Resensi pertama kali, yeah!!! #Cerosdanbatazor #komet #kometminor #lombaresensitereliye



Resensi Novel Tere Liye: Ceros dan Batazor, Komet dan Komet Minor.
Jika kamu sedang mencari buku bacaan tentang arti dari persahabatan sejati, pengorbanan dalam membangun persahabatan, suka-dukanya, tingkah lucunya, petualangan, pertarungan, melepaskan, memaafkan, kepedulian, bersabar, berbuat dengan tulus, tentang ketulusan, tentang kepemimpinan, tentang ketegasan, tentang menjadi realistis, tentang menjadi cerdas, tentang menjadi jahat, tentang kesopanan, tentang menghargai, tentang menghormati, tentang berjiwa besar, tentang kejujuran. Maka cobalah membaca buku serial Bumi Tere Liye ini. Salah satu serial yang rekomended sekali untuk semua umur. Daya imajinasi akan diuji. Kejadian-kejadian yang tak masuk akal yang menjadi mungkin masuk akal di masa mendatang. Ini lah cerita serial yang tak kalah menarik dari penulis terbaik anak bangsa. Dan, resensi yang saya buat adalah penjabaran singkat dari semua kejadian petualangan mereka. pesan-pesan moral, akhlak, dan ilmu-ilmu alam dan segala macamnya menjadi satu-kesatuan. Selamat membaca. Membaca Bukunya lebih seru. Tapi, membaca resensi saya juga tak kalah seru. Hehe. Have Fun, Dear!.
1.       CEROS DAN BATAZOR

Ceros dan Batazor, buku ke-4,5 dari serial Petualangan 3 sahabat. Raib bisa menghilang. Seli bisa mengeluarkan petir. Dan, Ali bisa melakukan apa saja. Ceros dan Batazor, dua cerita petualangan dan pengalaman yang berharga untuk Raib, Ali, dan Seli. Melalui petualangan ini, ikatan persahabatan dan kekompakan 3 sahabat tersebut semakin menguat dan menginspirasi bagi siapa saja yang bersama mereka.
CEROS.
Petualangan bertemu Ceros adalah cerita petualangan yang tak pernah terpikirkan sama sekali sebelumnya. Mereka mengira hanya akan melaksanakan karyawisata biasa di luar kota yang diadakan oleh sekolah. Mengunjungi salah satu tempat bersejarah yang amat terkenal. Raib dan Seli tidak masalah dengan karyawisata tersebut, karena tidak akan menjadi petualangan yang menegangkan sekaligus mematikan seperti petualangan-petualangan yang telah dilalui selama di dunia paralel, Klan Bulam, Klan Matahari, dan Klan Bintang. Petualangan 3 sahabat kali ini hanya akan berkutat dengan buku tulis, pulpen, dan mata serta telinga untuk melihat peninggalan bersejarah dan cerita sejarah dari sebuah bangunan tersebut. Terasa menyenangkan. Tapi, karyawisata yang menyenangkan itu tidak berlaku untuk Si jenius, Ali. Karyawisata ini tidak ada menarik sama sekali, membosankan iya. Orang jenius dan orang iseng beda-beda tipis. Tapi ke-dua sifat itu ada dalam diri Ali. Jadinya repot untuk berurusan dengannya. Salah satunya ya ini, karena keisengan dan kegeniusan Ali, petualangan yang harusnya santai dan tidak menegangkan layaknya liburan tetapi terjadi sebaliknya, menegangkan iya, mengerikan juga, dan teracam tidak dapat kembali ke rumah.
Petualangan itu di mulai dari sensor transparan yang di buat oleh Ali sendiri menangkap aktivitas yang tidak biasa. Skala 10. Menunjukkan bahwa adanya potensi aktivitas dari dunia paralel. Bisa ditebak, Ali yang awalnya malas dan acuh tak acuh mendengar cerita dari Bu Ati segera menuju tempat dimana sensor transparannya berdesing kencang karena menangkap aktivitas dunia paralel. Sebagai sahabat yang tak terpisahkan, Raib dan Seli segera mengikuti Ali. Singkat kata, 3 sahabat itu pun menaiki ILY masuk dan menelusuri bangunan kuno besar dalam ruangan kubus raksasa yang berjarak lima puluh kilometer di perut bumi. Bangunan kuno besar di perut bumi itulah, Raib, Ali dan Seli bertemu dengan dua Ceros, juga dua pemuda kembar. Ngglanggeran dan Ngglanggeram.
Ceros, itu sendiri seperti monster, kepala badak, tapi bertubuh manusia. Seperti Ali, menjadi setengah manusia dan setengah beruang. Kondisi ini muncul ketika Ali sangat marah kepada musuh-musuhnya. Malam itu, di perut bumi di bangunan kuno besar terjadi pertarungan jangka pendek antara Raib, Ali, dan Seli melawan dua Ceros yang tingginya sekitar empat puluh meter, membawa tongkat perak panjang, teracung ke depam, bisa berjalan di atas air, dan berlari buas. Membuat Raib, Ali, dan Seli tersengal dan khawatir dengan kemampuan untuk mengalahkan dua monster tersebut.
Singkat kata, untuk bisa bertahan dan selamat dari serangan dua Ceros pemarah itu, Raib dengan Sarung Tangan Bulan, Ali dengan Sarung Tangan Bumi, dan Seli dengan Sarung Tangan Matahari, bergantian melawan dua Ceros itu, tapi belum mampu memukul mundur dua ceros pemarah itu. 3 sahabat ini sebaliknya menjadi bulan-bulanan dua ceros pemarah yang ingin menghancurkan sekitarnya tanpa ampun. Tapi, bukan Raib, Ali dan Seli yang harus mundur dan mengalah dari pertarungan itu. Sebut saja 3 sahabat ini sudah biasa dengan pertarungan dari yang paling mudah sampai musuh yang memiliki kekuatan paling kuat. Menarik, di sinilah salah satunya yaitu cerita pertarungan 3 sahabat melawan dua ceros itu dengan teknik kekompakan dan saling bahu-membahu. Teknik yang mereka latih selama di bumi setelah melihat teknik pertarungan yang ditunjukkan lawannya saat bertarung di Klan Bintang. Teknik saling mengisi, saling melindungi dan bergerak cepat ini setidaknya mampu membuat dua ceros itu terpelanting ke belakang. Namun, ceros tetaplah ceros yang kekuatannya tidak sebanding dengan 3 sahabat itu. Pertarungan itu selesai, saat matahari terbit. Ceros menghilang, menyisahkan dua pemuda kembar, dan Raib, Ali, Seli yang tidak sadarkan diri.
Pertarungan melawan dua ceros malam itu adalah pertarungan pertama juga terakhir untuk Raib, Ali dan Seli. Karena pada malam-malam berikutnya mereka tahu sosok dua ceros sebenarnya. Dua ceros itu adalah Ngglanggeran dan Ngglanggeram. Pemuda kembar yang berasal dari klan Aldebaran, bintang paling terang di konstelasi Taurus dan telah tinggal di ruangan Bor-O-Bdur selama ribuan tahun tanpa pernah keluar. Sungguh menyakitkan dan meyedihkan menjadi Ngglanggeran dan Ngglanggeram, karena hanya tinggal berdua di ruangan itu dengan siklus satu jam siang dan satu jam malam. Malamnya berubah menjadi monster mengerikan, menghancurkan sekitarnya, dan siangnya berubah menjadi bentuk aslinya. Pemuda baik hati dan ramah. Kejadian menyakitkan itu mungkin tidak akan terjadi jika dua ribu tahun yang lalu jika tidak ada yang mencuri benda paling berharga milik pemuda kembar itu. Dan, secara tidak langsung nasib Raib, Ali, dan Seli sekarang sama dengan pemuda kembar. Tidak akan pernah keluar dari ruangan Bor-O-Bdur karena adanya selaput yang telah didesain oleh Ngglanggeran dan Ngglanggeram yang tidak dapat dilewati oleh apapun kecuali jika benda yang dicuri itu ada di tangannya pemuda kembar. Solusi yang sesungguhnya adalah bukan solusi. Bagaimana pula benda yang dicuri dua ribu tahun lalu itu ada di ruangan ini. Tidak mungkin dan sungguh tidak masuk akal.
Berhari-hari sudah mereka terkurung di ruangan itu. Pagi dengan cerita dan sarapan, malamnya bersembunyi agar keberadaannya tidak di ketahui oleh dua ceros. Putus asa, menyerah, dan tidak ada semangat hidup, begitulah yang menyerang Raib, Ali, dan Seli setelah tahu bahwa tak akan bisa keluar dari ruangan itu kecuali dengan pengendali ceros yang dicuri anak muda dua ribu tahun lalu. Seperti kata pepatah, siapa yang menanam, dialah yang menuai. Siapa yang memulai, dialah yang mengakhiri. Begitu pula dengan cerita petualangan 3 sahabat itu. Ali, dengan kegeniusan dan keisengannya membawa mereka menemukan ruangan Bor-O-Bdur itu. Dan, Ali jugalah yang menyadari akan adanya solusi terbaik cara untuk keluar dari ruangan itu.
Ali sadar, bahwa pengendali ceros yang pernah dikatakan oleh pemuda kembar, yang telah dicuri itu adalah tidak lain lagi ada pada Ali, yaitu dua Sarung Tangan Bumi. Jika Ali memakai itu maka perubahan menjadi beruang raksasa yang dapat di kendalikan, begitu pula dengan pemuda kembar akan dapat mengendalikan diri berubah menjadi ceros dengan sarung tangan itu. Selesai sudah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan ditakutkan lagi. Mereka bisa kembali ke permukaan bumi. Ali, akhirnya dengan berbesar hati menunjukkan Sarung Tangan Bumi itu kepada pemuda kembar. Tak salah lagi, Ngglanggeran dan Ngglanggeram terlihat begitu bahagia melihat benda berharga miliknya setelah dua ribu tahun lalu dicuri. Kabar baiknya mereka bisa pulang, kabar buruknya adalah Ali tidak akan pulang. Ali merasa akan lebih aman jika berada di ruangan itu, saat berubah jadi beruang raksasa tidak akan menyakiti yang lain. Termasuk Raib dan Seli. Menjadi pengganti dari pemuda kembar. Keputusan yang tidak dapat diganggu gugat lagi. Kali ini Ali yang keras kepala, bukan lagi Raib.
Waktu itu pun tiba, dramatis. Raib dan Seli memberontak tidak ingin pulang jika Ali tidak pulang bersama mereka. Raib dan Seli menangis. Memohon kepada ILY untuk tidak membawa mereka pulang. Sia-sia. Tidak ada yang menghiraukan Raib dan Seli. Ajaibnya, ketulusan itu berbuah ketulusan pula dan menyentuh siapa saja yang berada disitu. Sikap memberontak juga tangis Raib dan Seli berubah jadi senyum dan tawa. Iya, betul sekali. Ketulusan 3 sahabat dalam keadaan apapun membuat rontok kekecewaan yang ada dalam hati Ngglanggeram dan Ngglenggeran menjadi ketidaktegaan untuk memisahkan 3 orang anak manusia itu. Dengan berbesar hati, ikhlas, juga ketulusan, pemuda kembar itu menyerahkan sarung tangan kepada pemilik barunya, Ali. Mereka akhirnya di antar oleh dua ceros yang terkendali melewati selaput ruangan Bor-O-Bdur, lalu melepaskannya bersamaan dengan melepaskan kapsul ILY. Dua ceros kembali menjadi pemarah dan tak terkendali.
Perbuatan yang dilakukan dengan penuh ketulusan tidak akan pernah sia-sia. Persahabatan yang dibangun dengan saling mengisi, saling menguatkan, dan dengan ketulusan akan membuat hati-hati yang melihatnya ikut tersentuh. Hanya orang-orang yang berjiwa besarlah yang mampu melepaskan, walaupun sadar bahwa yang dilepaskan adalah orang-orang yang selalu mengisi hari-harinya. Jika memang ditakdirkan kembali bersatu, maka waktu terbaik itu akan datang. Bersabar adalah kuncinya.
BATAZOR.

Cerita bagian dua dari karya ke-4.5 serial Bumi ini tentang seorang bernama Batazor.
Sebelumnya, mari kenal lebih dekat dengan seorang Batazor. Batazor, berasal dari Klan Bulan. Satu klan dengan Raib. Seorang kriminal paling berbahaya di seluruh Klan Bulan. Pengintai terbaik yang pernah ada di Klan Bulan. Memiliki teknik Klan Bulan terbaik dan terlengkap. Menguasai kepandaian menggunakan tangan, kaki, seni berkelahi tingkat tinggi yaitu Perfettu. Seni bela diri warisan para leluhur yang sering dilatih sejak dua ratus tahun lalu pada waktu pagi setiap pukul empat hingga matahari terbit. Di kesempatan lain juga, Batazor berseru bahwa petarung-petarung dari Klan Matahari, Klan Bulan, dan dunia paralel lainnya sudah melupakan seni bela diri warisan para leluhur itu. Petarung-petarung tiap klan hanya fokus melatih pukulan berdentum sekencang mungkin, melatih petir biru semegah mungkin. Dan mereka lupa, bahwa serangan paling mematikan tidak memerlukan kekuatan, apalagi suara menggelegar. Serangan paling mematikan justru berasal dari sentuhan lembut, dan serangan terhebat bukan sesuatu yang datang dengan fantastis, spektakuler, WOW, tapi serangan terhebat justru datang dari kesabaran. Menunggu, dan keheningan. Perfettu itulah keheningan dan jalan hidup.
Hal serupa juga pernah dikatakan oleh Ngglanggeran dan Ngglanggeram ketika memutuskan keputusan mengikhlaskan Sarung Tangan Bumi untuk Ali, bahwa bukan teknik bertarung, bukan menghancurkan gunung-gunung kekuatan terbaik dunia paralel, melainkan persahabatan. Selalu berusaha menjadi orang yang baik dan berani, serta tulus.
Itulah Batazor, teman petualangan Raib, Ali, dan Seli di Bumi. Batazor, sayangnya sudah di kenal sebagai seorang pembunuh kelurga komite Klan Bulan sebanyak 14 orang, dan di penjarakan selama seumur hidup. Tapi, karena Batazor adalah seorang pengintai terbaik di seluruh Klan Bulan, dan ilmu-ilmu hebat lainnya, hanya masalah waktu Batazor akan kabur dari penjara Klan Bulan dan menuju Bumi. Tempat tinggal Raib, Ali dan Seli. Kabar lolosnya Batazor cepat sekali beredar, hingga ke 3 sahabat itu. Batazor sengaja melarikan diri dari penjara dan menuju Bumi, untuk mencari dan bertemu Raib. Itulah misi utamanya.
Singkat kata, Raib, Ali, dan Seli sebenarnya tidak ingin ada urusan dengan Batazor karena tidak diizinkan oleh Miss Selena. Tapi, layaknya magnet, masalah itu dengan sukarela hadir di hadapan 3 sahabat itu. Yang pertama kali mengetahui lokasi Batazor adalah 3 sahabat ini. Kemudian dilanjutkan dengan memberi kabar ke Miss Selena dan Timnya. Karena statusnya adalah seorang kriminal yang kabur dari penjara, dan faktanya adalah seorang dengan kekuatan lengkap dan terbaik, maka untuk menangkapnya kembali perlu tim khusus. Mereka adalah Tim Elite pasukan bayangan, yang jauh-jauh datang dari Klan Bulan ke Klan Bumi. Persembunyian Batazor telah diketahui, dan terjadilah pertarungan jarak pendek antara Tim Elite pasukan bayangan dan Batazor seorang diri. Batazor yang kuat. Tim Elite pasukan bayangan itu pun lumpuh oleh Batazor seorang diri dengan tangan kosong alias dengan tehnik bela diri super fantastik yang dimiliki. Perfettu. Juga Perfect. Raib, Ali dan Seli yang melihat keadaan tersebut memutuskan keluar melawan Batazor. Raib, semenjak kembali dari ruang Bor-O-Bdur dia terus berlatih kekuatan teleportasinya, yang semakin meningkat yaitu membawa beberapa orang tanpa harus menyentuh orangnya. Teknik teleportasi yang diamati dari pemuda kembar, Ngglanggeran dan Ngglanggeram. Ilmu ada dimana-mana dan pada siapapun, maka jadilah pembelajar yang baik. Mungkin begitulah kalimat bijak yang patut dilekatkan pada 3 sahabat ini. Tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mempelajari hal baru dan terus mengasah diri.
Kejadian itu adalah kabar baik untuk Batazor, karena sekaligus bertemu dengan orang-orang yang dicari. Misi dia ke Bumi adalah untuk bertemu Raib, Ali, dan Seli. Kabar buruknya 3 sahabat itu dibawa lari oleh Batazor ke kutub bagian utara. Tempat pertunjukkan cahaya paling spektakuler di Bumi. Aurora.
Batazor rupanya hanya ingin Raib membantunya untuk kembali memutar kejadian ratusan tahun lalu, kejadian saat anak nya sedang belajar bermain sepeda, dan bersama istrinya. Batazor hanya ingin melihat wajah istri dan anaknya, karena sudah mulai melupa bentuk aslinya. Sudah puluhan kali dia melukis wajah istri dan anaknya tapi hasil nya berbeda-beda. Kecewa. Kesal. Batazor ingin Rain melakukan Teknik Berbicara dengan Alam, karena teknik itu hanya ada pada keturunan murni Klan Bulan sekali dalam 200 tahun. Sayangnya Teknik itu tidak mudah dilakukan begitu saja seperti teknik teleportasi, atau teknik penyembuhan. Teknik itu datang pada waktu-waktu genting, mendesak, dan juga tanpa sengaja. Alasan itulah yang membuat Batazor memutuskan untuk membawa lari 3 sahabat itu ke Kutub Utara. Bermalam berhari-hari di daerah bersalju. Di sini, Batazor nampak bersahabat dan tidak tampak buruk sama sekali. Tampak bukan sebagai seorang pembunuh dan pengintai kelas kakap. Dia terlihat baik, walaupun menatap wajahnya sedikit menyeramkan. Tapi, jika penilaian secara fisik itu di tujukkan untuk Batazor dalam penentuan baik dan jahatnya maka sungguh tidak adil.
Hari kedua mereka dibawa lari Batazor, dan hari pertama Raib mencoba Teknik berbicara dengan alam.
Raib mulai berkonsentrasi.
Percobaan pertama, Raib tidak berhasil.
Percobaan kedua, Raib kembali berkonsentrasi penuh dan mengatur napas. Dan, tidak terjadi apa-apa. Raib tersengal, kehabisan tenaga. Selanjutnya, Raib terus mencoba hingga belasan kali. Desakan batazor terus membuatnya untuk mencoba lagi dan lagi. Dan, sebanyak itu pula Raib tidak berhasil. Hingga menjelang malam.
Hari Kedua
Raib mencoba teknik berbicara dengan alam. Berulang kali mencoba, berulang kali juga belum berhasil. Desakan dari Batazor semakin membuatnya terdesak. Raib semakin lemah. Kehabisan tenaga. Hingga dikesempatan terakhirnya mencoba berbicara dengan alam, Raib berhasil walaupun hanya beberapa detik, karena pada waktu itu Raib yang sudah sejak tadi mencoba akhirnya jatuh, tenaganya habis, dan kejadian lalu itu juga ikut hilang. Batazor yang awalnya senang sekali melihat itu tiba-tiba marah dan mendesak Raib untuk melakukan lagi tanpa peduli pada kondisi Raib. Jika seseorang hanya ada di saat kita senang, bahagia, tertawa tapi menghilang di saat kita sebaliknya, bersedih, terpuruk, maka sejatinya itu bukan lah di sebut sahabat sejati. Sahabat sejati akan selalu ada, tidak perduli itu kondisi di atas atau di bawah. Juga, seperti yang sedang dipertontokan oleh Raib, Seli dan Ali pada cerita ini.
Saat Raib tidak bertenaga lagi, di titik terlemah, tidak bisa memenuhi permintaan Batazor, bahkan berbicara pun tidak sanggup, lalu Seli yang tidak terima sahabatnya diperlakukan seperti itu siap dan rela menjadi tembok pelindung bagi Raib. Seli membentak balik Batazor dan mengancamnya bahwa jika terus memaksa maka tidak segan-segan untuk menyerang. Tapi, Seli terlambat, Batazor yang sedang berambisi dengan kenangan masa lalu itu segera menotok Seli di hadapannya hingga lumpuh. Lalu, Ali yang melihat dua sahabatnya di sakiti tidak tinggal diam. Ikut melawan Batazor. Berkata tidak untuk tidak memaksa Raib. Tapi, Ali pun ikutan tumbang. Raib yang seorang diri, terus dipaksa oleh Batazor untuk memenuhi permintaanya. Sayang, berdiri pun Raib tidak mampu. Apalagi melakukan teknik itu. Raib menangis. Kenangan masa lalunya yang tidak pernah tahu wajah orang tua asli memicunya menangis, dan bentakkan Batazor. Berseru bahwa dia juga ingin melihat wajah orang tua aslinya, tapi tidak pernah bisa. Batazor masih untung, masih ada harapan karena ada kenangan yang sempat tercipta, jadi dengan teknik berbicara dengan alam bisa-bisa saja. Tapi, Raib tidak. Batazor lalu diam. Pergi meninggalkan Raib, Ali, dan Seli.
Rupanya. Setelah tahu bahwa Raib tidak pernah melihat dan tahu rupa kedua orang tua aslinya, dia pergi mengintai rumah orang tua angkat Raib dan rumah sakit tempat Raib dilahirkan. Batazor kembali, membawa sebuah diary seorang bidan yang membantu ibu Raib melahirkan dirinya. Batazor seorang pengintai yang hebat. Dalam waktu 3 jam mampu mendapatkan informasi ini. Buku diary yang didapatkan Batazor adalah salah satu bentuk permintaan maafnya kepada Raib, Seli, dan Ali. 3 jam lalu, Batazor sadar ambisinya diluar batas. Dan kabar baiknya, Batazor tidak akan menahan mereka lagi, mereka boleh pulang. Tapi, sebaliknya Raib sekarang yang tidak mau pulang, dan akan pulang jika sudah berhasil memutar kenangan dua ratus tahun lalu. Raib terkena sindrom stockholm, begitulah Ali menyebutkan.
Akhir cerita, agar Raib, Ali, dan Seli kembali ke asalnya, Batazor sengaja mengaktifkan pelacak di prototipe dalam kapsul yang dicurinya. Tidak lama kemudian Pasukan Bayangan Klan Bulan bersama pesawat tempur terbaik yang mematikan tiba di lokasi. Batazor tetap melawan, tidak akan menyerahkan diri begitu saja. Miss Selena tidak membiarkan Raib, Ali dan Seli ikut bertempur, atau menyelamatkan Batazor. Suasana memanas. Tembakan pesawat tempur terus di lepaskan. Teriakan Raib tak di hiraukan. Memberontak, meminta dihentikan, atau berseru bahwa Batazor adalah orang baik, Batazor bukan penjahat. Seli juga berseru demikian. Sia-Sia. Batazor masih mampu melawan dan bertahan. Batazor si petarung hebat, super badass. Hingga kekuatan penuh dikerahkan, tameng transparan Batazor tinggal menunggu waktu, tameng itu akan robek, saat itulah keajaiban terjadi, keadaan sekitar tiba-tiba menjadi membeku, tembakan itu ikut tertahan, dan teknik berbicara dengan alam itu pun bekerja, di depan mereka semua, seperti layar virtual, potongan-potongan kejadian lama memutar sangat jelas. Potongan kejadian terjadinya penghianatan, pembunuhan dan alasan terbunuhnya empat belas orang itu. Dan, kejadian yang paling di nanti oleh Batazor adalah potongan kenangan bersama anak dan istrinya. Anaknya yang tertawa karena sedang belajar bersepeda. Batazor yang tertawa menyemangati anaknya, diikuti oleh perempuan cantik istrinya Batazor. Bahagia sekali Batazor melihat kejadian itu, sampai tidak berkedip. Seperti menemukan yang telah lama hilang. Tontonan itu akhirnya selesai, menghilang, dan keadaan kembali seperti semula, tembakan yang telah di lepaskan tadi tidak dapat di tarik kembali. Malang sekali nasib Batazor, hari itu ia akan benar-benar pergi, tapi pergi dengan hati yang ikhlas dan penuh bahagia karena misi terakhirnya selesai dengan baik. Tembakan itu sampai pada sasaran, Batazor. Batazor telah pergi untuk selama-lamanya. Batazor yang baik, yang sekaligus menjadi seorang pembunuh, pengintai kelas kakap. Master B. Pemberontak paling handal. Berhati tulus. Begitulah ceritanya.
Tapi, ternyata keliru. Batazor tidak benar-benar mati. Dia masih hidup, ada di dalam kaca berlian yang ditemukan oleh Ali di sekitaran perapian. Batazor hidup di dalam situ. Yang sewaktu-waktu bisa menjadi tim untuk Raib, Ali, dan Seli melawan Si Putra Tanpa Mahkota kelak. Kekuatan yang bertambah. Batazor super badassss.
Jangan melihat dari fisiknya dan menilainya. Itu tidak adil, pesan Batazor pada 3 sahabat itu. Batazor boleh punya fisik yang mengerikan, tapi hatinya begitu baik dan tulus, juga menyenangkan.
2.       KOMET

Komet, buku ke-5 dari serial Petualangan 3 sahabat. Raib bisa menghilang. Seli bisa mengeluarkan petir. Dan Ali bisa melakukan apa saja. Cerita petualangan dan pengalaman yang berharga untuk Raib, Ali, dan Seli. Melalui petualangan ini, akan ditemukan cerita tentang persahabatan yang mengharukan, keberanian yang tak terbendung, ada pengorbanan satu sama lain yang tulus, selalu berbuat baik, dan menyentuh hati siapapun yang melihatnya. Itulah sejatinya kekuatan yang terbesar di dunia paralel.
Petualangan Raib, Ali, dan Seli di Klan Komet tidak kalah seru dan menegangkan layaknya petualangan-petualangan di klan-klan sebelumnya. Petualangan mereka di Klan Komet di awali dengan teka-teki yang tidak mudah untuk menemukan portal menuju pulau dengan tumbuhan aneh itu. Tapi, sesulit-sulitnya suatu masalah yang ada pasti ada solusi dan jawaban terbaiknya. Hanya soal waktu, masalah itu akan terselesaikan. Seperti hal nya portal untuk menuju pulau dengan tumbuhan aneh itu, yang portalnya tidak pernah tahu di mana, karena selalu bergerak dan berpindah-pindah. Hingga kejadian tahunan itu kembali terulang, festival terbesar di Klan Matahari adalah kompetisi untuk mengetahui dan memetik bunga matahari pertama kali mekar, dan yang berhasil memetiknya bisa menyatakan satu permintaan. Kesempatan ini lah yang akan di manfaatkan untuk membuka portal menuju Pulau dengan tumbuhan aneh itu. Selain Raib, Ali, dan Seli, Klan Komet juga sedang menjadi incaran oleh Si Putra Tanpa Mahkota. Kabar lainnya lagi, bahwa Si Putra Tanpa Mahkota akan muncul secara terbuka di stadion tempat Bunga matahari pertama kali mekar. Kesempatan yang tidak bisa di sia-siakan.
Menjelang beberapa menit bunga matahari pertama mekar itu, pertempuran tak terbendung lagi. Tim Si Putra Tanpa Mahkota dengan kekuatan penuh melawan Tim Faar, Raib, Ali, Seli juga pemilik kekuatan lainnya. Akhir kata, kekuatan Si Putra Tanpa Mahkota memang luar biasa hebat, Bunga matahari pertama kali mekar itu berhasil di petik olehnya, dan menyatakan satu permintaan untuk membuka portal menuju pulau dengan tumbuhan aneh itu berada. Berhasil. Portal itu terbuka, Si Putra Tanpa Mahkota melompat masuk ke dalam portal, yang tanpa di komando siapapun Ali ikutan melompat masuk, begitu juga Raib dan Seli. Petualangan di Klan Komet itu harus lah di lakukan bersama. Kejadian di stadion Klan Matahari adalah kejadian yang menggemparkan untuk seluruh penduduk klan tersebut, karena kemunculan Si Putra Tanpa Mahkota di khalayak umum semenjak menghilang dua ribu tahun lalu. Dan, ini adalah bukan kejadian tanpa rencana. Sebaliknya, kejadian ini sengaja di lakukan oleh Si Putra Tanpa Mahkota agar memancing 3 sahabat itu ikut berpetualangan menemukan pulau dengan tumbuhan aneh itu. Dengan alasan yang tentunya tidak tulus. Rencana Si Putra Tanpa Mahkota berjalan dengan baik.
Ada banyak sekali kekuatan di dunia paralel. Tapi ketahuilah, salah satu yang paling hebat adalah perbuatan baik. Dan petualangan untuk menemukan pulau dengan tumbuhan aneh itu, hanya bisa dilakukan dengan perbuatan baik (kebaikan hati). Bukan dengan teknik pukulan berdentum, bukan dengan sambaran petir. Karena segala peralatan yang berbaur elektronik tidak ada yang berfungsi saat tiba di pulau yang tidak mereka kenal.
Raib, Ali, dan Seli, setelah meloncat masuk ke portal tadi dan terdampar di salah satu pulau. Pulau Hari Senin, merupakan salah satu dari gugusan pulau di Samudra luas. Bertemu dengan Paman Kay dan Bibi Nay. Pulau Hari Senin ini sungguh menakjubkan, rumah-rumah penduduknya berada di bawah tanah, di dalam gua besar. Rumah kayu berjejer-jejer, inilah perkampungan nelayan. Niat kedatangan 3 sahabat ini dapat ditebak dengan mudah oleh Paman Kay dan Bibi Nay, mencari pulau dengan tumbuhan aneh. Berdasarkan cerita dari Paman Kay dan Bibi Nay yang telah hidup ribuan tahun, sudah 10 orang lebih yang datang ke Pulau Hari Senin dan bertanya hal yang sama. Dimana letak Pulau dengan Tumbuhan aneh itu. Dan, tidak ada yang tahu dimana pulau dengan tumbuhan aneh itu berada. Begitu pula dengan Raib, Ali, dan Seli, tidak mendapatkan jawaban yang diharapkan kecuali hanya diminta untuk pergi ke Pulau Hari Selasa. Berharap disana ada penduduk yang tahu tentang pulau dengan tumbuhan aneh itu. Perjalanan 6 jam dengan perahu menuju Pulau Hari Selasa, adalah petualangan yang benar-benar berbeda dari sebelumnya. Tidak ada pengalaman sama sekali, tapi mereka harus segera sampai di Pulau Hari Selasa. Dan, ketika membaca untuk kali kedua nya, saya tetap saja tertawa. Petualangan dengan perahu selama 6 jam di tengah laut dan tingkah kocak 3 sahabat itu, benar-benar membuat senam otot-otot wajah dan perut.
Kebaikan sejak tiba di Pulau Hari Senin, tidak mencuri apel milik para nelayan. Kebaikan selama perjalanan menuju Pulau Hari Selasa, Seli yang rela tidak makan bekal yang diberikan oleh Bibi Nay selama perjalanan demi Raib dan Ali tidak kekurangan makanan karena harus bergantian per-30menit sekali melakukan pukulan berdentum agar perahu tetap jalan. Mereka tidak bisa mengandalkan angin, karena layar yang mereka pasang tidak tepat dan akhirnya rusak. Kebaikan kedua, Seli berjaga semalam suntuk di perahu ketika malam dan rasi bintang di langit itu berbeda dengan rasi bintang pada umumnya. Raib dan Ali, terjaga hingga mau menjelang pagi.
Tiba di Pulau Hari Selasa, mereka bertemu dengan kembaran Paman Kay, yaitu Kakek Kay. Pemilik tempat makan di kota tersebut. Pulau Hari Selasa termasuk Pulau yang lebih luas dibanding Pulau Hari Senin dan lebih cocok di sebut kota daripada perkampungan. Dalam petualangan mereka kali ini, ada anggota baru. Max, laki-laki kurus pemilik kapal yang terbakar dan dirampok ditengah laut yang mereka selamatkan saat dalam perjalanan menuju Pulau Hari Selasa. Perjalanan dilautan lepas tak jadi kendala lagi, karena ada Max seorang pelaut handal. Di dunia paralel yang mereka kunjungi ini adalah tentang perbuatan baik dan ketulusan untuk saling membantu satu sama lain. Oleh karena itu, semacam ujian, di pulau itu ada satu masalah yang belum terselesaikan yaitu menemukan kembali boneka singa laut milik anak kecil bernama Cindanita. Boneka pemberian ibunya hilang. Raib yang merasa iba melihat kondisi Cindanita, bertekad akan membantu mencarikannya sampai ketemu. Ternyata oh ternyata, boneka singa laut milik Cindanita di curi oleh bintang laut yang imut itu rupanya. Dengan segala macam cara, sampai bertemu dan bertarung sebentar dengan bintang laut raksasa di dalam gua, mereka akhirnya berhasil menemukan boneka singa laut milik Cindanita. Tentu dengan pengorbanan, Ali yang siap menjadi bulan-bulanan bintang laut raksasa untuk memancingnya agar Raib dan Seli bisa fokus mencari bonekanya.
Boneka singa laut itu berhasil ditemukan. Kakek Kay juga tahu maksud kedatangan mereka ke Pulau Hari Selasa itu, tapi jawabannya serupa dengan Paman Kay, tidak tahu dimana pulau dengan tumbuhan aneh itu. Mereka disarankan untuk pergi ke Pulau Hari Rabu, berharap penduduk di sana tahu lokasi pulau dengan tanaman aneh itu.
Tiba di Pulau Hari Rabu, berbeda dengan dua pulau sebelumnya. Penduduk di pulau ini profesi utamanya bukan pelaut, tapi bercocok tanam. Mereka bertemu dengan Petani Kay yang cerewet, yang juga saudara kembar dari Paman Kay dan Kakek Kay. Kembarannya banyak sekali. Jika di pulau sebelumnya mereka takut dengan adanya perampok atau binatang laut atau senjata, maka berbeda dengan penduduk Pulau Hari Rabu yang lebih takut dengan kawanan burung hitam. Jika kawanan burung hitam itu datang, maka rusak habis sudahlan hasil panen penduduk di pulau itu. Ujian untuk mereka di pulau ini adalah bersedia dan sukarela melawan kawanan burung hitam. Hama musim panen. Sehingga penduduk di pulau ini akan hidup lebih damai dan Sentosa lagi. Pertarungan jarak dekat dengan kawanan burung hitam pun berlangsung. Lawan yang Tangguh, yang bisa dikalahkan hanya dengan kecerdikan, tidak mengandalkan kekuatan dan tenaga saja. Pertarungan yang cerdas. Melihat titik kelemahan lawan, dan tertuju menyerang titik lemahnya. Maka hitungan detik, lawan itu akan jatuh, tercerai-berai. Begitu pula saat bertarung melawan kawanan burung hitam itu. Cerita pertarungan yang seru, yang membacanya ikutan merasakan atmosfir pertarungan tersebut. Bagaimana Raib mengambil burung berwarna emas sebagai otak dari transformer kawanan burung hitam tersebut, dan membekukannya dengan teknik dinginnya. Atau, Ali yang berteriak karena berhasil menemukan kelemahan kawanan burung hitam itu. Dan, Seli yang membuat jutaan bulir padi itu mengambang, dan menembakkan ke udara. Luar biasa. Keren.
Salah satu kebaikan lain yang ditunjukkan adalah sikap Seli yang menemani dan mendengarkan cerita Petani Kay dengan tulus tanpa menggerutuk atau memprotes, hingga Petani Kay tertidur. Seli benar-benar menjadi seorang pendengar yang baik, yang mungkin saat ini sikap itu perlu ada untuk menghargai, menghormati, dan juga sebagai bentuk rasa sayang dan peduli terhadap yang lain. Agar perasaan keakuan dan ingin didengar terus-menerus menjadi suatu kebiasaan dan berakhir menjadi penyakit di lingkungan bertetangga atau berteman. Sayangnya, Petani Kay juga tidak mengerti letak pastinya pulau dengan tumbuhan aneh itu. Petani Kay, menyarankan mereka untuk berangkat ke Pulau Hari Jumat dengan menumpang kapal besar yang membawa hasil panen Pulau Hari Rabu.
Berakhir sudah petualangan mereka di Pulau Hari Rabu, dan sekarang menuju ke Pulau Hari Jumat. Kapal besar itu pun berlayar membelah lautan luas. Perjalanan masih aman, Ali dan awak kapal melawan kecemasan dan kekhawatiran akan perompak dengan bermain adu jempol misalnya. Sayang, harapan mereka untuk tidak ditemukan perompak gagal. Bahkan puluhan perompak sudah mengejar dari arah belakang. Keadaan di dalam kapal otomatis panik, dan perompak berhasil menguasai kapal besar yang ditumpangi oleh Raib, Ali, dan Seli. Pertarungan jarak pendek berlangsung, kali ini mereka gagal, tidak mampu mengalahkan ketua para perompak, Dorokdok-dok. Penguasa di Pulau Hari Kamis, saudara kembar dari Petani Kay, Kakek Kay, dan Paman Kay. Pulau Hari Kamis yang berbeda dari pulau-pulau sebelumnya, pulau dengan hutan lebat dan penggunungan juga menyeramkan auranya. Mereka tertahan di Pulau Hari Kamis oleh para perompak itu. Di kurung di dalam gua bersama para perompak lainnya yang kesakitan dan berujung pada kematian. kejadian tersebut membuat Raib juga Seli bertanya-tanya. Terjawab sudah kenapa para perompak itu diikat pada dipan-dipan bahkan ada yang membenturkan kepala ke dinding hingga berdarah, atau teriak-teriak histeris kesakitan. Hal itu terjadi karena adanya ketergantungan pada senjata yang perompak gunakan. Semakin kuat kekuatannya maka harga yang harus ditanggung oleh pemilik kekuatan itu mahal pula. Dokter yang menangani puluhan perompak yang kesakitan hanya satu. Bahkan sebetulnya bukan Dokter beneran, hanya saja sosok itu mengerti obat-obatan. Maka dipanggilah sebagai seorang dokter.
Raib dengan kemampuan teknik penyembuhan ikut membantu menawarkan diri, hanya beberapa yang berhasil diselamatkan, sisanya ada yang mati tak tertolong. Raib juga akhirnya membantu Dorokdok-dok yang lebih parah dampak dari penggunaan kekuatan itu. Tapi, berhasil di sembuhkan oleh Raib. Singkat cerita di Pulau Hari Kamis, Raib dan yang lainnya di bebaskan karena sudah banyak membantu pengobatan para perompak. Sejahat-jahatnya sikap orang lain terhadap kita, sebaiknya tidak membalas sikap tersebut dengan perbuatan jahat, tapi sebaliknya dengan perbuatan baik. Seperti yang dilakukan oleh Raib yang mau mengobati Dorokdok-dok walaupun pemimpin perompak tersebut telah mengurung dan berbuat jahat kepada mereka. Sayangnya, Dorokdok-dok juga sedang mencari pulau dengan tumbuhan aneh itu. Jadi, tidak ada informasi yang bisa membantu mereka menemukan letak pulau dengan tanaman aneh itu.
Pulau Hari jumat merupakan pulau tempat tinggalnya Raja. Raja Kay, saudara kembarnya Kay-Kay yang di pulau-pulau sebelumnya. Di pulau itu, tidak banyak yang dilakukan oleh Raib, Ali, dan Seli, kecuali melihat pertarungan perebutan kekuasaan antara Raja Kay yang sekarang dan Dorokdok-dok. Sedikit lucu cerita disini. Kedua Kay tersebut saling mengklaim kan diri adalah Raja yang paling pantas memimpin otoritas pulau tersebut. Padahal ya sama saja sebetulnya, dua-duanya pernah menjadi perompak dan raja bergantian tiap dua ratus tahun sekali. Ada-ada saja. Kalau kata Ali, hal klaim-mengklaim kedua Kay itu semacam klaim mana yang lebih dulu, ayam atau telur di Klan Bumi. Petualangan itu belum berakhir, pulau dengan tumbuhan aneh itu belum ada yang tahu tempatnya. Raja Kay yang baru (mantan ketua perompak) memberi saran untuk pergi ke Pulau Hari Sabtu bertemu pelaut Kay. Kembaran Kay-Kay sebelumnya.
Perjalanan menuju Pulau Hari Sabtu adalah paling mengenaskan sekaligus menyedihkan. Seumpama, sudahlah jatuh tertimpa tangga bertubi-tubi pula. Semua bermula ketika mereka dikejar oleh binatang laut, gurita raksasa yang sudah seperti satu gunung besarnya. Keadaan mereka teracam, melawan gurita raksasa di tengah lautan lepas adalah pilihan paling tidak menguntungkan untuk mereka. Melawan gurita dengan kekuatan sama saja mereka mempercepat ajal dihabiskan oleh gurita raksasa itu. Raib, dengan cepat berseru kepada Ali untuk menyebutkan segala yang diketahui tentang gurita. Dan dibagian ini, cukup membuat yang membaca terpikal-pikal akan tingkah konyol Ali dan juga Raib. Atmosfirnya berasa ikutan ada di dalam kapal tersebut dan dikejar gurita raksasa. Mereka berhasil mengetahui kelemahan gurita, sayang sebelum itu mereka lebih dulu jadi bulan-bulanan gurita dan berakhir dengan kapal yang hancur lebur, bersisakan papan kayu sebagai pegangan mereka untuk berenang mengarungi lautan luas menuju Pulau Hari Sabtu. Gurita raksasa itu buta dan tuli, Raib dengan kekuatannya menyerap cahaya sekitar menjadi gelap gulita. Begitulah ceritanya mereka bisa selamat dari gurita raksasa. Tapi, sesungguhnya buta dan tuli itu bukan kelemahannya, Ali asal saja menyebutkan saat itu. Tapi, untung berhasil. Iseng yang membawa keberuntungan
Selama 48 jam mereka terombang-ambing di lautan menuju Pulau Hari Sabtu, sudahlah terendam air laut sampai leher, eh ditambah diguyur hujan dari atas langit. Lama pula. Kedinginan. Tubuh mati rasa. Hujan reda, berganti panas terik matahari. Kerongkongan kering. Haus. Lemas. Mengenaskan. Seli yang sejak tadi sudah terbaring lemah di atas papan kayu, Ali dan Raib juga ikutan melemah. Max, teman perjalanan mereka cukup kuat. Jika perjalanan untuk menemukan pulau dengan tanaman aneh itu akan membahayakan keadaan Seli dan Ali sahabatnya, maka Raib tak akan memilih melanjutkan petualang tersebut. Karena bagi Raib, persahabatan mereka lebih penting dari semua itu. Ambisi menemukan pulau dengan tanaman aneh itu boleh jadi ambisi yang melebihi batas. Kabar baiknya, perjuangan dan pengorbanan mereka terbayar. Mereka tiba di Pulau Hari Sabtu, dan dibantu para penduduk setempat.
Raib, Ali, dan Seli kembali bertemu dengan Paman Kay. Paman Kay adalah Pelaut Kay itu sendiri, atau sebaliknya. Pelaut Kay, dialah sang Pemilik Kunci Lautan. Yang mengetahui letak pulau dengan tumbuhan aneh itu. Petualangan mereka hampir mencapai ujung. Tinggal selangkah lagi. Tapi, satu langkah untuk mencapai tujuan tersebut harus lah dibayar dengan pilihan yang konyol sekali. Ujian terakhir yang harus mereka taklutkan setelah ujian-ujian sebelumnya. Kilas balik tentang ujian yang telah mereka lewati dengan baik yang dimulai dari Pulau Hari Senin yaitu ujian kejujuran, dengan menolak mencuri makanan di perahu. Di Pulau Hari Selasa yaitu ujian kepedulian, dengan membantu Cindanita mencari boneka yang di curi oleh bintang laut. Di Pulau Hari Rabu yaitu ujian kesabaran, dengan mendengarkan celoteh sepanjang malam. Juga, ujian kecerdasan dengan mengalahkan kawanan burung hitam. Di Pulau Hari Kamis yaitu ujian ketulusan, dengan menolong perompak yang kesakitan. Dan ujian saat perjalanan menuju Pulau Hari Sabtu yaitu ujian ketangguhan, dengan mengayuh bilah papan menuju Pulau Hari Sabtu. Dan, di Pulau Hari Sabtu ini mereka harus lah melewati ujian terakhir. Ujian melepaskan. Raib, Seli, dan Ali, untuk menuju pulau dengan tumbuhan aneh itu (Pulau Hari Minggu) mereka harus melewati portal cermin yang dimiliki oleh Paman Kay dan Bibi Nay. Sayangnya, portal cermin itu tidak bisa dilewati tanpa seijin Paman Kay dan Bibi Nay. Atau bisa saja di lewati, asalkan Raib dan sahabatnya dengan tega harus membunuh Paman Kay dan Bibi Nay terlebih dahulu. Ide dan solusi yang gila.
Sepenting-pentingnya pulau dengan tanaman aneh itu, tidak jadi pembenaran untuk membunuh orang lain. lebih baik tidak menuju pulau dengan tanaman aneh itu daripada harus membunuh orang. Ambisi untuk mencapai pulau dengan tanaman aneh itu meluruh begitu saja dari Raib, Ali dan Seli. Mereka memutuskan balik kanan, kembali ke Klan Bumi dan melupakan pulau dengan tanaman aneh itu.
Ujian melepaskan. Dan, mereka tidak sadar sedang di uji untuk terakhir kalinya oleh orang yang sama bernama Kay di setiap Pulau yang di lewati selama berpetualangan di Kepulauan Komet tersebut. Akhir kata, mereka pun masuk dan melewati portal cermin menuju pulau dengan tanaman aneh itu. Pulau dengan tanaman aneh itu sebenarnya bukanlah sebuah pulau, hanya ada biji tanaman raksasa yang mengambang, bergerang mengikuti arus laut. Biji raksasa muncul sedikit di atas permukaan air, dan persis ditengahnya tumbuh sebuah pohon yang mirip dengan pohon kelapa yang sedang berbuah, buahnya ranum, dan hanya satu. Saat buahnya ranum maka biji di bawah permukaan laut ikutan merah, matang juga. Saat itulah portal siap terbuka, kapanpun untuk menuju Klan Komet Minor. Klan yang paling dicari-cari. Penggenap kekuatan dunia paralel dan menjadi paling kuat.
Berhati-hatilah selalu. Di dunia ini ada banyak yang kita lihat tapi tidak seperti terlihat. Ada banyak yang kita kenal, tapi tidak seperti yang kita kenal. Dan, pesan Pelaut Kay kepada Raib, Ali, dan Seli betul adanya. Max, yang mereka lihat tidak seperti terlihat, yang mereka kenal tidak seperti yang mereka kenal, yang putih belum tentu baik, atau yang hitam belum tentu jahat. Max, adalah Si Putra Tanpa Mahkota itu. 3 sahabat itu baru sadar saat mereka sebentar lagi akan sampai di biji raksasa yang ranum merah siap membuka portal menuju Klan Komet Minor. Penipu kelas kakap. Memanfaatkan kebaikan 3 sahabat tersebut untuk mencapai ambisi nya menguasai dunia paralel.
Malang sekali nasib 3 sahabat itu. Saat tujuan di depan mata, mereka malah tak berdaya apa-apa. Terkurung dalam jaring yang jika semakin banyak memberontak akan semakin mencekik mereka. Dengan hati yang pilu, mata yang sudah memerah, berkaca-kaca, Raib, Ali, dan Seli, memandang dengan tatapan kecewa, pada Si Putra Tanpa Mahkota menuju biji raksasa yang ranum merah itu.
Sungguh, kisah petualangan mereka kali ini seperti roda. Kadang diatas, kadang dibawah.Portal menuju Klan Komet Minor tak tergapai oleh tangan. Jatuh, jatuh dalam sekali. Tapi, bukan Raib, Ali, dan Seli yang harus menyerah begitu saja. Perbuatan baik dan ketulusan hati selalu menjadi kekuatan yang paling tak terkalahkan di dunia paralel. Petualangan itu belum berakhir. Mari berlanjut ke buku petualangan berikutnya, KOMET MINOR.
3.       KOMET MINOR

Komet minor. Ini adalah serial terakhir dari petualangan 3 sahabat. Raib yang bisa menghilang. Seli yang bisa mengeluarkan petir. Dan, Ali yang bisa apa saja. Komet minor tamat dibaca tanggal 28 April, dan setelah di endapkan selama hampir dua hari, jadilah hari ini siap hati dan pikiran untuk mereview komet minor. Sebetulnya, ini adalah kali pertama ikutan mereview buku-buku yang telah dibaca. Dan, setelah Ceros dan Batazor, Komet, selesai di reiew rasanya aneh dan sungguh merasa gimana gitu. Tapi, diingat-ingatkan lagi sama kalimat orang-orang hebat, kalau gak mencoba, gimana tahu letak salahnya dan kurangnya.
Baiklah. Kalimat pembukanya cukup. Review buku komet minor di mulai.
Petualangan Raib, Ali, Seli, untuk menghentikan ambisi Si Putra Tanpa Mahkota menguasai dan menjadi orang paling kuat di seluruh jagat dunia paralel luar biasa, membuat yang membaca ikutan terbawa atmosfer pertarungan, pengorbanan, lelucon, khawatir, cemas, takut, sedih, tertawa, peduli, dan kecewa. Cerita yang seperti cerita-cerita sebelumnya mampu mengajak pembaca ikut berpikir, menebak-nebak, dan ikut serta merasa dan melakukan apa yang dilakukan tokoh-tokoh dalam cerita itu. Dalam kasus menghentikan ambisi Si Putra Tanpa Mahkota, maka ini adalah akhir petualangan 3 sahabat terbaik bersama team terbaik. Cerita ini berawal dari Pulau Hari Minggu, menuju pulau dengan tumbuhan aneh itu. Petualangan mencari pulau dengan tumbuhan aneh itu sungguh luar biasa, banyak sekali pelajaran sederhana yang bisa diambil dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran sederhana yang diajarkan lewat cerita petualangan di buku Komet Minor ini juga tidak kalah banyaknya.
Kilas balik di cerita sebelumnya, bahwa Raib, Seli, dan Ali, dikhianati oleh Max alias Si Putra Tanpa Mahkota yang menyamar. Hal itu cukup membuat 3 sahabat tersebut terpukul, sedih dan pesimis. Si Putra Tanpa Mahkota, selangkah lagi maka akan melewati portal menuju Klan Komet Minor yang sebentar lagi terbuka di pulau dengan tumbuhan aneh itu. Tapi, didetik-detik terakhir ketika portal klan itu akan terbuka, Ali yang bisa apa saja melakukan usaha terakhirnya dengan hati-hati dan serius sekali. Harapan untuk melanjutkan petualangan itu masih ada. Sebuah cermin kecil jatuh dari saku celana hitam Ali. Dan, beberapa saat kemudian muncul seseorang yang tak asing lagi. Ia adalah Batazor. Master B. Pengintai terbaik. Juga, menyeramkan. Segera melepaskan jaring perak yang mencekik ketiganya, dan seperkian detik sebelum portal menuju Klan Komet Minor tertutup, Batazor berhasil melakukan teknik teleportasi, ikut masuk ke dalam perut ikan raksasa yang menelan habis pulau dengan tumbuhan aneh itu.
Ya, itulah portal menuju Klan Komet Minor yang dicari-cari para petarung antarklan selama ini, mulut ikan raksasa. Setelah ini sungguh dibuat bingung dan seringkali menyengirkan dahi. Satu buku dengan berbagai macam kejadian itu latar ceritanya adalah di dalam perut ikan raksasa. Entahlah betul atau salah, begitu yang bisa disimpulkan setelah menamatkan cerita petualangan terakhir itu.
Keberadaan Raib, Ali, Seli, dan Batazor di dalam tubuh ikan raksasa tentu diketahui oleh Si Putra Tanpa Mahkota. Disitu sempat terjadi pertarungan sebentar antara Si Putra Tanpa Mahkota dan Batazor. Batazor unggul, setidaknya mampu membuat celah beberapa saat untuk mereka berkesempatan kabur dari Si Putra Tanpa Mahkota. Karena Si Putra Tanpa Mahkota tentu bukanlah lawan yang setara. Mereka berpindah-pindah dengan teknik teleportasi secepat mungkin. Membuat jarak sejauh mungkin agar tidak terkejar oleh Si Putra Tanpa Mahkota. Pelarian yang hebat sekali tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Beruntung mereka bertemu Batazor sebelumnya, karena petualangan kali ini Raib, Seli, dan Ali berhadapan dengan orang paling kuat dan tak terkalahkan. Setidaknya, dengan adanya Batazor, sang pengintai, sekaligus teman perjalalanan yang hebat, petualangan mereka berjalan efektif, akurat dan cepat.
Tujuan petualangan mereka ke Klan Komet Minor ini adalah untuk menemukan lebih dulu pusaka hebat yang pernah diciptakan ribuan tahun lalu oleh aliansi para pemburu di Klan Komet Minor itu. Aliansi para pemburu dengan anggota-anggota terbaik di klan tersebut. Klan Komet Minor juga dikenal sebagai klan dengan zona putih, klan yang berdiri sendiri, tidak bersekutu dengan klan-klan lain. Pusaka hebat itu, jika berhasil ditemukan oleh seseorang yang berniat jahat, seperti ambisi menjadi penguasa, orang nomor satu paling hebat dan tak terkalahkan, maka akan membahayakan seluruh kehidupan seluruh klan yang ada di dunia paralel. Dan, Si Putra Tanpa Mahkota setelah bebas dari penjara bayangan kembali melanjutkan misinya yaitu mencari pusaka hebat yang ada di Klan Komet Minor untuk menyempernakan kekuatannya. Menjadi orang nomor satu di dunia paralel, dan bebas melakukan apasaja, sekaligus ingin mengancurkan orang-oran diklan tertentu bisa jadi. Oleh karena niat jahat tersebut, Raib, Ali, dan Seli juga Batazor, berusaha bergerak dan berusaha lebih cepat untuk menemukan pusaka hebat itu.
Seperti cerita-cerita petualangan sebelumnya, Raib, Ali, dan Seli juga bertemu dengan beberapa orang penting di Klan Komet Minor. Orang-orang yang memiliki hubungan dengan keberadaan pusaka hebat itu. Dan, orang-orang itu bukanlah yang mudah ditemui, atau mudah menyerahkan alat berharga dan mematika begitu saja tanpa ujian-ujian yang kecil. Dalam petualangan itu, ujian-ujian itu sedikit demi sedikit berhasil mereka lewati. Penghalang-penghalan yang mudah hingga yang paling sulit juga berhasil dilewati. Misi menemukan pusaka hebat lebih dulu dari Si Putra Tanpa Mahkota itu akan terselesaikan. Bukan hanya dengan kekuatan pukulan berdentum, pukulan kinetik, dan kekuatan-kekuatan lainnya. Tapi, dengan kerjasama team yang solid, saling bahu-membahu, sabar, dan terus melakukan kebaikan adalah puncak kekuatannya. Ditambah adanya Batazor, menyelesaikan misi itu 10x lebih cepat.
Salah satu penghalang yang mereka temui adalah melawan keganasan cacing pasak. Sebelum itu juga ada, cuman bagian ini yang lebih bikin cemas, khawatir, dan tak tentu rasanya saat membaca. Cacing pasak berukuran besar, berbahaya dan mematikan.
Cacing pasak ini sesungguhnya ada didalam tanah yang dalam, dan akan muncul dipermukaan jika ada yang mengganggu ketenangannya. Singkat kata, pada waktu itu Raib, Ali, Seli, Batazor sedang melakukan latihan untuk mempersiapkan diri melawan Si Putra Tanpa Mahkota. Latihan yang sungguh membuat seluruh tanah bergetar hingga mengganggu ketenangan para cacing pasak itu. Kesalahan kecil yang mereka lupa adalah tidak membuat tameng untuk dipermukaan tanah, hanya tameng kiri-kanan-atas. Mereka lupa bahwa di klan ini hewan-hewan, tumbuhan-tumbuhan, sungai, dan segalanya dalam bentuk dan rupa yang tidak normal. Terjadilah kecelakaan yang menimpa Seli. Seli sempat digigit oleh cacing pasak. Keadaan menjadi panik seketika, aura pertarung terasa. Raib, Ali, dan Batazor berjuang mati-matian melawan cacing pasak. Cacing pasak ini rupanya tidak bisa dilawan dengan pukulan berdentum, karena cacing-cacing itu akan terpotong menjadi dua. Sialnya, ujung-ujung potongan itu akan tumbuh ekor baru dan kepala baru. Menjadi satu cacing pasak yang sempurna. Dari dua jadi 4, dan seterusnya hingga ada 16 cacing pasak. Salah satu cara untuk mengalahkanya adalah dengan menemukan kelemahannya. Dengan teknik super cepatnya mengelilingi cacing-caing pasak itu, Batazor akhirnya menemukan. Lalu, dengan menggunakan teknik membelah diri menjadi 16 diri, Batazor berhasil melumpuhkan 16 cacing pasak tersebut. Mereka selamat. Segera berpindah dan mencari tempat yang lebih aman. Seli, jatuh sakit. Racun-racun daric acing pasak tersebut berhasil dikeluarkan tetapi efek sampingnya sungguh menggilakan dan mematikan.
Petualangan itu mempertemukan mereka dengan mantan para ahli pemburu yang pernah dibentuk pada dua ribu tahun lalu di Klan Komet Minor. Pertemuan itu sedikit lebih mudah dan lebih welcome dengan informasi bahwa mereka bertemu dua orang berpengaruh, Paman Kay dan Bibi Nay. Adapun empat orang itu, yang pertama adalah Tuan Entre. Kedua adalah Tuan Arci si penembak jitu. Yang ketiga adalah Lady Ooprahh/ Nyonya Kulture si ahli budaya dan sejarah. Dan, yang terakhir adalah Tuan Finale si petinju tangan kosong. Ujian-ujian dari keempat orang penting itu segera mereka temui, dan ujian-ujian lainnya sebagai pelengkap perjalanan petualangan mereka.
Ujian pertama
Klan komet minor memiliki alam liar yang sangat menantang. Tempat berlatih terbaik karena lawan tandingnya adalah hewan-hewan, hutan-hutan, sungai, lembah gunung. Semua yang pernah datang ke klan tersebut tidak banyak yang bisa bertahan dan melanjutkan petualangan. Lebih banyak yang gagal lalu gugur. Dan, karena sifat pantang menyerahnya bisa selamat dari efek samping dari racun cacing pasak dan berhasil membuat Tuan Entre luluh dan bersedia memberitahukan letak potongan senjata/pusaka hebat yang pernah diciptakan ribuan tahun lalu.
Pusaka hebat yang berbentuk tombak. Senjata mematikan, tujuan awalnya untuk melawan pemburu antarklan yang memiliki niat jahat. Senjata tersebut mampu menghancurkan apasaja. Hingga suatu ketika, tombak itu berhasil dicuri. Terjadilah kekacauan di kota Archantum. Penduduk di Klan Komet Minor itu sendiri banyak yang terbunuh. Peperangan itu berlangsung cukup lama, 7 hari 7 malam, pemegang senjata itu berhasil dikalahkan. Sejak saat itu Paman Kay dan Bibi Nay, sebagai ketua aliansi para pemburu saat itu, memutuskan untuk meninggalkan Klan Komet Minor, dan menetap di Klan Komet. Klan Komet Minor menjadi klan tanpa ada senjata yang beredar. Tuan Entre termasuk yang tidak mudah untuk bercerita lebih jauh lagi tentang senjata. Tapi, ketika tahu bahwa Seli terkena efek samping dari racun cacing pasak, sedikit membuatnya lulus dan prihatin akan team petualang itu. Mengijinkan mereka bermalam dirumahnya. Dan, dengan tanpa rasa bersalah Tuan Entre menyampaikan kabar buruk sekali, bahwa jika serangan terakhir efek samping dari racun cacing pasak tidak mampu dilawan oleh tubuh Seli sendiri, maka besok pagi-pagi kabar buruknya Seli tak akan siuman lagi. Sebagai seorang petarung sejati, Seli yang selalu setia dengan Raib dan Ali. Seli yang selalu polos, Seli yang selalu cemas dan khawatir. Di balik semua itu, Seli adalah petarung keturunan Klan Matahari dengan kekuatan fisik yang tak terkalahkan. Petarung yang tanpa mengenal kata menyerah. Dimana, efek samping dari racun mematikan cacing pasak itu tidak menjadikan Seli terkapar dan tak berdaya, lalu pergi selama-lamanya. Tapi sebaliknya, menjadikan Seli semakin kuat, 10 kali lipat meningkat dari sebelumnya. Kejadian itu membuat Tuan Entre kagum, dan bersedia memberitahukan potongan cerita dari senjata hebat yang sedang dicari.
Tuan Entre memberitahukan sedikit memberi informasi, bahwa senjata itu tidak sebetulnya belum benar-benar dihancurkan. Pembuat senjata itu membagi menjadi tiga potongan. Tuan Entre meminta mereka untuk pergi ke Menara Kelabu, penggunungan jauh, bertemu dengan Tuan Arci. Petualangan kedua mereka ke kediaman Tuan Arci dimulai. Ujian pertama berhasil dilewati dengan baik. Lewat keteguhan dan pantang menyerah seorang Seli, dan kesabaran dan ketulusan Raib, Ali, dan Batazor menunggunya siuman.
Ujian kedua
Ujian yang lebih sulit dibandingkan ujian pertama. Kabar buruknya, di bawah Menara Kelabu tersebut terdapat kadal-kadal yang selama 24 jam tidak pernah berhenti beraktivitas dan membuat bola-bola api. Jika terlihat ada benda asing, kadal-kadal purba tersebut segera meleparkan bola-bola api panasnya. Mereka harus melewati kadal-kadal purba tersebut untuk sampai ke Menara kelabu, dan dengan kerjasama team yang baik, sedikit demi sedikit mereka bisa melewatinya. Kadal-kadal purba tersebut banyak sekali, tidak bisa mendengar (tuli). Ujian selanjutnya adalah melewati tembakan tak kasat mata saat menaiki Menara Kelabu. Raib, Ali, Seli, dan Batazor sudah berulang kali mencoba dengan teknik teleportasi paling cepat sekalipun, tapi tetap gagal. Hingga Raib bercerita kepada Batazor bahwa seseorang yang berada di atas Menara Kelabu tersebut buta. Tidak bisa melihat. Batazor seorang pengintai hebat, segera tahu apa yang terjadi bahwa Tuan Arci melakukan penembakan berdasarkan apa-apa yang didengar. Indra pendengarnya tajam sekali. Karen, di Menara tersebut sebenarnya Tuan Arci sedang melatih indra pendengaran karena matanya yang buta saat terjadi pertarungan merebut senjata pusaka hebat dua ribu tahun lalu. Batazor berhasil menghindari tembakan-tembakan dari Tuan Arci dengan kemampuan indra pendengarnya yang tajam. Batazor sudah di atas Menara kelabu, berhadapan dengan Tuan Arci, yang disusul oleh Raib, Ali, dan Seli. Mereka menjadi tamu Tuan Arci. Pertemuan dengan Tuan Entre, Paman Kay, Bibi Nay, juga sekaligus menambah kepercayaan Tuan Arci kepada mereka untuk menyimpan satu potongan pusaka hebat itu agar tidak jatuh ke tangan penjahat.
Tuan Arci, berbaik hati memberitahukan potongan selanjutnya. Mereka segera meninggalkan Menara kelabu menuju kota Archantum, bertemu Nyonya Kulture atau Lady Oopraah. Selebritas popular di ibukota Klan Komet Minor.
Ditengah perjalanan menuju pulang, sayangnya nasib buruk menimpa mereka. Si Putra Tanpa Mahkota berhasil menemukan mereka berempat. Lalu, tidak berbasa-basi lama, meminta mereka untuk menyerahkan potongan pusaka hebat itu. Mereka bertahan habis-habisan untuk tidak menyerahkan potongan pusaka tersebut, tapi sayangnya tidak berhasil. Kekuatan mereka tidak pernah sebanding dengan kekuatan Si Putra Tanpa Mahkota. Mereka kecewa, tapi tak berlarut-larut. Segera menyusun rencana kedua, mencari Nyonya Kulture atau dikenal sebagai Lady Oopraah. Nama yang sudah diganti.
Ujian ketiga
Ujian ketika akan bertemu Lady Oopraah cukup lucu, karena tidak banyak menggunakan kekuatan. Lebih banyak menunggu dan menunggu hingga mengorbankan diri menjadi pemeran pengganti sebagai monster dadakan pada film yang dibintangi oleh Lady Oopraah. Batazor, menjadi bulan-bulanan sutradara dan tim karena tidak pernah benar dalam berakting. Tapi, penghalang-penghalang itu segera terlewati. Hingga mereka berhasil berbincang dengan Lady Oopraah. Dan, tantangan dari Lady Oopraah adalah menjadi bintang tamu di salah satu segmen talkshow yang paling dinanti-natikan di ibukota tersebut satu jam bersama lady oopraah. Salah satu dari mereka harus bisa membuat penonton di studio dan di rumah-rumah yang menontonnya terpana akan isi pidato yang disampaikan, tentang definisi keluarga. Tantangan itu diterima. Awalnya yang tertebak pertama kali adalah Raib, Ali, lalu Seli. Batazor tak mungkin sekali. Dan, tebakkan itu kurang tepat. Yang menjadi pembicara malam itu adalah Ali. Penampilan yang berbeda 180 derajat dari penampilan Ali biasanya. Ali berhasil dengan baik melewati ujian tersebut. Lady Oopraah bersedia memberikan potongan kedua dari tombak tersebut. Mereka senang. Dan, Lady Ooprah memberitahu mereka bahwa potongan terakhir ada pada pembuat senjata hebat itu, yaitu Tuan Finale. Seorang lelaki Tua yang sudah pikun. Tinggal dan mengasingkan diri pada tempat yang jauh, daerah sisa pertambangan di klan tersebut.
Perjalanan mereka menuju tambang itu pun bernasib sama dengan perjalanan sepulangnya dari Menara kelabu. Si Putra Tanpa Mahkota itu berhasil merebut kembali potongan kedua dari tombak pusaka hebat itu. Mereka kalah lagi. Dan, berhasil melarikan diri dari serangan Si Putra Tanpa Mahkota lewat portal cermin. Mereka kembali ke ibukota Klan Momet Minor. Kembali ke rumah Lady Oopraah yang telah dihancurkan oleh Si Putra Tanpa Mahkota karena Lady Oopraah memilih mengunci mulutnya, tak memberikan informasi sedikit pun. Seperti yang dialami oleh Tuan Arci. Menara dan kadal-kadal purba itu juga telah tiada oleh perbuatan Si Putra Tanpa Mahkota.
Kabar baiknya, Batazor dan 3 sahabat itu berhasil menemukan tempat persembunyian Lady Ooparah di ruang bawah tanah. Tuan Arci, dan Tuan Entre juga berada di ruangan itu. Ketiga mantan pemburu itu berhasil selamat dari serangan Si Putra Tanpa Mahkota lewat portal Cermin. Tanpa menunggu lagi, mereka menjadi satu team yang hebat dan kekuatan mereka semakin kuat walaupun masih bukan lawan untuk Si Putra Tanpa Mahkota.
Untuk segera tiba di tempat tinggal finale bukan hal yang sulit karena mantan para pemburu itu menguasai trik berpindah tempat dengan cermin. Hitungan detik, mereka telah tiba di tempat tinggal Finale. Finale yang telah pikun sedang memancing di dekat kediamannya, kekuatan tangannya dalam hal tenju tidak berkurang sedikit pun. Kediaman Finale cukup tersembunyi, di dalam Lorong yang dalam dan jauh, serta pintu Lorong dari baja yang tidak mudah untuk ditembus. Tapi, kekuatan Si Putra Tanpa Mahkota tak perlu diragukan, dengan pukulan berdentum 1 kali cukup menghancur-leburkan pintu baja itu. Detik-detik sebelum Si Putra Tanpa Mahkota tiba, dimanfaatkan oleh Lady Oopraah dan teman-temannya menjelaskan maksud dan tujuannya mereka berada di kediaman Finale saat itu. Cukup lama, karena mereka harus mengingatkan Finale dengan sabar. Finale yang tiba-tiba ingat, tiba-tiba lupa.
Si Putra Tanpa Mahkota berhasil menembus pintu baja itu. Tanpa basa basi, segera meminta untuk menyerahkan potongan ketiga dari tombak tersebut. Dan, sekaligus merasa senang karena Raib dan yang lainnya berada di kediaman Finale sehingga bisa dihabiskan sekaligus. Untuk suasana disini sedikit lucu, karena saat-saat mau bertarung dengan polosnya Finale segera lupa kembali terhadap orang-orang yang ditemuinya tadi, dan kembali duduk memancing ikan. Disaat yang lain sedang jual beli serangan, Finale sedang asyik memancing. Tapi seketika, kembali tersadar. Kekuatan Finale (petinju dengan tangan kosong) yang sangat kuat, berhasil memukul mundur Si Putra Tanpa Mahkota beberapa kali. Jual beli serangan tinju kembali berlangsung. Dan, Si Putra Tanpa Mahkota kembali terpelanting jatuh. Menambrak bebatuan yang ada disekitar kediaman Finale. Hingga, kekuatan akhir paling mematikan Si Putra Tanpa Mahkota dikerahkan, yang membuat Finale tak bisa bertahan. Finale terpelanting jatuh dari atas bebatuan tempatnya memancing. Potongan terakhir itu pun jatuh. Ali segera mengambilnya, dan segera di rebut oleh Si Putra Tanpa Mahkota.
Lengkap sudah pusaka hebat itu ditangan Si Putra Tanpa Mahkota. Tertawa sombongnya terdengar. Merasa hebat dan semakin kuat. Sekarang, dengan pusaka itu Si Putra Tanpa Mahkota dengan mudah mengusai seluruh dunia paralel. Tapi sayang, Si Putra Tanpa Mahkota ternyata hanya memegang tombak pusaka palsu yang bentuk dan rupanya dibuat sama tapi kekuatannya tidak. Teknologi yang di beli Ali di Ibukota klan tersebut bekerja dengan baik, yaitu mampu menyerupai bentuk fisik dari benda aslinya. Ali yang genius, menipu orang terkuat di dunia paralel. Tombak pusaka asli segera dikeluarkan oleh Ali, dan pemegang tombak tersebut berubah menjadi seperti pangeran-pangeran keren dengan jubah keren dan terhormat. Si Putra Tanpa Mahkota segera menyadari telah ditipu, lalu berteriak marah, dan dengan penuh ambisi menyerang Ali.
Tombak pusaka hebat yang mematikan, Ali melawan serangan dari Si Putra Tanpa Mahkota dengan tombak itu. Si Tanpa Mahkota kalah telak dengan sangat mudah. Terkulai lemah dan tak berdaya. Ali, sebenarnya ingin dan hampir membunuh SI Putra Tanpa Mahkota yang sangat jahat tersebut. Tapi, Raib Si Bijak, berseru tidak. Seli juga ikutan menyetujui keputusan Raib. Itulah pilihan terbaik dan paling tepat. Pilihan untuk memaafkan orang-orang yang sangat jahat. Memaafkan bukan tentang kita lemah, tapi itulah kekuatan besar. Rela menerima dan melapangkan hati. Boleh jadi esok lusa, orang jahat itu bisa menjadi orang yang baik. Masih ada kesempatan kedua dan ketiga. Di saat memutuskan untuk memaafkan, tidak ada pihak yang akan merugi. Semua beruntung pada porsi-porsinya masing-masing.
Akhir cerita, Si Putra Tanpa Mahkota dibawa ke ruangan Bor-O-Bdur, dikurung dan diurus oleh dua pemuda kembar itu. Sedangkan tombak pusaka hebat itu kembali di potong menjadi 3 bagian. Di sesi terakhir, Paman Kay dan Bibi Nay muncul dan membantu penyembuhan pada Finale. Singkatnya aliansi para pemburu yang pernah dibentuk itu berkumpul lagi, lalu segera berpisah kembali. Raib, Ali, Seli dan Batazor kembali ke Bumi. dan kembali menjalankan kehidupannya lagi masing-masing. mereka berhasil mengalahkan dan menghentikan ambisi dan niat jahat dari Si Putra Tanpa Mahkota.
SEKIAN.
Cerita sedikit.
Pengalaman baca buku Bang Tere Liye kadang suka kesel sendiri karena tiap tebakan pasti gak ada yang tepat. Bang Tere Liye yang pandai sekali menyembunyikan alur cerita yang ada sehingga tidak dapat dengan mudah ditebak. Atau lebih tepatnya, saya yang tidak pandai membaca situasi cerita. Tapi, di Komet Minor saya berhasil menebak satu hal, yaitu potongan tombak pusaka hebat yang dirampas oleh Si Putra Tanpa Mahkota adalah yang palsu. Bahagia sekali ketika tebakan itu tepat. Yes.
Serial Bumi ini wajib banget dibaca, ada begitu banyak hal yang menjadi pembelajaran yang realistis dan dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Gaya Bahasa Bang Tere Liye selalu suka. Langsung menembak tepat pada permasalahannya. Tanpa berliku-liku. Blak-blakan.
Ada sedikit harapan yang tidak terjawab, padahal diharapkan bisa terjawab pada komet minor. Yaitu tentang orang tua Raib, dan orang tua Ali itu sebenarnya ada atau sudah beneran gak ada. Setelah pidatonya di acara talkshow Lady Oopraah bertambah satu lagi pertanyaanya, Ali yatim piatu?
Rasanya gemes sekaligus ah sudahlah harus bersabar lagi menunggu cerita petualangan adik kakak ST4R & SP4RK di dunia paralel lainnya.
Sekian review buku yang lebih tepatnya meringkas cerita yang ada di 3 buku tersebut.
SALAM SEMANGAT!!!!

Resensi dan foto, oleh: Khusnul Khatimah. Buku-buku adalah milik Ulfa dan Armita. Terimakasih sudah meminjamkan karya Bang Tere Liye.

Komentar