Renungan Pagi..... #sebuahsurat #suratcerita



Untuk kamu

Hai. Aku punya cerita. Gak tahu akan menarik atau tidak. Tapi ku harap kamu akan tetap mendengarkannya. Ah, aku sadar. Aku kan belum tahu kamu siapa dan di mana, jadi bagaimana pula kamu akan dengar. Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk menuliskan sebuah surat cerita ini.

Suatu hari, jika handphone ini masih di aku saat kamu tiba dan jadi pelengkap separuh agamaku, akan ku tunjukkan. Beda cerita lagi, jika sebuat surat cerita ini jatuh ke sahabat baik ku yang suka nge-blog, dan suka sekali menjadikan ku objek dan tokoh ceritanya. Sebel sih, tapi udah terlanjur sayang sama dia.

Jadilah sebuah surat cerita yang seharusnya hanya ada di dalam noted HP ku, malah muncul di beranda blog sahabat ku ini.

Ayu, perempuan berkacamata, selalu menjadi teman baik semua orang karena baiknya yang gak tanggung-tanggung. Suatu hari, aku tidak sengaja membuka noted di HP nya. Ku lihat ada banyak catatan di sana. Dan, ia banyak sekali menulis surat untuk kehidupannya di masa mendatang. Ah, selain baik, ia memang selalu mengispirasi aku untuk selalu bisa produktif, dan jadi baik dari hari kemarin.

Ah, tenang. Akan ku kenalikan sahabat ku satu itu kepada kamu. Kamu akan menyukainya. Menyukai sifat lucu dan kekonyolannya, ya. Awas aja kamu jadi suka dan melenceng. Hahaha.

Suatu hari, aku berharap kamu akan membacanya, betah berlama-lama hanya untuk menyelesaikannya. Apakah kamu akan tersenyum? Menggeleng tidak menyangka bahwa di tempat berbeda dari kamu dulu ada seseorang yang sedang menulis surat cerita lewat noted di HP-nya.

Aku rasa ini konyol sih.

Apakah aku lagi gabut? Ha, tidak juga. Apakah aku lagi stress? Tidak juga begitu. Apakah aku lagi galau? Tidak. Tidak juga. E tapi kayaknya sedikit gabut, strees, dan galau deh. Huawwwww.

Duh, udah kemana-mana kan. Tolong dong, para syaitan kiri-kanan-depan-belakang jangan suka godain dan ganggu aku. Aku mau nulis cerita untuk seseorang yang masih belum bisa ku terka-terka nih.

Ya lanjut.

Sebelum melanjut ke surat ceritanya. Setelah liat tulisan di notednya, aku langsung tertarik dengan judul ceritanya, yang sebenarnya tidak ada hubungan dengan isinya.

RENUNGAN PAGI. Awalnya ku kira akan jadi sebuah renungan dari sebuah kejadian gitu. Tapi ternyata, ya seperti yang kalian nikmatin sekarang. Sebuah surat cerita.

Tadi aku mau bilang apa? A, aku mau cerita. Aku mau cerita satu dua hal. Kamu harus membacanya. Kamu harus menyelesaikannya. Please. Jangan bosan. Jangan diloncatin paragraf-paragrafnya. Aku cerita ini pas jam 23.23 malam. Perjuangan banget kan.
Oke baiklah.  Akan ku hentikan ocehan diatas.

Mari mulai bercerita. Kamu tahu, ah pasti gak tahu lah ya. Aku harusnya gak ngasih kata-kata gitu. Kalau dihapus malas. Heh

Aku punya teman. Nama panggilannya pasaran. Sama kayak nama lengkap ku. Tapi, artinya bikin meleleh. Kembali ke teman ku. Bulan depan ia akan menikah. Aku bahagia mendengar kabar itu. Sekaligus sedih. Bulan lalu, ia dilamar. Dilamar oleh laki-laki yang tak pernah ada dalam list yang selama ini dibahas dalam lingkaran pertemanan ku dan yang lainnya.

Benar-benar orang baru. Ia saja merasa baru. Apalagi aku. Heeh.
Dan, lagi-lagi, jodohnya sungguh datang dengan jalan yang aku sendiri tak terbayangkan. Ya gimana ya, jodoh sendiri aja gak terbayangkan. Ini mau sok-sokan membayangkan datangnya jodoh teman sendiri.

Lamaran itu hari jumat. Pemilihan hari yang tepat. Karena suasana jumat itu beda banget sama suasana 6 hari lainnya. Yang kurasa, hari jumat selalu adem, selalu tenang, selalu berseri, selalu terasa penndek perputaran waktunya. Keberkahan ada di mana-mana. E tapi karena ini gak bahas hari, mari ku hentikan ocehan ini lagi.

Ayu, boleh gak sih bangga punya teman kayak kamu?. Yang kemarin menyuruhku membaca surat-suratnya yang lain, karena rengekan ku tak sanggup lagi didengarnya. Perempuan yang punya hobi ngoleksi lipstik ini, selalu saja mampu melatarbelakangi sebuah cerita yang ku tuliskan. Benar, perempuan satu ini selalu jadi objek dan alasan dari ratusan kata yang tersusun.

Aku diundang. Tiba dirumahnya sekitar jam 10. Dari luar, keramaian di rumahnya sudah terlihat. Aku malu. Tapi, sebentar saja. Oh, suasana yang tidak biasa untuk aku, karena pertama kali ngerasainnya. Dipersilahkan masuk ke dalam rumahnya,keluarga dari pihak lelaki udah selesai menyantap hidangan yang tersedia, dan sedang duduk-duduk santai, mengobrol.

Aku akhirnya menemukan dirinya, ditengah ibu-ibu yang sedang mengobrol.
Kamu tahu, hari itu hatiku rasanya seperti disayat-sayat. Mataku perih seperti habis mengiris bawang merah berkilo-kilo. Hatiku lebih dulu menangis.

Dia bahagia sekali. Cerita ini dan itu. Termasuk maharnya. Aku tercengang. WAW. Ternyata biaya nikah itu gak sedikit yak. Wkwkwk. Aku juga jadi tahu cerita keseluruhan  bagaimana dia bertemu calonnya. Unik dan tidak terduga. Apakah aku dan kamu juga akan mengalami fase itu? HAHAHA.

Aku, juga tidak sabar, dan terkadang ikut menerka-nerka seseorang yang meminta dirimu kepada ayah dan bunda mu. Akankah, cerita pertemuan kalian nanti akan jadi sebuah buku?. Haha. Aku sungguh berharap sekali, bahwa jawabannya IYA. Karena, dengan kepandaian kamu bercerita tidak akan kesulitan. Dan, kamu sudha punya para fans. Termasuk aku.

Atau kamu mungkin nanti berminat mengizinkan aku untuk menjadikan kamu tokoh utama dalam cerita-ceritaku sekali lagi.
Kita lihat nanti.

Dia bahagia sekali. Aku lebih bahagia. Itu yang selalu dan akan ku lakukan dalam berteman. Mudah-mudahan bisa konsisten. Dan, seminggu setelah acara lamaran tersebut, aku bertemu lagi dengannya. Ngebakso. Ditraktir. Foto bersama.  Ingin ku peluk dia sebelum berpisah. Tapi, gengsi. 

Kabar sedihnya adalah aku yang kemungkinan akan tidak bisa hadir di serangkaian acara pernikahan dirinya. Akadnya. Resepsinya. Beberapa  hari lagi, aku harus sudah masuk kerja.

Kabar bahagia lainnya adalah 3 temanku yang lainnya, menikah tahun lalu, sekarang sudah diamanahkan seorang bayi. Dan tiga-tiganya perempuan semua. Wah, aku punya ponaan perempuan yang buanyak sekarang.

Definisi bahagia itu sederhana nampaknya sedang aku rasakan. Mendengar kabar dan keseruan mereka merawat dan mengurus anak bayiknya sudah cukup jadi hiburan ku ditengah tumpukan tugas kantor, dan keramaian ibukota di mana-mana.

Nanti, kamu akan melewati fase itu juga. Aku juga. Sama-sama kita melewatinya. InsyaAllah, jika Allah berkehendak ya. Ya mana tahu umur kita tidak sampai, Malaikat Izrail lebih dulu melamar. Itu. Itu yang selalu kamu ucapkan. Maka mungkin itu jugalah yang membuat kamu terlihat santai dan tidak tergesa kalau berbicara tentang sebuah menggenapkan separuh agama.

Bagaimana cerita ku? Apakah kamu menyukainya?
Aku percaya, semua garis kehidupan kita yang sedang dijalani akan saling menemukan titik temu dengan garis kehidupan orang lain. Entah akan berujung dengan sebagai pasangan, sebagai teman, sebagai rekan kerja, dan sebagainya. Tidak ada yang perlu sangat dikhawatirkan, karena besok aku tidak tahu apa yang tejadi, boleh saja, Malaikat Izrail lebih dulu melamar aku, dibanding kamu.

Kalau aku udah cerita, beginilah rupanya. Berniat hanya satu dua hal, tapi tetap saja ujung-ujungnya melenceng. Suka sekali mengaitkan kejadian satu dengan yang lain. Kamu juga begitu? Ah, kalau betulan iya, bakalan gimana dong nanti ya. Wkwk. Mungkinkah hidup jadi penuh renungan?. 

Ehm. Ya, hidupkan emang penuh banyak renungan sih. Ah, gimana sih, Yu Ayu.

Ceritanya, itu saja. Besok, entah kapan. Aku akan menulis surat cerita lagi. Untuk kamu.
Tidak semua orang bisa menemukan seorang teman, yang semisalnya Ayu, mungkin. Yang bisa menjadi teman baik untuk semua orang (bertemu dan mengenalnya). Tapi, semua bisa menjadi Ayu dengan versinya masing-masing. Menjadi teman yang baik, entah untuk dirinya sendiri saja/keluarganya/orang-orang tertentu/semua orang yang ditemui. 

Sampai berjumpa di edisi-edisi berikutnya. Jangan lupa senyum dulu sebelum menutup halaman ini.

With Love,


@Khusnuulkhatimahh

Komentar