Keluarga Cemara (5)


Di momen Keluarga Cemara part 5 ini, aku pengen berseru tentang keberanian melakukan hal yang selama ini dilakukan oleh orang-orang pada umumnya. Sejumlah ratusan kata ke depan akan spesial pake telur, tambah sosis, tambah pentol bakso, dan es teh manis, ceritaku ini juga terkait orang spesial. Spesial dalam definisi sendiri...

Pernah gak, ngeliat keluarga teman/sahabat yang dalam tanda kutip dengan orangtua punya ikatan emosional dan gaya komunikasi yang luwes, tidak canggung, tidak kaku, yang mengalir begitu saja ketika mengobrol. Bercanda dengan mudahnya. Sekaligus, kalau ada perayaan-perayaan spesial, misalnya saja ulang tahun, saling mengungkapkan doa-doa, harapan-harapan, bahka kado. Dirayakan bersama tanpa canggung, tanpa malu sedikit pun.

Aku pun sama. Pernah. Bahkan, yakin, aku, kamu terlampau sering melihatnya. Mari dan maaf ku kesampingkan dulu yang keluarganya tak ada kekakuan dalam berintetaksi. Kalian adalah salah satu dari potret sebuah keluarga impian. Keluarga impian yang esok lusa ingin dibangun. 

Di umur yang ke 24 tahun kurang sebulan, aku mencatatnya dengan baik dan penuh apresiasi kepada diri sendiri atas sebuah keberanian dan berekspresi seperti ekspresiku kepada yang lain. Ya, ketika aku bisa bercuap-cuap banyak dan manis pada teman/kerabat/orang-orang, maka terhadap keluarga berlaku serupa. Ketika aku bisa sangat ramah kepada orang lain, maka kepada keluarga wajib bersikap sama atau lebih. Ketika bisa seceria dan sereceh apapun terhadap orang lain, maka kepada keluarga juga begitu. Ketika bisa dengan elegan bercerita kepada yang lain, maka sebagian dari aktivitasku wajib diceritakan dengan elegan, merinci kepada keluarga. Ketika aku begitu luang, telaten menyiapkan waktu menemani atau ada jika dibutuhkan orang lain, maka waktu-waktuku, umur, wajib menyiapkan waktu bagi keluarga.

Sebuah janji.

Janji yang dibuat ketika sadar, bahwa sejauh-jauhnya kaki ini melangkah, tangan menggapai, mata memandang, telinga mendengar, mulut berucap, perut yang kenyang dengan makanan lezat, dan kesempatan-kesempatan baik lainnya adalah tidak lain dan tidak bukan karena peluh dan desahan lelah orangtua yang bekerja. Dan, tidak terhitung untaian doa-doanya menjadi pelindung tak kasatmata tapi begitu ampuh dalam aktivitas sehari-hari.

Ya begitulah. Bahkan, janji itu pun ada dan tersadarkan membuatnya, bertekad menepatinya ya baru-baru tahun kemarin. Ketika banyak hal dilewati, ditemui, dirasakan, ditangiskan, ditertawakan, dicanggungkan, dan di di di lainnya. 

Aku pengecut banget kalau udah di lingkungan keluarga. Huwah.

Ini kali kedua. Setelah awal tahun ini (kali pertama) memberanikan diri mempresentasikan rencana di 5 tahun ke depan (Haha, walaupun ini dulu awkwarawkard tapi tetap tersampaikan dan dapat feedback yang baik dan mendukung).

Kali kedua, kemarin, 7 Agustus. Menchallenge diri.

"Selamat ulang tahun, Ajiii."

Aku mengucapkannya secara langsung a.k.a via whatssapp. Bukan langsung yang ketemu. Bukan langsung menelpon. Nyaliku masih seujung kuku. Setidaknya lebih baik dari kemarin yang cuma berani lewat doa, sekedar tulisan di blog, sekedar bisikan, juga tulisan di sosial mediaku. 

"Semoga sehat selalu."

Doaku yang pertama kali dibacanya.

"Maafkan belum bisa memberikan apa-apa."

Ungkapan maafku yang pertama kali, juga. 

Seusai itu. Aku ditelpon. Aji bilang makasih banyak atas doa dan ucapannya. Aji cerita dan banyak bertanya. Rekor. 1 jam kurang 7 menit, full, aku berbincang-bincang dengannya bukan 3 menit, bukan 1 menit, bukan 30 detik, dan bukan 5 menit seperti 12 tahun belakang. 

Hangat. Hatiku hangat sekaligus deg-degan. Emosiku untuk menanggapi sikap-sikap itu masih baru, sehingga ada sedikit ketakutan. Ketakutan yang belum terdefinisikan. 

...dan perubahan dalam segi komunikasi begitu terasa.

"Jika tidak ada yang memulainya, sedangkan kamu sadar apa dan bagaimana caranya memperbaiki, meluruskan, mendekatkan. Maka, cukup untuk menunggu orang lain bertindak. Sudah waktunya kamu untuk beraksi, mencoba, dengan satu langkah, satu kalimat. Semoga semuanya menjadi jauh lebih baik." 

Fyi: Aji a.k.a Papa 😂

Komentar