Dari FIM Hingga Lumut #NgobrolSamaAisha


Pertemuan yang direncanakan.
Ini tentang Aisya dan aku, bukan Aisha dan Fahri ya.

Namanya Aisha, seorang adik tingkat yang sama-sama pernah diamanahkan satu organisasi di fakultas. Pertemuan yang direncanakan lewat kolom komentar FB ini, membawa jauh kami berdua untuk saling berbagi, juga saling menguntungkan.

“Dek, ikut daftar ke sini juga?” komentar ku pada postingannya terkait informasi adanya OR dari sebuah organisasi.
“Iya Mbak. InsyaAllah rencana ikut. Mbak ikut juga?” Balasnya setelah komentarku terkirim dari 30 menit lalu.
“Alhamdulillah, aku ada teman dong ya. Iya, InsyaAllah ikut yang tahun ini. Hehe” Balas ku lagi.
2017 silam, aku sempat ingin mendaftarkan diri ke organisasi tersebut, tapi karena ditunda-tunda, akhirnya tidak jadi mendaftar.  
“Iya Mbak.” Hanya itu balasannya.
“Dek, pas acara sharing di UMM ikut kah? Kalau iya, mau dong ketemu. Aku pengen denger cerita-cerita kamu pas ikut acara minggu kemarin” Aku inget, bahwa minggu lalu saat acara Goes to Campus tidak sempat ikut karena ada acara lain, dan selesainya sedikit melenceng dari jadwal yang dibuat. Haha. Acara renang dan makan doang sih, tapi makhluk bernama perempuan tetap saja selalu di bersamai oleh kerempongan. Berharap Aisya ikut acaranya.
“Iya Mbak, aku ikut kemarin. Boleh Mbak, kapan?. Balas Aisya.
Senang sekali rasanya. Segera ku lihat jadwal-jadwal keesokan harinya (padahal ya gak ada jadwal pasti juga sih. Haha).
“Asyiiiiiiiiiik. Jumat pagi ya Dek, di perpus kampus.” Balas ku.

Namanya Aisya, setelah saling balas-membalas komentar di laman postingan FBnya kami beralih ke WA. Percakapan lewat FB dan WA selesai setelah kesepakatan untuk bertemu di keesokan harinya, jumat pagi sekitar jam 7.


Keesokan harinya,
“Dek, aku kemarin udah di UMM. Sayangnya aku gak tahu lokasi acaranya. Udah muter-muter gedung UMM, tapi tidak ada tanda-tandanya. Yasudah aku memutuskan pulang deh.” Keluhku pada Aisha, karena tidak sempat ikut acara goes to campusnya teman-teman FIM

Iya. Aku sama Aisha rencana tahun ini mau nyoba daftar ke FIM. FORUM INDONESIA MUDA. Forum yang, menurut aku salah satu forum yang keren, karena terlihat dari para alumninya. Anak-anak muda yang berkarakter, militan, dan tentunya mandiri. Aku berharap. Sangat berharap bisa ikutan mandiri, berkarakter dan militan.

“Sama Mbak. Aku nyasar juga. Tapi ketemu juga sama tempat acaranya. Kenapa gak nge-WA panitia, Mbak?. Rupanya Aisha juga bernasib sama, tapi lebih beruntung daripada aku.

“Sumpah. Kayaknya aku lagi banyak dosa deh. Hehe. HP ku mati total sebelum dapat balasan dari panitia. Gak bawa cas. Jalanan juga macet.” Aku menghembuskan nafas, atmosfir kesel masih ada rupanya. “Oh, ya lupakan saja itu. Acaranya kemarin gimana, seru? Bahas apasaja? Aku liat mulainya siang ya? Rame gak?” Tanyaku antusias, tanpa sadar bahwa tak ada jeda agar Aisha menjawabnya dulu sebagian yang lain. Serta, buku catatan dan pulpen sudah siap dari pertama jumpa.

Aisha mulai bercerita tentang FIM 21, seperti berkas yang disiapkan, tips dan trik submit berkas-berkasnya, orang-orang FIM, alumninya, dan sebagainya. Hingga tentang perkuliahan dan tugas akhirnya. InsyaAllah tahun ini selesai. Mohon doakan ya teman-teman. Heeeeh.
“Mudah-mudahan ada kelas lagi ya, Mbak.” Seru Aisha pada akhir ceritanya.

Aku mengangguk, menyetujui. Hampir satu jam saling bertukar cerita, Aisha mengeluarkan kamera DSLRnya.

“Mau ngapain, Dek?” Tanyaku sedikit penasaran. Dan, senang banget liat kamera DSLR. Yang berarti bahwa pagi ini, aku akan mencoba mengasah kegemaran abal-abal dalam hal memotret.
“Aku lagi ikut lomba gitu, Mbak. Trus butuh dokumentasi.”

Singkat cerita, lomba yang Aisha dan Tim ikutin tersebut mengangkat tema yang berhubungan sama perpustakaan. Jadi, setelah pertemuan ini Aisya mau mendokumentasikan beberapa kegiatan di dalam perpus dan luar perpus kampus. Aku berdecak kagum, salut. Karena setelah lulus, pengalaman-pengalaman ikut lomba beginian dan semacamnya memang cukup jadi modal untuk hidup pasca lulus. Yah, jadi curhat. Wkwk.

“Ih, kok keren sih, Dek” Sambil bertepuk tangan kecil-kecil.
“Doakan ya, Mbak. Minggu depan udah DL batas pengiriman. Dan, sekarang masih kurang sama dokumentasinya”
“InsyaaAllah. Mudah-mudahan lancar dan dimudahkan.” Disambut dengan ucapan meng-aminkan serentak. Aku kangen megang kamera, “Dek, boleh pinjam? Aku nyoba fotoin kamu yuk” Pintaku.
Aisha menyerahkan kameranya, dan dia jadi objectnya. Setelah mengatur kefokusan, dan udah pas sudut-sudutnya, satu momen berhasil diabadikan. Ku tunjukkan pada Aisha.
“Mbak, kok bagus?” Komentar Aisha, yang yang membuatku seneng. Hehe. Just it, udah happy. Maafkan alay.
“Mbak, ini aku diajarin cara ngambilnya dong” Celetuk Aisha, sambil dia mencoba memotret rerumputan di taman samping kursi tempat duduk kami.
Aku mengangguk, “Boleh banget, Sha.”


Obrolang kami berganti dari FIM ke kamera. Cara pengambilan gambarnya agar sedikit rapi, perbesaran, kefokusan, memilih object dan sudutnya yang tepat. Membuat hasil fotonya seakan punya makna tersendiri bagi yang melihat. Seru. Aku senang, Aisya juga. Berbagi memang se-membahagia-kan gitu ya.

“Mbak, aku ada penelitian dan setiap foto yang diambil hasilnya kurang bagus. Pemimbingku minta tolong fotonya diulang, sampai bagus. Mbak, mau temanin aku foto-foto lumut bahan penelitianku?” Tanya Aisha setelah beberapa kali berhasil memotret object dengan baik.
“Boleh banget, Dek. Kapan? Minggu aku free.” Seru ku, dengan antusiasnya.

Kami lalu sepakat, membuat jadwal pertemuan kedua. Lusa.

Ngomongin tentang berbagi, jadi inget salah satu ucapan dari seorang influencer milenial yang berkata bahwa semakin banyak yang kamu baca, maka semakin banyak yang kamu tahu, yang berarti semakin banyak pula yang harus dibagikan kepada yang lain. Aku mengangguk dan setuju. Salah satunya kayak megang dan tahu dikit-dikit tentang kamera dan mengambil momen. Abal-abal memang sih, hehe, ikut menikmati dan mencoba memaknai dan memperhatikan beberapa gambar dari orang-orang yang professional lewat social media lama-lama membuat otak bawah sadarku merekamnya diam-diam, dan muncul menginspirasi saat ingin memotret. Menyalakan kamera, memfokuskannya, dan aturan-aturan lainnya, sedikit-demi-sedikit ku curi ilmunya dari beberapa teman yang sudah ahli dalam motret-memotret. Seseru itu belajar hal baru, dan semenyenangkan itu rasanya bisa mengajari dan berbagi ke yang lain.

Hari minggu telah tiba, siang setelah dzuhur, kami ketemu ditempat yang sama. Di dekat perpus, lalu sama-sama ke tanaman lumut yang yang mau di foto.

Aisha makin jago ngambil beberapa foto lumutnya. Yang jelas dan lebih rapi dari foto-foto sebelumnya.
DSLR yang mengakrabkan. Tidak ada yang kebetulan, tentunya ini adalah bagian dari rencana Tuhan. Hehe. Bagaimana kami awal mula bertemu. Bagaimana kami bisa saling memberikan keuntungan satu sama lain. Bagaimana kami saling memudahkan dan memuaskan satu sama lain. Bagaimana kami dihibur satu sama lain. Kuasanya yang Maha Kuasa.

Dan, ilmu Tuhan itu sungguh luas. Sore setelah foto-foto usai, aku kembali diingatkan oleh Aisya tentang betapa luar biasanya ciptaan Tuhan. Cerita Aisha yang berseru betapa susahnya mencari lumut yang sesuai dengan penelitiannya. Yang dimana bukan anak jurusan biologi, menganggap lumut yang ada dimana-mana semua satu jenis. Tapi nyatanya tidak. Dari beberapa lumut yang menempel di satu pohon bisa lebih dari 3 jenis. Belum lagi lumut yang ada di pinggir-pinggir got, atau yang menempel di bebatuan.

Aisya nyeritain lumut, dan, aku ber-OH kagum. Kagum sama semua ciptaan Tuhan. Heehe.

Nul, lumut loh. Lumut yang sekecil itu dan menempel di dinding/pohon dan sebagainya itu diatur Allah. Kamu yang berakal, dan dikasih ini itu, masa Allah lupa dan gak sanggup ngurusin kamu. Jadi, simpulin sendiri. Udah besar kok. BOOOOOOOOOMMMMMMMM. Lirih dari bagian ciptaan Allah yang sensitif tapi banyak benernya. Suara hati. Menamparkan dan menyadarkan lagi.
Pertemuan sore itu selesai. Aisha selesai dengan foto-foto untuk bahan penelitiannya dan lombanya. Aku juga selesai dengan satu reminder dari Tuhan. Memang khawatir sama hal-hal yang baru jadi rencana sungguh tidak dianjurkan. Sama saja jatuhnya tidak percaya yang Maha Kuasa (sambil berkaca). Oke baiklah.

Aku sadar Tuhan, yang mudah-mudahan tidak sadar abal-abal. Ya mudah-mudahan.
Satu lagi, Kabar baiknya, minggu setelah itu FIM ngadain Goes to campus Part 2. Aku ikut. Alhamdulillah, dan sedang menunggu pengumuman hasil lolos selesi berkas.

Sekian,

Sampai berjumpa di edisi-edisi berikutnya. Jangan lupa senyum dulu sebelum menutup halaman ini. Salam.

Komentar