Ceritanya: Si Kesayangan Ngambek #3

 
Drama baru dalam hidup setelah sekian lama tidak punya drama dengannya. Ya, sejak 2014 silam, tahun pertama kali nongol di Malang, sudah tak terhitung bagaimana serunya kucing-kucingan nge-drama sama kendaraan prebadeh itu.

Jadi,
Sehari setelah ia tak bisa dipake buat bekerja keluar rumah, yang akhirnya aku harus minjem motor Mbak Rahma. Esok harinya, pagi-pagi, yang tidak pagi-pagi banget, aku bersiap diri untuk mencoba menghidupkannya sambil berharap sembuh lalu bisa dipake.

Hari itu, dramaku dengannya di mulai.
Seperti hari kemarin, ia tetap hidup ketika di pancal sekuat tenaga dan penuh teknik (ntar dijabarin khusus. Haha). Kubiarkan ia menyala. Menarik gas perlahan-lahan. Aman. Aman geeeeeeeeezzzzzzzzz... Lama dia hidupnya. Gak mati-mati.  Kayak ada harapan gitu. Akhirnya, kubiarkan ia menyala hingga 10menit kemudian baru dimatikan dan ditinggal.
"Baik-baik ya. Ntar sore kita keluar, oke?."

Apa hal yang nyata tapi seringnya merasa bahwa itu tidak terasa ada? Ialah perputaran waktu. Perasaan baru ngucek-ngucek mata, eh tahu-tahu udah terbit matahari aja, sibuk bentar eh udah denger qiraah dzuhur dari masjid, tidur bentar pas bangun sinar matahari terasa lebih melembut. Sore telah tiba, jalanan di masa ramadhan seperti ini biasanya akan ramai dan padat, sekarang berbeda. Sepi, dan hanya segelintir saja.

Aku pamit pada orang rumah.
Sore-sore, kulajukan ia dengan kecepatan rendah karena sepanjang gang banyak penduduk sekitar yang sedang santai-santai gitu. Motor? Aman. Tidak ada gejala akan mogok. Hingga tiba di gang berikutnya, yang lebih ramai dibandingkan gang lainnya karena ada pasar sore khusus ramadhan. Penjual 1 lewat. Pejual dua, tiga, empat, lima juga lancar. Penjual enam, tujuh, delapan, masih tetap baik-baik saja. Tibalah di penjual ke 9, penjual terRAME LAPAKnya. Feeling good buat penjual, juga pembeli yang gak sempat masak lauk-pauk dsb. Buatku? Oh jelas harusnya FEELING GOOD. Tapi.....

Tut, tut, tut, lama-lama laju motor yang sekitar 30km/jam berubah dratis jadi 10km/jam, yang beberapa detik kemudian 0 km/jam. Mati.

"Ahhh. Mampus. Please dong. Jangan ngambek tengah gang gini. Depan orang banyak pula. Ho." seruku dalam hati. Untung pake masker. HAAHHAA.

Ku geret motornya agak maju sedikit. Menjauh dari keramaian.
"Ini motor apa rumah ya? Beratnya kok gak main-main." malah nyinyirin motor sendiri nih hati. Makin ngambek dah dia.

Nyoba idupin. Tombol staternya kutekan, udah sampe mau tenggelam saking kencengnya. Teteeeeep aja dia gak mau idup. Sekalinya idup malah keooooosssss lagi waktu narik gas.

Ya, dramaku dengannya di mulai. Hari kedua, lebih sial dibanding hari pertama. Karena kemarin cuma mogok depan rumah.

Udah rapi-rapi. Ootd-an. Gaya paling okelah. GEREEEET MOTOR MOGOK. Arggrghhhh. Gak OKE BANGET NEH SORENYA.

Bukannya nyampe rumah teman, malah puter balik nyampe rumah sendiri.

Bukannya liat-liat takjil sore hari sama teman, malah diliatin sama penjual dan pembeli takjil sepanjang jalan (gang) orang-orang berjualan yang tadi dilewatin.

OH....
Kututup drama hari kedua dengan hati penuh harap. Besok akan kuurusin lagi, besok akan kucoba lagi. BESOK!

Hari ke tiga. Kucoba lagi. Keliling di daerah sekitar itu aja. Lancar euy. Lancar. Menit keberapa, gak tahu, yang jelas di jarak ke 300an meter dari rumah, ia mogok lagi. Balik kanan, GEREEEEEET. Puasaku. Hah.

Hari ke empat. Gak mau jauh-jauh ah. Nyoba lagi. Kayaknya emang dia beneran gak baik-baik saja. Cuma aku aja yang agak maksa. Cewe mah gitu ya, beneran ya? Maunya dimengerti tapi gak mau ngertiin? Lah?. Jarak 210 meter dari rumah, keooossssss lagi. Huhu. GEREEEEET. Untung gak ootd-an. Heh.

Hari ke lima. Sungguh aku masih berharap ia akan benar-benar baik. Ini agak dekat dibandingkan yang kemarin. Tapi, sama aja. Jarak 190 meter, ku meringis. Pleaseee dong. Puasa neh. Puasa!.

Hari terakhir masa percobaanku. Hari terakhir. Hari di mana "Baiklah. Aku ndak bakal menyangkal lagi. Waktunya menerima kenyataan bahwa kamu emang sedang sakit, Nak. Tapi. Tapi. Kita coba lagi ya. Sekali lagi." HOOOOOH. AKU MASIH SANGAT BERHARAP. KONDISI SEPERTI INI SUNGGUH MEMBUATKU MERASA SENDIRIAAAAAN NGURUSIN KAMU, TOR MOTOR. BAIK-BAIK, TOLONG. Suara hati....

Hari ke enam. Paling pendek jaraknya. 100 meter melaju, 100 meter balik ke rumah menggeretnya.

Baiklah. Baiklah. Hatiku sedikit lesu. Mengehembuskan napas. Nge-lap peluh.

"YaAllah. Beneran ngambek ih motornya."

Bagaimana besoknya? Yaudahlah mikir nanti. Sekarang, mau hibernasi dibalik selimut dulu. Ya siapa tahu rencana besok-besoknya kayak apa dan gimananya muncul gitu.

fyi: Daerah tempa tinggal lagi psbb. Jadi gerbang keluar-masuk biasanya tutup. Jadi kalau mau keluar masuk harus nempuh jarak berartus2 meter dan itu adalah masalahnya. Masalahnya harus NGGEREEEEET gezzzz :(

Komentar