Keluarga Cemara (3)


Semakin bertambahnya bilangan umur semakin mudah sekali lupa terhadap kejadian-kejadian yang terjadi pada hari-hari kemarin. Rasa-rasanya tidak banyak kenangan yang teringat dengan jelas. Semua jadi campur aduk. Kadang ingat kejadian, tapi lupa waktunya. Kadang ingat waktunya, tapi lupa kejadian apa. Kadang-kadang kejadian dan waktu ingat semua, nah, ini bagus.

Tapiiiiiiiii...

Bagus sih bagus ya teringat tepat dan lengkap. Tapi (lagi), semua jadi tak bagus ketika ingatan itu terkait hal-hal teeeeeeerrrrrrrrrngeselin yang pernah ada. Boro-boro senang, yang ada malah nyelekitin hati, ngedumel sendiri, keseeeelllllll sendiri.
"Kok ada manusia kek begitu ya? Jahat betul."
"Gak mikirin hati orang apa sebelum bersuara?"
"Nyesel dah kerja bareng orang-orang yang gak bisa ngeliat sisi orang lain secara meluas"
"Eh tapi, baik juga kerja sama orang begitu, besok-besok, kan, udah tahu cara ngatasinnya"
"Kenapalah ini susah kali ngeikhlasin?"
"Ya Tuhan. Hati kok kayaknya gak ridho gitu dibilang pecicilan"
"Tapi kamu beneran pecicilan kan?"
"Kesel"

Sialnya!
Detik inipun, ingatan akan hal-hal yang tidak menyenangkan bersaing dengan kenangan saat masa kecil dulu.

Apakah ini di sebut dengan faktor U?
Hahaha. Wadawwwwww, padahal gak tua-tua banget. Tapi, kenapa ini daya inget rasanya eh otak yang bagian mengingat jadi malas bekerja gitu, karena malas, ia jadi gak berfungsi dengan baik untuk menyimpan memori jangka panjang. Padahal, dulu, sewaktu kecil, aku selalu ehm sedikit bangga sama ingetan sendiri yang super-duper kuat banget. Bahkan detail-detailnya juga tetap keinget.

Sampai-sampai, aku pengen gak punya daya ingat yang tajam kayak gitu. Doaku kekabul beberapa akhir ini ya, apa betul?.

Ngomong-ngomong tentang memori masa kecil, hal-hal menyenangkan juga tidak, masih sangat betah berada di suatu tempat, terpendam di sana dalam jangka waktu teramat lama.

Bagaimana Aji (panggilan untuk papa di rumah) ngedongeng ke aku dan adik. Dongeng tentang seorang bapak, yang sengaja ngebuang anak-anaknya ke gunung karena mereka suka belanja. Sedihlah ingat anak-anak nangis nyari bapaknya. Kedua orangtua mereka gak sanggup lagi buat memenuhi keinginan anak-anaknya.

Dan, 1 lagi, dongeng seorang pelayan di kerajaan yang biasa masak hidangan buat raja. Suatu hari, tangannya terluka, tetesan darah masuk ke masakan untuk makan malam raja. Masakan itu enak sekali. Raja sangat menyukainya. Singkat cerita, Raja tahu bahwa ada darah yang bercampur ke hidangannya, yang berujung Si Raja jadi serakah, ingin minum darah orang-orang langsung. Gila. Jadi parno sendiri kalau keseringan minta duit jajan, sama liat darah. Itu juga dulu. Mendongeng juga sering dilakuin sama Beliau ke anak-anak sebelumnya, kedua kakakku.

Dan, sadar, betapa, bercerita, mendongeng, mengobrol, sejak anak-anak itu sesuatu banget. Ngaruhnya bener-bener nampol. Besok, besok, mari diterapkan. Sekarang sambil belajar ke anak-anak teman atau ponaan dulu ya. Hahaha. Rencanaaaaaaa terus aja, Nul. Wkwk. Tapi waktu ditanyain kapan, bilangnya sek suweeeeeee. Kapan kapan kapan.

Ketika diangkat waktu ketiduran di motor setelah perjalanan jauh. Digendong. Padahal pura-pura tidur itu mah, tapi pas selama di perjalanan memang tidur beneran. Ada yang sama juga gak? Atau digendong ke kamar waktu ketiduran di tikar/kursi saat nonton TV. Esok paginya udah diatas tempat tidur. Atau ketiduran depan TV, esoknya udah ada selimut aja yang nyelimutin. Ah, kepengen jadi kecil lagi. Hahaha. Walaupun LA TAK MUNGKIN.

Atau waktu dimarahin gara-gara gak mau makan isi sayur. Maunya kuah sayur saja. Atau pas di suruh baris-berbaris mepet ke tembok, dan dipukul betisnya gara-gara orang sholat magrib, aku dan kakak-kakak yang lain malah kejar-kejaran, membuat gaduh dan berisik. Atau, wajah betenya orangtua ketika aku atau adik pengen ikutan mereka bepergian padahal lagi seru main sama teman-teman.

Wuaaaahhhhhh. Dan masih banyak sekali kenangan-kenangan yang teringat. Melekat dengan begitu baik. Aku, merasa kaya, ketika memiliki itu semua. Yang terkadang dibuat nangis, juga dibuat tertawa, bergantian.

Sekarang? Entah apa yang sedang kupikirkan dan inginkan. Susah sekali menjadikan kejadian yang baru saja dilewati akhir-akhir ini masuk ke ingatan jangka panjang.

Apakah aku setua itu?
Atau
Apakah aku sebanyak pikiran itu?
Atau
Apakah aku...........



Komentar