Keluarga Cemara (4)

Untuk salah satu personil Keluarga Cemara.
Berulang kali mengetik tentangnya. Berulang kali itu juga tidak pernah pede buat ngepush ke blog. Kisah-kisahnya, one day, berharap bisa ku permak-permak jadi sebuah story. Karena, emang kisahnya yang sedikit berwarna dan kompleks.
******
(Oktober 2019; mengunjungi kota tempatnya bertumbuh)
Kalau aku,
Kalau aku jadi anak pertama, mungkin tidak ada ceritanya akan punya ponaan-ponaan super aktif, sholeh, dan sholehah seperti mereka saat ini.

Kalau aku jadi anak pertama, mungkin peranku akan jauh lebih berat dibandingkan peran saat ini. Di mana harus jadi seseorang yang patut dicontoh dan memberikan contoh untuk adik-adiknya.

Kalau aku jadi anak pertama, hari ini, 32 tahun yang lalu aku sedang disambut oleh kedua orang tua, kakek nenek, paman bibi, sebagai seorang anak pertama, cucu pertama, ponaan pertama.

Ibarat pendidikan, ia seperti titel (?)
Hahaha. Agak maksa.

Tapi, nyatanya, aku bukan anak pertama. Bukan cucu pertama. Bukan ponaan pertama. Melainkan, Anak kesekian. Cucu kesekian. Ponaan kesekian.

Eh tapi tapi tapi.
Malam ini, hari ini, detik ini, aku ingin berseru sesuatu. Walaupun sebelumnya sudah banyak sekali yang diserukan di atas

Mengenal kaos kaki, darinya.
Membaca novel 5 cm, karenanya.
Jilbab diulurkan sampai mana dan apa.
Tiba-tiba SMA pindah ke kota, sekolah di SMA Kota, mengenal kota Bima dan seisinya, karena ajakannya.
Pertama kali tahu Maherzain, M2M dengan lagu-lagunya yang sampai sekarang jika mendengarkan, keingatnya.
"Lo tanya gue, gue nanya siapa?" kalimat yang kudengar darinya.
Kenal sama pecel dan rupanya di dunia ini ada makanan seperti.
Dagang majalah 3500an, Tahu semedang, haha.

Banyak hal. Banyak sekali. Gak mampu tangan mengetiknya sampai sini. Hiyaaaaa~~~

Bagiku, hhehehheehhe.
She is my inspiration.
Mau itu receh, remeh, temeh di hadapan orang lain, bagiku good good saja.

Bagiku, hehehehhe.
She is my mother 3nd.
Seorang ibu yang seperti teman.
Seorang yang jadi tempat pertama ku mencurahkan masalah pertemanan.
Seorang yang memberikan kesempatan untuk mengenal dan mengarus bayi. Kalau malam-malam pas mau mereka mau ke swalayan belanja bulanan dan aku harus jaga iyas, dengan perjanjian pulang harus bawa es krim.
Seorang yang harus kuat ditengah serba kekurangan yang ada.
Seorang yang pas masa persalinan selalu tidak merepotkan banyak orang, bahkan untuk kali pertama melahirkannya, kuanterin segelas teh hangat pake gelas yang beneran gelas dan ditutup pake tutup gelas. Astaga, kok rasanya menyedihkan sekali ya. Padahal perjalanannya cukup jauh 20an menit. Dan, baru sadar kalau gak punya botol minum atau teko kecil yang memungkinkan untuk air hangat.
Seorang yang mungkin sering aku protes dalam hati atas semua pilihannya
Seorang yang mungkin sering menjengkelkan.

Ya gitu lah. Ada baik dan buruknya. Tapi, bagiku, semua-semuanya jadi baik. Semua-semuanya adalah materi pelajaran hidup yang harus kuserap.

Diam-diam mengikutinya.
Diam-diam menyontohnya.
Diam-diam terinsiprasinya.
Diam-diam mendoakannya.
Diam-diam menyayanginya.
Diam-diam melakukan hal yang bisa dilakukan untuk meringankan bebannya.

Anak pertama yang paling cantik, dibanding dua adeknya. Kayaknya lho.
Anak pertama yang paling pintar bahasa inggris, dibanding dua adeknya. Tapi, sekarang udah LOLA tingkat angkut (katanya).
Anak pertama yang, yang jadi cinta pertama orangtuanya.

Terimakasih.

Terimakasih sudah mengajak untuk sekolah SMA di kota. Sehingga bisa kenal banyak orang. Mendengar banyak cerita. Akhirnya bisa ke Malang. Bisa naik pesawat pertama kali ke Aceh dan sholat di masjid Baiturrahman Aceh. Menyongsong ke Bandung yang jadi kota impian untuk dikunjungi setelah Jogjakarta.

Terimakasih. Setiap langkahku, aku selalu ingat, semua ini berawal dari 'keluarnya dari zona nyaman' dan menetap, merantau, dan membaur dengan orang-orang baru.

Ummi...because anak-anaknya panggil ummi, kami semua pun ikutan dan sudah syusyah buat kembali ke nama panggilan semula; Kak Tia. 
Malu sih kalau ini dibaca. Wkwk.

Sehat selaluuuuuu... Ini 15 Agustus kesekian. Semoga berkah usianya. Panjang umur ya, ummi. Biar tetap bisa mendengarkan cerita-cerita recehnya dan sok bijaknya. Wkwk. Eh, tapi emang bijak kok.

Barakallahu fii umrik, my sister. Wkwk.

Peluk jauh dari Malang...walaupun pas ketemu gak bisa nih sweet sweet kek gini. Maklum, sedari dulu untuk memosi seperti itu belum dikenalkan dan diajarkan. Jadi, tidak bisa auto dipraktekkan.

Yang makan sayur bening fix rasa garam padahal habis berjuang melahirkan. Hahaha. 

Komentar