisengannya membawa mereka menemukan ruangan Bor-O-Bdur
itu. Dan, Ali jugalah yang menyadari akan adanya solusi terbaik cara untuk
keluar dari ruangan itu.
Ali sadar, bahwa
pengendali ceros yang pernah dikatakan oleh pemuda kembar, yang telah dicuri
itu adalah tidak lain lagi ada pada Ali, yaitu dua Sarung Tangan Bumi. Jika Ali
memakai itu maka perubahan menjadi beruang raksasa yang dapat di kendalikan,
begitu pula dengan pemuda kembar akan dapat mengendalikan diri berubah menjadi
ceros dengan sarung tangan itu. Selesai sudah, tidak ada yang perlu
dikhawatirkan dan ditakutkan lagi. Mereka bisa kembali ke permukaan bumi. Ali,
akhirnya dengan berbesar hati menunjukkan Sarung Tangan Bumi itu kepada pemuda
kembar. Tak salah lagi, Ngglanggeran dan Ngglanggeram terlihat begitu bahagia
melihat benda berharga miliknya setelah dua ribu tahun lalu dicuri. Kabar
baiknya mereka bisa pulang, kabar buruknya adalah Ali tidak akan pulang. Ali
merasa akan lebih aman jika berada di ruangan itu, saat berubah jadi beruang
raksasa tidak akan menyakiti yang lain. Termasuk Raib dan Seli. Menjadi pengganti
dari pemuda kembar. Keputusan yang tidak dapat diganggu gugat lagi. Kali ini
Ali yang keras kepala, bukan lagi Raib.
Waktu itu pun tiba,
dramatis. Raib dan Seli memberontak tidak ingin pulang jika Ali tidak pulang
bersama mereka. Raib dan Seli menangis. Memohon kepada ILY untuk tidak membawa
mereka pulang. Sia-sia. Tidak ada yang menghiraukan Raib dan Seli. Ajaibnya,
ketulusan itu berbuah ketulusan pula dan menyentuh siapa saja yang berada
disitu. Sikap memberontak juga tangis Raib dan Seli berubah jadi senyum dan
tawa. Iya, betul sekali. Ketulusan 3 sahabat dalam keadaan apapun membuat
rontok kekecewaan yang ada dalam hati Ngglanggeram dan Ngglenggeran menjadi
ketidaktegaan untuk memisahkan 3 orang anak manusia itu. Dengan berbesar hati,
ikhlas, juga ketulusan, pemuda kembar itu menyerahkan sarung tangan kepada
pemilik barunya, Ali. Mereka akhirnya di antar oleh dua ceros yang terkendali
melewati selaput ruangan Bor-O-Bdur, lalu melepaskannya bersamaan dengan
melepaskan kapsul ILY. Dua ceros kembali menjadi pemarah dan tak terkendali.
Perbuatan yang
dilakukan dengan penuh ketulusan tidak akan pernah sia-sia. Persahabatan yang
dibangun dengan saling mengisi, saling menguatkan, dan dengan ketulusan akan
membuat hati-hati yang melihatnya ikut tersentuh. Hanya orang-orang yang
berjiwa besarlah yang mampu melepaskan, walaupun sadar bahwa yang dilepaskan
adalah orang-orang yang selalu mengisi hari-harinya. Jika memang ditakdirkan
kembali bersatu, maka waktu terbaik itu akan datang. Bersabar adalah kuncinya.
BATAZOR.
Cerita bagian dua dari karya ke-4.5
serial Bumi ini tentang seorang bernama Batazor.
Sebelumnya, mari kenal
lebih dekat dengan seorang Batazor. Batazor, berasal dari Klan Bulan. Satu klan
dengan Raib. Seorang kriminal paling berbahaya di seluruh Klan Bulan. Pengintai
terbaik yang pernah ada di Klan Bulan. Memiliki teknik Klan Bulan terbaik dan
terlengkap. Menguasai kepandaian menggunakan tangan, kaki, seni berkelahi
tingkat tinggi yaitu Perfettu. Seni
bela diri warisan para leluhur yang sering dilatih sejak dua ratus tahun lalu
pada waktu pagi setiap pukul empat hingga matahari terbit. Di kesempatan lain
juga, Batazor berseru bahwa petarung-petarung dari Klan Matahari, Klan Bulan, dan dunia paralel lainnya sudah melupakan seni bela diri warisan para leluhur
itu. Petarung-petarung tiap klan hanya fokus melatih pukulan berdentum
sekencang mungkin, melatih petir biru semegah mungkin. Dan mereka lupa, bahwa
serangan paling mematikan tidak memerlukan kekuatan, apalagi suara menggelegar.
Serangan paling mematikan justru berasal dari sentuhan lembut, dan serangan
terhebat bukan sesuatu yang datang dengan fantastis, spektakuler, WOW, tapi
serangan terhebat justru datang dari kesabaran. Menunggu, dan keheningan. Perfettu itulah keheningan dan jalan hidup.
Hal serupa juga pernah
dikatakan oleh Ngglanggeran dan Ngglanggeram ketika memutuskan keputusan
mengikhlaskan Sarung Tangan Bumi untuk Ali, bahwa bukan teknik bertarung, bukan
menghancurkan gunung-gunung kekuatan terbaik dunia paralel, melainkan persahabatan.
Selalu berusaha menjadi orang yang baik dan berani, serta tulus.
Itulah Batazor, teman
petualangan Raib, Ali, dan Seli di Bumi. Batazor, sayangnya sudah di kenal
sebagai seorang pembunuh kelurga komite Klan Bulan sebanyak 14 orang, dan di
penjarakan selama seumur hidup. Tapi, karena Batazor adalah seorang pengintai
terbaik di seluruh Klan Bulan, dan ilmu-ilmu hebat lainnya, hanya masalah waktu
Batazor akan kabur dari penjara Klan Bulan dan menuju Bumi. Tempat tinggal
Raib, Ali dan Seli. Kabar lolosnya Batazor cepat sekali beredar, hingga ke 3
sahabat itu. Batazor sengaja melarikan diri dari penjara dan menuju Bumi, untuk
mencari dan bertemu Raib. Itulah misi utamanya.
Singkat kata, Raib,
Ali, dan Seli sebenarnya tidak ingin ada urusan dengan Batazor karena tidak
diizinkan oleh Miss Selena. Tapi, layaknya magnet, masalah itu dengan sukarela
hadir di hadapan 3 sahabat itu. Yang pertama kali mengetahui lokasi Batazor
adalah 3 sahabat ini. Kemudian dilanjutkan dengan memberi kabar ke Miss Selena
dan Timnya. Karena statusnya adalah seorang kriminal yang kabur dari penjara,
dan faktanya adalah seorang dengan kekuatan lengkap dan terbaik, maka untuk
menangkapnya kembali perlu tim khusus. Mereka adalah Tim Elite pasukan
bayangan, yang jauh-jauh datang dari Klan Bulan ke Klan Bumi. Persembunyian Batazor
telah diketahui, dan terjadilah pertarungan jarak pendek antara Tim Elite
pasukan bayangan dan Batazor seorang diri. Batazor yang kuat. Tim Elite pasukan
bayangan itu pun lumpuh oleh Batazor seorang diri dengan tangan kosong alias
dengan tehnik bela diri super fantastik yang dimiliki. Perfettu. Juga Perfect. Raib,
Ali dan Seli yang melihat keadaan tersebut memutuskan keluar melawan Batazor.
Raib, semenjak kembali dari ruang Bor-O-Bdur dia terus berlatih kekuatan teleportasinya,
yang semakin meningkat yaitu membawa beberapa orang tanpa harus menyentuh
orangnya. Teknik teleportasi yang diamati dari pemuda kembar, Ngglanggeran dan
Ngglanggeram. Ilmu ada dimana-mana dan pada siapapun, maka jadilah pembelajar
yang baik. Mungkin begitulah kalimat bijak yang patut dilekatkan pada 3 sahabat
ini. Tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mempelajari hal baru dan terus
mengasah diri.
Kejadian itu adalah kabar
baik untuk Batazor, karena sekaligus bertemu dengan orang-orang yang dicari.
Misi dia ke Bumi adalah untuk bertemu Raib, Ali, dan Seli. Kabar buruknya 3
sahabat itu dibawa lari oleh Batazor ke kutub bagian utara. Tempat pertunjukkan
cahaya paling spektakuler di Bumi. Aurora.
Batazor rupanya hanya
ingin Raib membantunya untuk kembali memutar kejadian ratusan tahun lalu,
kejadian saat anak nya sedang belajar bermain sepeda, dan bersama istrinya.
Batazor hanya ingin melihat wajah istri dan anaknya, karena sudah mulai melupa
bentuk aslinya. Sudah puluhan kali dia melukis wajah istri dan anaknya tapi
hasil nya berbeda-beda. Kecewa. Kesal. Batazor ingin Rain melakukan Teknik
Berbicara dengan Alam, karena teknik itu hanya ada pada keturunan murni Klan
Bulan sekali dalam 200 tahun. Sayangnya Teknik itu tidak mudah dilakukan begitu
saja seperti teknik teleportasi, atau teknik penyembuhan. Teknik itu datang
pada waktu-waktu genting, mendesak, dan juga tanpa sengaja. Alasan itulah yang
membuat Batazor memutuskan untuk membawa lari 3 sahabat itu ke Kutub Utara.
Bermalam berhari-hari di daerah bersalju. Di sini, Batazor nampak bersahabat
dan tidak tampak buruk sama sekali. Tampak bukan sebagai seorang pembunuh dan
pengintai kelas kakap. Dia terlihat baik, walaupun menatap wajahnya sedikit
menyeramkan. Tapi, jika penilaian secara fisik itu di tujukkan untuk Batazor
dalam penentuan baik dan jahatnya maka sungguh tidak adil.
Hari kedua mereka dibawa lari
Batazor, dan hari pertama Raib mencoba Teknik berbicara dengan alam.
Raib mulai berkonsentrasi.
Percobaan pertama, Raib tidak
berhasil.
Percobaan kedua, Raib
kembali berkonsentrasi penuh dan mengatur napas. Dan, tidak terjadi apa-apa. Raib
tersengal, kehabisan tenaga. Selanjutnya, Raib terus mencoba hingga belasan
kali. Desakan batazor terus membuatnya untuk mencoba lagi dan lagi. Dan, sebanyak
itu pula Raib tidak berhasil. Hingga menjelang malam.
Hari Kedua
Raib mencoba teknik
berbicara dengan alam. Berulang kali mencoba, berulang kali juga belum
berhasil. Desakan dari Batazor semakin membuatnya terdesak. Raib semakin lemah.
Kehabisan tenaga. Hingga dikesempatan terakhirnya mencoba berbicara dengan
alam, Raib berhasil walaupun hanya beberapa detik, karena pada waktu itu Raib
yang sudah sejak tadi mencoba akhirnya jatuh, tenaganya habis, dan kejadian
lalu itu juga ikut hilang. Batazor yang awalnya senang sekali melihat itu
tiba-tiba marah dan mendesak Raib untuk melakukan lagi tanpa peduli pada kondisi
Raib. Jika seseorang hanya ada di saat kita senang, bahagia, tertawa tapi
menghilang di saat kita sebaliknya, bersedih, terpuruk, maka sejatinya itu
bukan lah di sebut sahabat sejati. Sahabat sejati akan selalu ada, tidak
perduli itu kondisi di atas atau di bawah. Juga, seperti yang sedang
dipertontokan oleh Raib, Seli dan Ali pada cerita ini.
Saat Raib tidak
bertenaga lagi, di titik terlemah, tidak bisa memenuhi permintaan Batazor,
bahkan berbicara pun tidak sanggup, lalu Seli yang tidak terima sahabatnya
diperlakukan seperti itu siap dan rela menjadi tembok pelindung bagi Raib. Seli
membentak balik Batazor dan mengancamnya bahwa jika terus memaksa maka tidak
segan-segan untuk menyerang. Tapi, Seli terlambat, Batazor yang sedang berambisi
dengan kenangan masa lalu itu segera menotok Seli di hadapannya hingga lumpuh. Lalu,
Ali yang melihat dua sahabatnya di sakiti tidak tinggal diam. Ikut melawan Batazor.
Berkata tidak untuk tidak memaksa Raib. Tapi, Ali pun ikutan tumbang. Raib yang
seorang diri, terus dipaksa oleh Batazor untuk memenuhi permintaanya. Sayang,
berdiri pun Raib tidak mampu. Apalagi melakukan teknik itu. Raib menangis. Kenangan
masa lalunya yang tidak pernah tahu wajah orang tua asli memicunya menangis,
dan bentakkan Batazor. Berseru bahwa dia juga ingin melihat wajah orang tua
aslinya, tapi tidak pernah bisa. Batazor masih untung, masih ada harapan karena
ada kenangan yang sempat tercipta, jadi dengan teknik berbicara dengan alam
bisa-bisa saja. Tapi, Raib tidak. Batazor lalu diam. Pergi meninggalkan Raib,
Ali, dan Seli.
Rupanya. Setelah tahu
bahwa Raib tidak pernah melihat dan tahu rupa kedua orang tua aslinya, dia
pergi mengintai rumah orang tua angkat Raib dan rumah sakit tempat Raib dilahirkan.
Batazor kembali, membawa sebuah diary seorang bidan yang membantu ibu Raib
melahirkan dirinya. Batazor seorang pengintai yang hebat. Dalam waktu 3 jam
mampu mendapatkan informasi ini. Buku diary yang didapatkan Batazor adalah
salah satu bentuk permintaan maafnya kepada Raib, Seli, dan Ali. 3 jam lalu, Batazor
sadar ambisinya diluar batas. Dan kabar baiknya, Batazor tidak akan menahan
mereka lagi, mereka boleh pulang. Tapi, sebaliknya Raib sekarang yang tidak mau
pulang, dan akan pulang jika sudah berhasil memutar kenangan dua ratus tahun
lalu. Raib terkena sindrom stockholm, begitulah Ali menyebutkan.
Akhir cerita, agar
Raib, Ali, dan Seli kembali ke asalnya, Batazor sengaja mengaktifkan pelacak di
prototipe dalam kapsul yang dicurinya. Tidak lama kemudian Pasukan Bayangan
Klan Bulan bersama pesawat tempur terbaik yang mematikan tiba di lokasi. Batazor
tetap melawan, tidak akan menyerahkan diri begitu saja. Miss Selena tidak
membiarkan Raib, Ali dan Seli ikut bertempur, atau menyelamatkan Batazor.
Suasana memanas. Tembakan pesawat tempur terus di lepaskan. Teriakan Raib tak
di hiraukan. Memberontak, meminta dihentikan, atau berseru bahwa Batazor adalah
orang baik, Batazor bukan penjahat. Seli juga berseru demikian. Sia-Sia.
Batazor masih mampu melawan dan bertahan. Batazor si petarung hebat, super badass. Hingga kekuatan penuh
dikerahkan, tameng transparan Batazor tinggal menunggu waktu, tameng itu akan
robek, saat itulah keajaiban terjadi, keadaan sekitar tiba-tiba menjadi
membeku, tembakan itu ikut tertahan, dan teknik berbicara dengan alam itu pun
bekerja, di depan mereka semua, seperti layar virtual, potongan-potongan
kejadian lama memutar sangat jelas. Potongan kejadian terjadinya penghianatan, pembunuhan
dan alasan terbunuhnya empat belas orang itu. Dan, kejadian yang paling di
nanti oleh Batazor adalah potongan kenangan bersama anak dan istrinya. Anaknya
yang tertawa karena sedang belajar bersepeda. Batazor yang tertawa menyemangati
anaknya, diikuti oleh perempuan cantik istrinya Batazor. Bahagia sekali Batazor
melihat kejadian itu, sampai tidak berkedip. Seperti menemukan yang telah lama
hilang. Tontonan itu akhirnya selesai, menghilang, dan keadaan kembali seperti
semula, tembakan yang telah di lepaskan tadi tidak dapat di tarik kembali.
Malang sekali nasib Batazor, hari itu ia akan benar-benar pergi, tapi pergi
dengan hati yang ikhlas dan penuh bahagia karena misi terakhirnya selesai
dengan baik. Tembakan itu sampai pada sasaran, Batazor. Batazor telah pergi
untuk selama-lamanya. Batazor yang baik, yang sekaligus menjadi seorang
pembunuh, pengintai kelas kakap. Master B. Pemberontak paling handal. Berhati
tulus. Begitulah ceritanya.
Tapi, ternyata keliru. Batazor
tidak benar-benar mati. Dia masih hidup, ada di dalam kaca berlian yang
ditemukan oleh Ali di sekitaran perapian. Batazor hidup di dalam situ. Yang
sewaktu-waktu bisa menjadi tim untuk Raib, Ali, dan Seli melawan Si Putra Tanpa
Mahkota kelak. Kekuatan yang bertambah. Batazor super badassss.
Jangan melihat dari
fisiknya dan menilainya. Itu tidak adil, pesan Batazor pada 3 sahabat itu. Batazor
boleh punya fisik yang mengerikan, tapi hatinya begitu baik dan tulus, juga
menyenangkan.
2. KOMET
Komet, buku ke-5 dari
serial Petualangan 3 sahabat. Raib bisa menghilang. Seli bisa mengeluarkan
petir. Dan Ali bisa melakukan apa saja. Cerita petualangan dan pengalaman yang
berharga untuk Raib, Ali, dan Seli. Melalui petualangan ini, akan ditemukan
cerita tentang persahabatan yang mengharukan, keberanian yang tak terbendung,
ada pengorbanan satu sama lain yang tulus, selalu berbuat baik, dan menyentuh
hati siapapun yang melihatnya. Itulah sejatinya kekuatan yang terbesar di dunia
paralel.
Petualangan Raib, Ali,
dan Seli di Klan Komet tidak kalah seru dan menegangkan layaknya
petualangan-petualangan di klan-klan sebelumnya. Petualangan mereka di Klan
Komet di awali dengan teka-teki yang tidak mudah untuk menemukan portal menuju
pulau dengan tumbuhan aneh itu. Tapi, sesulit-sulitnya suatu masalah yang ada
pasti ada solusi dan jawaban terbaiknya. Hanya soal waktu, masalah itu akan
terselesaikan. Seperti hal nya portal untuk menuju pulau dengan tumbuhan aneh
itu, yang portalnya tidak pernah tahu di mana, karena selalu bergerak dan
berpindah-pindah. Hingga kejadian tahunan itu kembali terulang, festival
terbesar di Klan Matahari adalah kompetisi untuk mengetahui dan memetik bunga
matahari pertama kali mekar, dan yang berhasil memetiknya bisa menyatakan satu
permintaan. Kesempatan ini lah yang akan di manfaatkan untuk membuka portal
menuju Pulau dengan tumbuhan aneh itu. Selain Raib, Ali, dan Seli, Klan Komet
juga sedang menjadi incaran oleh Si Putra Tanpa Mahkota. Kabar lainnya lagi,
bahwa Si Putra Tanpa Mahkota akan muncul secara terbuka di stadion tempat Bunga
matahari pertama kali mekar. Kesempatan yang tidak bisa di sia-siakan.
Menjelang beberapa
menit bunga matahari pertama mekar itu, pertempuran tak terbendung lagi. Tim Si
Putra Tanpa Mahkota dengan kekuatan penuh melawan Tim Faar, Raib, Ali, Seli
juga pemilik kekuatan lainnya. Akhir kata, kekuatan Si Putra Tanpa Mahkota
memang luar biasa hebat, Bunga matahari pertama kali mekar itu berhasil di
petik olehnya, dan menyatakan satu permintaan untuk membuka portal menuju pulau
dengan tumbuhan aneh itu berada. Berhasil. Portal itu terbuka, Si Putra Tanpa
Mahkota melompat masuk ke dalam portal, yang tanpa di komando siapapun Ali
ikutan melompat masuk, begitu juga Raib dan Seli. Petualangan di Klan Komet itu
harus lah di lakukan bersama. Kejadian di stadion Klan Matahari adalah kejadian
yang menggemparkan untuk seluruh penduduk klan tersebut, karena kemunculan Si
Putra Tanpa Mahkota di khalayak umum semenjak menghilang dua ribu tahun lalu.
Dan, ini adalah bukan kejadian tanpa rencana. Sebaliknya, kejadian ini sengaja
di lakukan oleh Si Putra Tanpa Mahkota agar memancing 3 sahabat itu ikut
berpetualangan menemukan pulau dengan tumbuhan aneh itu. Dengan alasan yang
tentunya tidak tulus. Rencana Si Putra Tanpa Mahkota berjalan dengan baik.
Ada banyak sekali
kekuatan di dunia paralel. Tapi ketahuilah, salah satu yang paling hebat adalah
perbuatan baik. Dan petualangan untuk menemukan pulau dengan tumbuhan aneh itu,
hanya bisa dilakukan dengan perbuatan baik (kebaikan hati). Bukan dengan teknik
pukulan berdentum, bukan dengan sambaran petir. Karena segala peralatan yang
berbaur elektronik tidak ada yang berfungsi saat tiba di pulau yang tidak
mereka kenal.
Raib, Ali, dan Seli,
setelah meloncat masuk ke portal tadi dan terdampar di salah satu pulau. Pulau
Hari Senin, merupakan salah satu dari gugusan pulau di Samudra luas. Bertemu
dengan Paman Kay dan Bibi Nay. Pulau Hari Senin ini sungguh menakjubkan,
rumah-rumah penduduknya berada di bawah tanah, di dalam gua besar. Rumah kayu berjejer-jejer,
inilah perkampungan nelayan. Niat kedatangan 3 sahabat ini dapat ditebak dengan
mudah oleh Paman Kay dan Bibi Nay, mencari pulau dengan tumbuhan aneh.
Berdasarkan cerita dari Paman Kay dan Bibi Nay yang telah hidup ribuan tahun,
sudah 10 orang lebih yang datang ke Pulau Hari Senin dan bertanya hal yang
sama. Dimana letak Pulau dengan Tumbuhan aneh itu. Dan, tidak ada yang tahu
dimana pulau dengan tumbuhan aneh itu berada. Begitu pula dengan Raib, Ali, dan
Seli, tidak mendapatkan jawaban yang diharapkan kecuali hanya diminta untuk
pergi ke Pulau Hari Selasa. Berharap disana ada penduduk yang tahu tentang
pulau dengan tumbuhan aneh itu. Perjalanan 6 jam dengan perahu menuju Pulau
Hari Selasa, adalah petualangan yang benar-benar berbeda dari sebelumnya. Tidak
ada pengalaman sama sekali, tapi mereka harus segera sampai di Pulau Hari
Selasa. Dan, ketika membaca untuk kali kedua nya, saya tetap saja tertawa.
Petualangan dengan perahu selama 6 jam di tengah laut dan tingkah kocak 3
sahabat itu, benar-benar membuat senam otot-otot wajah dan perut.
Kebaikan sejak tiba di
Pulau Hari Senin, tidak mencuri apel milik para nelayan. Kebaikan selama
perjalanan menuju Pulau Hari Selasa, Seli yang rela tidak makan bekal yang
diberikan oleh Bibi Nay selama perjalanan demi Raib dan Ali tidak kekurangan
makanan karena harus bergantian per-30menit sekali melakukan pukulan berdentum
agar perahu tetap jalan. Mereka tidak bisa mengandalkan angin, karena layar
yang mereka pasang tidak tepat dan akhirnya rusak. Kebaikan kedua, Seli berjaga
semalam suntuk di perahu ketika malam dan rasi bintang di langit itu berbeda
dengan rasi bintang pada umumnya. Raib dan Ali, terjaga hingga mau menjelang
pagi.
Tiba di Pulau Hari
Selasa, mereka bertemu dengan kembaran Paman Kay, yaitu Kakek Kay. Pemilik
tempat makan di kota tersebut. Pulau Hari Selasa termasuk Pulau yang lebih luas
dibanding Pulau Hari Senin dan lebih cocok di sebut kota daripada perkampungan.
Dalam petualangan mereka kali ini, ada anggota baru. Max, laki-laki kurus pemilik
kapal yang terbakar dan dirampok ditengah laut yang mereka selamatkan saat
dalam perjalanan menuju Pulau Hari Selasa. Perjalanan dilautan lepas tak jadi
kendala lagi, karena ada Max seorang pelaut handal. Di dunia paralel yang
mereka kunjungi ini adalah tentang perbuatan baik dan ketulusan untuk saling
membantu satu sama lain. Oleh karena itu, semacam ujian, di pulau itu ada satu
masalah yang belum terselesaikan yaitu menemukan kembali boneka singa laut milik
anak kecil bernama Cindanita. Boneka pemberian ibunya hilang. Raib yang merasa
iba melihat kondisi Cindanita, bertekad akan membantu mencarikannya sampai
ketemu. Ternyata oh ternyata, boneka singa laut milik Cindanita di curi oleh
bintang laut yang imut itu rupanya. Dengan segala macam cara, sampai bertemu
dan bertarung sebentar dengan bintang laut raksasa di dalam gua, mereka
akhirnya berhasil menemukan boneka singa laut milik Cindanita. Tentu dengan
pengorbanan, Ali yang siap menjadi bulan-bulanan bintang laut raksasa untuk
memancingnya agar Raib dan Seli bisa fokus mencari bonekanya.
Boneka singa laut itu
berhasil ditemukan. Kakek Kay juga tahu maksud kedatangan mereka ke Pulau Hari
Selasa itu, tapi jawabannya serupa dengan Paman Kay, tidak tahu dimana pulau
dengan tumbuhan aneh itu. Mereka disarankan untuk pergi ke Pulau Hari Rabu,
berharap penduduk di sana tahu lokasi pulau dengan tanaman aneh itu.
Tiba di Pulau Hari Rabu,
berbeda dengan dua pulau sebelumnya. Penduduk di pulau ini profesi utamanya
bukan pelaut, tapi bercocok tanam. Mereka bertemu dengan Petani Kay yang
cerewet, yang juga saudara kembar dari Paman Kay dan Kakek Kay. Kembarannya
banyak sekali. Jika di pulau sebelumnya mereka takut dengan adanya perampok
atau binatang laut atau senjata, maka berbeda dengan penduduk Pulau Hari Rabu
yang lebih takut dengan kawanan burung hitam. Jika kawanan burung hitam itu
datang, maka rusak habis sudahlan hasil panen penduduk di pulau itu. Ujian
untuk mereka di pulau ini adalah bersedia dan sukarela melawan kawanan burung
hitam. Hama musim panen. Sehingga penduduk di pulau ini akan hidup lebih damai
dan Sentosa lagi. Pertarungan jarak dekat dengan kawanan burung hitam pun
berlangsung. Lawan yang Tangguh, yang bisa dikalahkan hanya dengan kecerdikan,
tidak mengandalkan kekuatan dan tenaga saja. Pertarungan yang cerdas. Melihat
titik kelemahan lawan, dan tertuju menyerang titik lemahnya. Maka hitungan
detik, lawan itu akan jatuh, tercerai-berai. Begitu pula saat bertarung melawan
kawanan burung hitam itu. Cerita pertarungan yang seru, yang membacanya ikutan
merasakan atmosfir pertarungan tersebut. Bagaimana Raib mengambil burung
berwarna emas sebagai otak dari transformer kawanan burung hitam tersebut, dan
membekukannya dengan teknik dinginnya. Atau, Ali yang berteriak karena berhasil
menemukan kelemahan kawanan burung hitam itu. Dan, Seli yang membuat jutaan
bulir padi itu mengambang, dan menembakkan ke udara. Luar biasa. Keren.
Salah satu kebaikan
lain yang ditunjukkan adalah sikap Seli yang menemani dan mendengarkan cerita
Petani Kay dengan tulus tanpa menggerutuk atau memprotes, hingga Petani Kay
tertidur. Seli benar-benar menjadi seorang pendengar yang baik, yang mungkin
saat ini sikap itu perlu ada untuk menghargai, menghormati, dan juga sebagai
bentuk rasa sayang dan peduli terhadap yang lain. Agar perasaan keakuan dan
ingin didengar terus-menerus menjadi suatu kebiasaan dan berakhir menjadi
penyakit di lingkungan bertetangga atau berteman. Sayangnya, Petani Kay juga
tidak mengerti letak pastinya pulau dengan tumbuhan aneh itu. Petani Kay,
menyarankan mereka untuk berangkat ke Pulau Hari Jumat dengan menumpang kapal
besar yang membawa hasil panen Pulau Hari Rabu.
Berakhir sudah
petualangan mereka di Pulau Hari Rabu, dan sekarang menuju ke Pulau Hari Jumat.
Kapal besar itu pun berlayar membelah lautan luas. Perjalanan masih aman, Ali
dan awak kapal melawan kecemasan dan kekhawatiran akan perompak dengan bermain
adu jempol misalnya. Sayang, harapan mereka untuk tidak ditemukan perompak
gagal. Bahkan puluhan perompak sudah mengejar dari arah belakang. Keadaan di
dalam kapal otomatis panik, dan perompak berhasil menguasai kapal besar yang
ditumpangi oleh Raib, Ali, dan Seli. Pertarungan jarak pendek berlangsung, kali
ini mereka gagal, tidak mampu mengalahkan ketua para perompak, Dorokdok-dok.
Penguasa di Pulau Hari Kamis, saudara kembar dari Petani Kay, Kakek Kay, dan
Paman Kay. Pulau Hari Kamis yang berbeda dari pulau-pulau sebelumnya, pulau
dengan hutan lebat dan penggunungan juga menyeramkan auranya. Mereka tertahan
di Pulau Hari Kamis oleh para perompak itu. Di kurung di dalam gua bersama para
perompak lainnya yang kesakitan dan berujung pada kematian. kejadian tersebut
membuat Raib juga Seli bertanya-tanya. Terjawab sudah kenapa para perompak itu
diikat pada dipan-dipan bahkan ada yang membenturkan kepala ke dinding hingga
berdarah, atau teriak-teriak histeris kesakitan. Hal itu terjadi karena adanya
ketergantungan pada senjata yang perompak gunakan. Semakin kuat kekuatannya
maka harga yang harus ditanggung oleh pemilik kekuatan itu mahal pula. Dokter
yang menangani puluhan perompak yang kesakitan hanya satu. Bahkan sebetulnya
bukan Dokter beneran, hanya saja sosok itu mengerti obat-obatan. Maka
dipanggilah sebagai seorang dokter.
Raib dengan kemampuan
teknik penyembuhan ikut membantu menawarkan diri, hanya beberapa yang berhasil
diselamatkan, sisanya ada yang mati tak tertolong. Raib juga akhirnya membantu
Dorokdok-dok yang lebih parah dampak dari penggunaan kekuatan itu. Tapi,
berhasil di sembuhkan oleh Raib. Singkat cerita di Pulau Hari Kamis, Raib dan
yang lainnya di bebaskan karena sudah banyak membantu pengobatan para perompak.
Sejahat-jahatnya sikap orang lain terhadap kita, sebaiknya tidak membalas sikap
tersebut dengan perbuatan jahat, tapi sebaliknya dengan perbuatan baik. Seperti
yang dilakukan oleh Raib yang mau mengobati Dorokdok-dok walaupun pemimpin
perompak tersebut telah mengurung dan berbuat jahat kepada mereka. Sayangnya,
Dorokdok-dok juga sedang mencari pulau dengan tumbuhan aneh itu. Jadi, tidak
ada informasi yang bisa membantu mereka menemukan letak pulau dengan tanaman
aneh itu.
Pulau Hari jumat
merupakan pulau tempat tinggalnya Raja. Raja Kay, saudara kembarnya Kay-Kay
yang di pulau-pulau sebelumnya. Di pulau itu, tidak banyak yang dilakukan oleh
Raib, Ali, dan Seli, kecuali melihat pertarungan perebutan kekuasaan antara
Raja Kay yang sekarang dan Dorokdok-dok. Sedikit lucu cerita disini. Kedua Kay
tersebut saling mengklaim kan diri adalah Raja yang paling pantas memimpin
otoritas pulau tersebut. Padahal ya sama saja sebetulnya, dua-duanya pernah
menjadi perompak dan raja bergantian tiap dua ratus tahun sekali. Ada-ada saja.
Kalau kata Ali, hal klaim-mengklaim kedua Kay itu semacam klaim mana yang lebih
dulu, ayam atau telur di Klan Bumi. Petualangan itu belum berakhir, pulau
dengan tumbuhan aneh itu belum ada yang tahu tempatnya. Raja Kay yang baru
(mantan ketua perompak) memberi saran untuk pergi ke Pulau Hari Sabtu bertemu
pelaut Kay. Kembaran Kay-Kay sebelumnya.
Perjalanan menuju Pulau
Hari Sabtu adalah paling mengenaskan sekaligus menyedihkan. Seumpama, sudahlah
jatuh tertimpa tangga bertubi-tubi pula. Semua bermula ketika mereka dikejar
oleh binatang laut, gurita raksasa yang sudah seperti satu gunung besarnya.
Keadaan mereka teracam, melawan gurita raksasa di tengah lautan lepas adalah
pilihan paling tidak menguntungkan untuk mereka. Melawan gurita dengan kekuatan
sama saja mereka mempercepat ajal dihabiskan oleh gurita raksasa itu. Raib,
dengan cepat berseru kepada Ali untuk menyebutkan segala yang diketahui tentang
gurita. Dan dibagian ini, cukup membuat yang membaca terpikal-pikal akan
tingkah konyol Ali dan juga Raib. Atmosfirnya berasa ikutan ada di dalam kapal
tersebut dan dikejar gurita raksasa. Mereka berhasil mengetahui kelemahan
gurita, sayang sebelum itu mereka lebih dulu jadi bulan-bulanan gurita dan
berakhir dengan kapal yang hancur lebur, bersisakan papan kayu sebagai pegangan
mereka untuk berenang mengarungi lautan luas menuju Pulau Hari Sabtu. Gurita raksasa itu buta dan tuli, Raib dengan kekuatannya menyerap cahaya sekitar
menjadi gelap gulita. Begitulah ceritanya mereka bisa selamat dari gurita
raksasa. Tapi, sesungguhnya buta dan tuli itu bukan kelemahannya, Ali asal saja
menyebutkan saat itu. Tapi, untung berhasil. Iseng yang membawa keberuntungan
Selama 48 jam mereka
terombang-ambing di lautan menuju Pulau Hari Sabtu, sudahlah terendam air laut
sampai leher, eh ditambah diguyur hujan dari atas langit. Lama pula.
Kedinginan. Tubuh mati rasa. Hujan reda, berganti panas terik matahari.
Kerongkongan kering. Haus. Lemas. Mengenaskan. Seli yang sejak tadi sudah
terbaring lemah di atas papan kayu, Ali dan Raib juga ikutan melemah. Max,
teman perjalanan mereka cukup kuat. Jika perjalanan untuk menemukan pulau
dengan tanaman aneh itu akan membahayakan keadaan Seli dan Ali sahabatnya, maka
Raib tak akan memilih melanjutkan petualang tersebut. Karena bagi Raib,
persahabatan mereka lebih penting dari semua itu. Ambisi menemukan pulau dengan
tanaman aneh itu boleh jadi ambisi yang melebihi batas. Kabar baiknya, perjuangan
dan pengorbanan mereka terbayar. Mereka tiba di Pulau Hari Sabtu, dan dibantu
para penduduk setempat.
Raib, Ali, dan Seli
kembali bertemu dengan Paman Kay. Paman Kay adalah Pelaut Kay itu sendiri, atau
sebaliknya. Pelaut Kay, dialah sang Pemilik Kunci Lautan. Yang mengetahui letak
pulau dengan tumbuhan aneh itu. Petualangan mereka hampir mencapai ujung.
Tinggal selangkah lagi. Tapi, satu langkah untuk mencapai tujuan tersebut harus
lah dibayar dengan pilihan yang konyol sekali. Ujian terakhir yang harus mereka
taklutkan setelah ujian-ujian sebelumnya. Kilas balik tentang ujian yang telah
mereka lewati dengan baik yang dimulai dari Pulau Hari Senin yaitu ujian
kejujuran, dengan menolak mencuri makanan di perahu. Di Pulau Hari Selasa yaitu
ujian kepedulian, dengan membantu Cindanita mencari boneka yang di curi oleh
bintang laut. Di Pulau Hari Rabu yaitu ujian kesabaran, dengan mendengarkan
celoteh sepanjang malam. Juga, ujian kecerdasan dengan mengalahkan kawanan
burung hitam. Di Pulau Hari Kamis yaitu ujian ketulusan, dengan menolong
perompak yang kesakitan. Dan ujian saat perjalanan menuju Pulau Hari Sabtu
yaitu ujian ketangguhan, dengan mengayuh bilah papan menuju Pulau Hari Sabtu.
Dan, di Pulau Hari Sabtu ini mereka harus lah melewati ujian terakhir. Ujian
melepaskan. Raib, Seli, dan Ali, untuk menuju pulau dengan tumbuhan aneh itu
(Pulau Hari Minggu) mereka harus melewati portal cermin yang dimiliki oleh
Paman Kay dan Bibi Nay. Sayangnya, portal cermin itu tidak bisa dilewati tanpa
seijin Paman Kay dan Bibi Nay. Atau bisa saja di lewati, asalkan Raib dan
sahabatnya dengan tega harus membunuh Paman Kay dan Bibi Nay terlebih dahulu.
Ide dan solusi yang gila.
Sepenting-pentingnya
pulau dengan tanaman aneh itu, tidak jadi pembenaran untuk membunuh orang lain.
lebih baik tidak menuju pulau dengan tanaman aneh itu daripada harus membunuh
orang. Ambisi untuk mencapai pulau dengan tanaman aneh itu meluruh begitu saja
dari Raib, Ali dan Seli. Mereka memutuskan balik kanan, kembali ke Klan Bumi
dan melupakan pulau dengan tanaman aneh itu.
Ujian melepaskan. Dan, mereka tidak
sadar sedang di uji untuk terakhir kalinya oleh orang yang sama bernama Kay di
setiap Pulau yang di lewati selama berpetualangan di Kepulauan Komet tersebut.
Akhir kata, mereka pun masuk dan melewati portal cermin menuju pulau dengan
tanaman aneh itu. Pulau dengan tanaman aneh itu sebenarnya bukanlah sebuah
pulau, hanya ada biji tanaman raksasa yang mengambang, bergerang mengikuti arus
laut. Biji raksasa muncul sedikit di atas permukaan air, dan persis ditengahnya
tumbuh sebuah pohon yang mirip dengan pohon kelapa yang sedang berbuah, buahnya
ranum, dan hanya satu. Saat buahnya ranum maka biji di bawah permukaan laut
ikutan merah, matang juga. Saat itulah portal siap terbuka, kapanpun untuk
menuju Klan Komet Minor. Klan yang paling dicari-cari. Penggenap kekuatan dunia
paralel dan menjadi paling kuat.
Berhati-hatilah selalu.
Di dunia ini ada banyak yang kita lihat tapi tidak seperti terlihat. Ada banyak
yang kita kenal, tapi tidak seperti yang kita kenal. Dan, pesan Pelaut Kay
kepada Raib, Ali, dan Seli betul adanya. Max, yang mereka lihat tidak seperti
terlihat, yang mereka kenal tidak seperti yang mereka kenal, yang putih belum
tentu baik, atau yang hitam belum tentu jahat. Max, adalah Si Putra Tanpa
Mahkota itu. 3 sahabat itu baru sadar saat mereka sebentar lagi akan sampai di
biji raksasa yang ranum merah siap membuka portal menuju Klan Komet Minor. Penipu
kelas kakap. Memanfaatkan kebaikan 3 sahabat tersebut untuk mencapai ambisi nya
menguasai dunia paralel.
Malang sekali nasib 3
sahabat itu. Saat tujuan di depan mata, mereka malah tak berdaya apa-apa.
Terkurung dalam jaring yang jika semakin banyak memberontak akan semakin
mencekik mereka. Dengan hati yang pilu, mata yang sudah memerah, berkaca-kaca, Raib, Ali, dan Seli, memandang dengan tatapan kecewa, pada Si Putra Tanpa Mahkota menuju biji raksasa yang ranum merah
itu.
Sungguh, kisah
petualangan mereka kali ini seperti roda. Kadang diatas, kadang dibawah.Portal
menuju Klan Komet Minor tak tergapai oleh tangan. Jatuh, jatuh dalam sekali.
Tapi, bukan Raib, Ali, dan Seli yang harus menyerah begitu saja. Perbuatan baik
dan ketulusan hati selalu menjadi kekuatan yang paling tak terkalahkan di dunia
paralel. Petualangan itu belum berakhir. Mari berlanjut ke buku petualangan
berikutnya, KOMET MINOR.
3. KOMET MINOR
Komet minor. Ini adalah
serial terakhir dari petualangan 3 sahabat. Raib yang bisa menghilang. Seli
yang bisa mengeluarkan petir. Dan, Ali yang bisa apa saja. Komet minor tamat
dibaca tanggal 28 April, dan setelah di endapkan selama hampir dua hari,
jadilah hari ini siap hati dan pikiran untuk mereview komet minor. Sebetulnya,
ini adalah kali pertama ikutan mereview buku-buku yang telah dibaca. Dan,
setelah Ceros dan Batazor, Komet, selesai di reiew rasanya aneh dan sungguh
merasa gimana gitu. Tapi, diingat-ingatkan lagi sama kalimat orang-orang hebat,
kalau gak mencoba, gimana tahu letak salahnya dan kurangnya.
Baiklah. Kalimat pembukanya cukup.
Review buku komet minor di mulai.
Petualangan Raib, Ali,
Seli, untuk menghentikan ambisi Si Putra Tanpa Mahkota menguasai dan menjadi
orang paling kuat di seluruh jagat dunia paralel luar biasa, membuat yang
membaca ikutan terbawa atmosfer pertarungan, pengorbanan, lelucon, khawatir,
cemas, takut, sedih, tertawa, peduli, dan kecewa. Cerita yang seperti
cerita-cerita sebelumnya mampu mengajak pembaca ikut berpikir, menebak-nebak,
dan ikut serta merasa dan melakukan apa yang dilakukan tokoh-tokoh dalam cerita
itu. Dalam kasus menghentikan ambisi Si Putra Tanpa Mahkota, maka ini adalah
akhir petualangan 3 sahabat terbaik bersama team terbaik. Cerita ini berawal
dari Pulau Hari Minggu, menuju pulau dengan tumbuhan aneh itu. Petualangan
mencari pulau dengan tumbuhan aneh itu sungguh luar biasa, banyak sekali
pelajaran sederhana yang bisa diambil dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Pelajaran sederhana yang diajarkan lewat cerita petualangan di
buku Komet Minor ini juga tidak kalah banyaknya.
Kilas balik di cerita
sebelumnya, bahwa Raib, Seli, dan Ali, dikhianati oleh Max alias Si Putra Tanpa
Mahkota yang menyamar. Hal itu cukup membuat 3 sahabat tersebut terpukul, sedih
dan pesimis. Si Putra Tanpa Mahkota, selangkah lagi maka akan melewati portal menuju
Klan Komet Minor yang sebentar lagi terbuka di pulau dengan tumbuhan aneh itu.
Tapi, didetik-detik terakhir ketika portal klan itu akan terbuka, Ali yang bisa
apa saja melakukan usaha terakhirnya dengan hati-hati dan serius sekali.
Harapan untuk melanjutkan petualangan itu masih ada. Sebuah cermin kecil jatuh
dari saku celana hitam Ali. Dan, beberapa saat kemudian muncul seseorang yang
tak asing lagi. Ia adalah Batazor. Master
B. Pengintai terbaik. Juga, menyeramkan. Segera melepaskan jaring perak
yang mencekik ketiganya, dan seperkian detik sebelum portal menuju Klan Komet Minor
tertutup, Batazor berhasil melakukan teknik teleportasi, ikut masuk ke dalam
perut ikan raksasa yang menelan habis pulau dengan tumbuhan aneh itu.
Ya, itulah portal menuju
Klan Komet Minor yang dicari-cari para petarung antarklan selama ini, mulut
ikan raksasa. Setelah ini sungguh dibuat bingung dan seringkali menyengirkan
dahi. Satu buku dengan berbagai macam kejadian itu latar ceritanya adalah di
dalam perut ikan raksasa. Entahlah betul atau salah, begitu yang bisa
disimpulkan setelah menamatkan cerita petualangan terakhir itu.
Keberadaan Raib, Ali,
Seli, dan Batazor di dalam tubuh ikan raksasa tentu diketahui oleh Si Putra
Tanpa Mahkota. Disitu sempat terjadi pertarungan sebentar antara Si Putra Tanpa
Mahkota dan Batazor. Batazor unggul, setidaknya mampu membuat celah beberapa
saat untuk mereka berkesempatan kabur dari Si Putra Tanpa Mahkota. Karena Si Putra
Tanpa Mahkota tentu bukanlah lawan yang setara. Mereka berpindah-pindah dengan
teknik teleportasi secepat mungkin. Membuat jarak sejauh mungkin agar tidak
terkejar oleh Si Putra Tanpa Mahkota. Pelarian yang hebat sekali tanpa
meninggalkan jejak sedikit pun. Beruntung mereka bertemu Batazor sebelumnya,
karena petualangan kali ini Raib, Seli, dan Ali berhadapan dengan orang paling
kuat dan tak terkalahkan. Setidaknya, dengan adanya Batazor, sang pengintai,
sekaligus teman perjalalanan yang hebat, petualangan mereka berjalan efektif,
akurat dan cepat.
Tujuan petualangan
mereka ke Klan Komet Minor ini adalah untuk menemukan lebih dulu pusaka hebat
yang pernah diciptakan ribuan tahun lalu oleh aliansi para pemburu di Klan Komet
Minor itu. Aliansi para pemburu dengan anggota-anggota terbaik di klan
tersebut. Klan Komet Minor juga dikenal sebagai klan dengan zona putih, klan
yang berdiri sendiri, tidak bersekutu dengan klan-klan lain. Pusaka hebat itu,
jika berhasil ditemukan oleh seseorang yang berniat jahat, seperti ambisi
menjadi penguasa, orang nomor satu paling hebat dan tak terkalahkan, maka akan
membahayakan seluruh kehidupan seluruh klan yang ada di dunia paralel. Dan, Si
Putra Tanpa Mahkota setelah bebas dari penjara bayangan kembali melanjutkan
misinya yaitu mencari pusaka hebat yang ada di Klan Komet Minor untuk
menyempernakan kekuatannya. Menjadi orang nomor satu di dunia paralel, dan
bebas melakukan apasaja, sekaligus ingin mengancurkan orang-oran diklan
tertentu bisa jadi. Oleh karena niat jahat tersebut, Raib, Ali, dan Seli juga
Batazor, berusaha bergerak dan berusaha lebih cepat untuk menemukan pusaka
hebat itu.
Seperti cerita-cerita
petualangan sebelumnya, Raib, Ali, dan Seli juga bertemu dengan beberapa orang
penting di Klan Komet Minor. Orang-orang yang memiliki hubungan dengan
keberadaan pusaka hebat itu. Dan, orang-orang itu bukanlah yang mudah ditemui,
atau mudah menyerahkan alat berharga dan mematika begitu saja tanpa ujian-ujian
yang kecil. Dalam petualangan itu, ujian-ujian itu sedikit demi sedikit
berhasil mereka lewati. Penghalang-penghalan yang mudah hingga yang paling
sulit juga berhasil dilewati. Misi menemukan pusaka hebat lebih dulu dari Si
Putra Tanpa Mahkota itu akan terselesaikan. Bukan hanya dengan kekuatan pukulan
berdentum, pukulan kinetik, dan kekuatan-kekuatan lainnya. Tapi, dengan
kerjasama team yang solid, saling bahu-membahu, sabar, dan terus melakukan
kebaikan adalah puncak kekuatannya. Ditambah adanya Batazor, menyelesaikan misi
itu 10x lebih cepat.
Salah satu penghalang yang
mereka temui adalah melawan keganasan cacing pasak. Sebelum itu juga ada, cuman
bagian ini yang lebih bikin cemas, khawatir, dan tak tentu rasanya saat
membaca. Cacing pasak berukuran besar, berbahaya dan mematikan.
Cacing pasak ini
sesungguhnya ada didalam tanah yang dalam, dan akan muncul dipermukaan jika ada
yang mengganggu ketenangannya. Singkat kata, pada waktu itu Raib, Ali, Seli,
Batazor sedang melakukan latihan untuk mempersiapkan diri melawan Si Putra
Tanpa Mahkota. Latihan yang sungguh membuat seluruh tanah bergetar hingga mengganggu
ketenangan para cacing pasak itu. Kesalahan kecil yang mereka lupa adalah tidak
membuat tameng untuk dipermukaan tanah, hanya tameng kiri-kanan-atas. Mereka
lupa bahwa di klan ini hewan-hewan, tumbuhan-tumbuhan, sungai, dan segalanya
dalam bentuk dan rupa yang tidak normal. Terjadilah kecelakaan yang menimpa Seli.
Seli sempat digigit oleh cacing pasak. Keadaan menjadi panik seketika, aura
pertarung terasa. Raib, Ali, dan Batazor berjuang mati-matian melawan cacing
pasak. Cacing pasak ini rupanya tidak bisa dilawan dengan pukulan berdentum,
karena cacing-cacing itu akan terpotong menjadi dua. Sialnya, ujung-ujung
potongan itu akan tumbuh ekor baru dan kepala baru. Menjadi satu cacing pasak
yang sempurna. Dari dua jadi 4, dan seterusnya hingga ada 16 cacing pasak.
Salah satu cara untuk mengalahkanya adalah dengan menemukan kelemahannya.
Dengan teknik super cepatnya mengelilingi cacing-caing pasak itu, Batazor akhirnya
menemukan. Lalu, dengan menggunakan teknik membelah diri menjadi 16 diri,
Batazor berhasil melumpuhkan 16 cacing pasak tersebut. Mereka selamat. Segera
berpindah dan mencari tempat yang lebih aman. Seli, jatuh sakit. Racun-racun
daric acing pasak tersebut berhasil dikeluarkan tetapi efek sampingnya sungguh
menggilakan dan mematikan.
Petualangan itu
mempertemukan mereka dengan mantan para ahli pemburu yang pernah dibentuk pada
dua ribu tahun lalu di Klan Komet Minor. Pertemuan itu sedikit lebih mudah dan
lebih welcome dengan informasi bahwa
mereka bertemu dua orang berpengaruh, Paman Kay dan Bibi Nay. Adapun empat
orang itu, yang pertama adalah Tuan Entre. Kedua adalah Tuan Arci si penembak
jitu. Yang ketiga adalah Lady Ooprahh/ Nyonya Kulture si ahli budaya dan
sejarah. Dan, yang terakhir adalah Tuan Finale si petinju tangan kosong.
Ujian-ujian dari keempat orang penting itu segera mereka temui, dan ujian-ujian
lainnya sebagai pelengkap perjalanan petualangan mereka.
Ujian pertama
Klan komet minor
memiliki alam liar yang sangat menantang. Tempat berlatih terbaik karena lawan
tandingnya adalah hewan-hewan, hutan-hutan, sungai, lembah gunung. Semua yang
pernah datang ke klan tersebut tidak banyak yang bisa bertahan dan melanjutkan
petualangan. Lebih banyak yang gagal lalu gugur. Dan, karena sifat pantang
menyerahnya bisa selamat dari efek samping dari racun cacing pasak dan berhasil
membuat Tuan Entre luluh dan bersedia memberitahukan letak potongan
senjata/pusaka hebat yang pernah diciptakan ribuan tahun lalu.
Pusaka hebat yang
berbentuk tombak. Senjata mematikan, tujuan awalnya untuk melawan pemburu
antarklan yang memiliki niat jahat. Senjata tersebut mampu menghancurkan
apasaja. Hingga suatu ketika, tombak itu berhasil dicuri. Terjadilah kekacauan
di kota Archantum. Penduduk di Klan Komet Minor itu sendiri banyak yang
terbunuh. Peperangan itu berlangsung cukup lama, 7 hari 7 malam, pemegang
senjata itu berhasil dikalahkan. Sejak saat itu Paman Kay dan Bibi Nay, sebagai
ketua aliansi para pemburu saat itu, memutuskan untuk meninggalkan Klan Komet
Minor, dan menetap di Klan Komet. Klan Komet Minor menjadi klan tanpa ada senjata
yang beredar. Tuan Entre termasuk yang tidak mudah untuk bercerita lebih jauh
lagi tentang senjata. Tapi, ketika tahu bahwa Seli terkena efek samping dari
racun cacing pasak, sedikit membuatnya lulus dan prihatin akan team petualang
itu. Mengijinkan mereka bermalam dirumahnya. Dan, dengan tanpa rasa bersalah
Tuan Entre menyampaikan kabar buruk sekali, bahwa jika serangan terakhir efek
samping dari racun cacing pasak tidak mampu dilawan oleh tubuh Seli sendiri,
maka besok pagi-pagi kabar buruknya Seli tak akan siuman lagi. Sebagai seorang
petarung sejati, Seli yang selalu setia dengan Raib dan Ali. Seli yang selalu
polos, Seli yang selalu cemas dan khawatir. Di balik semua itu, Seli adalah petarung
keturunan Klan Matahari dengan kekuatan fisik yang tak terkalahkan. Petarung yang
tanpa mengenal kata menyerah. Dimana, efek samping dari racun mematikan cacing
pasak itu tidak menjadikan Seli terkapar dan tak berdaya, lalu pergi
selama-lamanya. Tapi sebaliknya, menjadikan Seli semakin kuat, 10 kali lipat
meningkat dari sebelumnya. Kejadian itu membuat Tuan Entre kagum, dan bersedia
memberitahukan potongan cerita dari senjata hebat yang sedang dicari.
Tuan Entre
memberitahukan sedikit memberi informasi, bahwa senjata itu tidak sebetulnya
belum benar-benar dihancurkan. Pembuat senjata itu membagi menjadi tiga
potongan. Tuan Entre meminta mereka untuk pergi ke Menara Kelabu, penggunungan
jauh, bertemu dengan Tuan Arci. Petualangan kedua mereka ke kediaman Tuan Arci
dimulai. Ujian pertama berhasil dilewati dengan baik. Lewat keteguhan dan
pantang menyerah seorang Seli, dan kesabaran dan ketulusan Raib, Ali, dan
Batazor menunggunya siuman.
Ujian kedua
Ujian yang lebih sulit
dibandingkan ujian pertama. Kabar buruknya, di bawah Menara Kelabu tersebut
terdapat kadal-kadal yang selama 24 jam tidak pernah berhenti beraktivitas dan
membuat bola-bola api. Jika terlihat ada benda asing, kadal-kadal purba
tersebut segera meleparkan bola-bola api panasnya. Mereka harus melewati
kadal-kadal purba tersebut untuk sampai ke Menara kelabu, dan dengan kerjasama
team yang baik, sedikit demi sedikit mereka bisa melewatinya. Kadal-kadal purba
tersebut banyak sekali, tidak bisa mendengar (tuli). Ujian selanjutnya adalah
melewati tembakan tak kasat mata saat menaiki Menara Kelabu. Raib, Ali, Seli,
dan Batazor sudah berulang kali mencoba dengan teknik teleportasi paling cepat
sekalipun, tapi tetap gagal. Hingga Raib bercerita kepada Batazor bahwa
seseorang yang berada di atas Menara Kelabu tersebut buta. Tidak bisa melihat.
Batazor seorang pengintai hebat, segera tahu apa yang terjadi bahwa Tuan Arci
melakukan penembakan berdasarkan apa-apa yang didengar. Indra pendengarnya
tajam sekali. Karen, di Menara tersebut sebenarnya Tuan Arci sedang melatih
indra pendengaran karena matanya yang buta saat terjadi pertarungan merebut
senjata pusaka hebat dua ribu tahun lalu. Batazor berhasil menghindari
tembakan-tembakan dari Tuan Arci dengan kemampuan indra pendengarnya yang
tajam. Batazor sudah di atas Menara kelabu, berhadapan dengan Tuan Arci, yang
disusul oleh Raib, Ali, dan Seli. Mereka menjadi tamu Tuan Arci. Pertemuan
dengan Tuan Entre, Paman Kay, Bibi Nay, juga sekaligus menambah kepercayaan
Tuan Arci kepada mereka untuk menyimpan satu potongan pusaka hebat itu agar
tidak jatuh ke tangan penjahat.
Tuan Arci, berbaik hati
memberitahukan potongan selanjutnya. Mereka segera meninggalkan Menara kelabu
menuju kota Archantum, bertemu Nyonya Kulture atau Lady Oopraah. Selebritas
popular di ibukota Klan Komet Minor.
Ditengah perjalanan
menuju pulang, sayangnya nasib buruk menimpa mereka. Si Putra Tanpa Mahkota
berhasil menemukan mereka berempat. Lalu, tidak berbasa-basi lama, meminta
mereka untuk menyerahkan potongan pusaka hebat itu. Mereka bertahan
habis-habisan untuk tidak menyerahkan potongan pusaka tersebut, tapi sayangnya
tidak berhasil. Kekuatan mereka tidak pernah sebanding dengan kekuatan Si Putra
Tanpa Mahkota. Mereka kecewa, tapi tak berlarut-larut. Segera menyusun rencana
kedua, mencari Nyonya Kulture atau dikenal sebagai Lady Oopraah. Nama yang
sudah diganti.
Ujian ketiga
Ujian ketika akan bertemu
Lady Oopraah cukup lucu, karena tidak banyak menggunakan kekuatan. Lebih banyak
menunggu dan menunggu hingga mengorbankan diri menjadi pemeran pengganti
sebagai monster dadakan pada film yang dibintangi oleh Lady Oopraah. Batazor,
menjadi bulan-bulanan sutradara dan tim karena tidak pernah benar dalam
berakting. Tapi, penghalang-penghalang itu segera terlewati. Hingga mereka
berhasil berbincang dengan Lady Oopraah. Dan, tantangan dari Lady Oopraah
adalah menjadi bintang tamu di salah satu segmen talkshow yang paling
dinanti-natikan di ibukota tersebut satu
jam bersama lady oopraah. Salah satu dari mereka harus bisa membuat penonton
di studio dan di rumah-rumah yang menontonnya terpana akan isi pidato yang
disampaikan, tentang definisi keluarga. Tantangan itu diterima. Awalnya yang
tertebak pertama kali adalah Raib, Ali, lalu Seli. Batazor tak mungkin sekali.
Dan, tebakkan itu kurang tepat. Yang menjadi pembicara malam itu adalah Ali.
Penampilan yang berbeda 180 derajat dari penampilan Ali biasanya. Ali berhasil
dengan baik melewati ujian tersebut. Lady Oopraah bersedia memberikan potongan
kedua dari tombak tersebut. Mereka senang. Dan, Lady Ooprah memberitahu mereka
bahwa potongan terakhir ada pada pembuat senjata hebat itu, yaitu Tuan Finale. Seorang
lelaki Tua yang sudah pikun. Tinggal dan mengasingkan diri pada tempat yang
jauh, daerah sisa pertambangan di klan tersebut.
Perjalanan mereka
menuju tambang itu pun bernasib sama dengan perjalanan sepulangnya dari Menara
kelabu. Si Putra Tanpa Mahkota itu berhasil merebut kembali potongan kedua dari
tombak pusaka hebat itu. Mereka kalah lagi. Dan, berhasil melarikan diri dari
serangan Si Putra Tanpa Mahkota lewat portal cermin. Mereka kembali ke ibukota Klan
Momet Minor. Kembali ke rumah Lady Oopraah yang telah dihancurkan oleh Si Putra
Tanpa Mahkota karena Lady Oopraah memilih mengunci mulutnya, tak memberikan
informasi sedikit pun. Seperti yang dialami oleh Tuan Arci. Menara dan
kadal-kadal purba itu juga telah tiada oleh perbuatan Si Putra Tanpa Mahkota.
Kabar baiknya, Batazor
dan 3 sahabat itu berhasil menemukan tempat persembunyian Lady Ooparah di ruang
bawah tanah. Tuan Arci, dan Tuan Entre juga berada di ruangan itu. Ketiga mantan
pemburu itu berhasil selamat dari serangan Si Putra Tanpa Mahkota lewat portal
Cermin. Tanpa menunggu lagi, mereka menjadi satu team yang hebat dan kekuatan
mereka semakin kuat walaupun masih bukan lawan untuk Si Putra Tanpa Mahkota.
Untuk segera tiba di
tempat tinggal finale bukan hal yang sulit karena mantan para pemburu itu
menguasai trik berpindah tempat dengan cermin. Hitungan detik, mereka telah
tiba di tempat tinggal Finale. Finale yang telah pikun sedang memancing di
dekat kediamannya, kekuatan tangannya dalam hal tenju tidak berkurang sedikit
pun. Kediaman Finale cukup tersembunyi, di dalam Lorong yang dalam dan jauh,
serta pintu Lorong dari baja yang tidak mudah untuk ditembus. Tapi, kekuatan Si
Putra Tanpa Mahkota tak perlu diragukan, dengan pukulan berdentum 1 kali cukup
menghancur-leburkan pintu baja itu. Detik-detik sebelum Si Putra Tanpa Mahkota
tiba, dimanfaatkan oleh Lady Oopraah dan teman-temannya menjelaskan maksud dan
tujuannya mereka berada di kediaman Finale saat itu. Cukup lama, karena mereka
harus mengingatkan Finale dengan sabar. Finale yang tiba-tiba ingat, tiba-tiba
lupa.
Si Putra Tanpa Mahkota
berhasil menembus pintu baja itu. Tanpa basa basi, segera meminta untuk
menyerahkan potongan ketiga dari tombak tersebut. Dan, sekaligus merasa senang
karena Raib dan yang lainnya berada di kediaman Finale sehingga bisa dihabiskan
sekaligus. Untuk suasana disini sedikit lucu, karena saat-saat mau bertarung
dengan polosnya Finale segera lupa kembali terhadap orang-orang yang ditemuinya
tadi, dan kembali duduk memancing ikan. Disaat yang lain sedang jual beli
serangan, Finale sedang asyik memancing. Tapi seketika, kembali tersadar. Kekuatan
Finale (petinju dengan tangan kosong) yang sangat kuat, berhasil memukul mundur
Si Putra Tanpa Mahkota beberapa kali. Jual beli serangan tinju kembali
berlangsung. Dan, Si Putra Tanpa Mahkota kembali terpelanting jatuh. Menambrak
bebatuan yang ada disekitar kediaman Finale. Hingga, kekuatan akhir paling
mematikan Si Putra Tanpa Mahkota dikerahkan, yang membuat Finale tak bisa
bertahan. Finale terpelanting jatuh dari atas bebatuan tempatnya memancing.
Potongan terakhir itu pun jatuh. Ali segera mengambilnya, dan segera di rebut
oleh Si Putra Tanpa Mahkota.
Lengkap sudah pusaka
hebat itu ditangan Si Putra Tanpa Mahkota. Tertawa sombongnya terdengar. Merasa
hebat dan semakin kuat. Sekarang, dengan pusaka itu Si Putra Tanpa Mahkota
dengan mudah mengusai seluruh dunia paralel. Tapi sayang, Si Putra Tanpa Mahkota
ternyata hanya memegang tombak pusaka palsu yang bentuk dan rupanya dibuat sama
tapi kekuatannya tidak. Teknologi yang di beli Ali di Ibukota klan tersebut
bekerja dengan baik, yaitu mampu menyerupai bentuk fisik dari benda aslinya.
Ali yang genius, menipu orang terkuat di dunia paralel. Tombak pusaka asli
segera dikeluarkan oleh Ali, dan pemegang tombak tersebut berubah menjadi
seperti pangeran-pangeran keren dengan jubah keren dan terhormat. Si Putra Tanpa
Mahkota segera menyadari telah ditipu, lalu berteriak marah, dan dengan penuh
ambisi menyerang Ali.
Tombak pusaka hebat
yang mematikan, Ali melawan serangan dari Si Putra Tanpa Mahkota dengan tombak
itu. Si Tanpa Mahkota kalah telak dengan sangat mudah. Terkulai lemah dan tak
berdaya. Ali, sebenarnya ingin dan hampir membunuh SI Putra Tanpa Mahkota yang
sangat jahat tersebut. Tapi, Raib Si Bijak, berseru tidak. Seli juga ikutan
menyetujui keputusan Raib. Itulah pilihan terbaik dan paling tepat. Pilihan
untuk memaafkan orang-orang yang sangat jahat. Memaafkan bukan tentang kita
lemah, tapi itulah kekuatan besar. Rela menerima dan melapangkan hati. Boleh
jadi esok lusa, orang jahat itu bisa menjadi orang yang baik. Masih ada
kesempatan kedua dan ketiga. Di saat memutuskan untuk memaafkan, tidak ada
pihak yang akan merugi. Semua beruntung pada porsi-porsinya masing-masing.
Akhir cerita, Si Putra
Tanpa Mahkota dibawa ke ruangan Bor-O-Bdur, dikurung dan diurus oleh dua pemuda
kembar itu. Sedangkan tombak pusaka hebat itu kembali di potong menjadi 3
bagian. Di sesi terakhir, Paman Kay dan Bibi Nay muncul dan membantu
penyembuhan pada Finale. Singkatnya aliansi para pemburu yang pernah dibentuk
itu berkumpul lagi, lalu segera berpisah kembali. Raib, Ali, Seli dan Batazor
kembali ke Bumi. dan kembali menjalankan kehidupannya lagi masing-masing.
mereka berhasil mengalahkan dan menghentikan ambisi dan niat jahat dari Si Putra
Tanpa Mahkota.
SEKIAN.
Cerita sedikit.
Pengalaman baca buku
Bang Tere Liye kadang suka kesel sendiri karena tiap tebakan pasti gak ada yang
tepat. Bang Tere Liye yang pandai sekali menyembunyikan alur cerita yang ada
sehingga tidak dapat dengan mudah ditebak. Atau lebih tepatnya, saya yang tidak
pandai membaca situasi cerita. Tapi, di Komet Minor saya berhasil menebak satu
hal, yaitu potongan tombak pusaka hebat yang dirampas oleh Si Putra Tanpa Mahkota
adalah yang palsu. Bahagia sekali ketika tebakan itu tepat. Yes.
Serial Bumi ini wajib
banget dibaca, ada begitu banyak hal yang menjadi pembelajaran yang realistis
dan dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Gaya Bahasa Bang Tere Liye
selalu suka. Langsung menembak tepat pada permasalahannya. Tanpa berliku-liku.
Blak-blakan.
Ada sedikit harapan
yang tidak terjawab, padahal diharapkan bisa terjawab pada komet minor. Yaitu
tentang orang tua Raib, dan orang tua Ali itu sebenarnya ada atau sudah beneran
gak ada. Setelah pidatonya di acara talkshow Lady Oopraah bertambah satu lagi
pertanyaanya, Ali yatim piatu?
Rasanya gemes sekaligus
ah sudahlah harus bersabar lagi menunggu cerita petualangan adik kakak ST4R
& SP4RK di dunia paralel lainnya.
Sekian review buku yang lebih
tepatnya meringkas cerita yang ada di 3 buku tersebut.
SALAM SEMANGAT!!!!
Resensi dan foto, oleh: Khusnul
Khatimah. Buku-buku adalah milik Ulfa dan Armita. Terimakasih sudah meminjamkan
karya Bang Tere Liye.
Komentar
Posting Komentar