Kamu,
seorang dengan kepercayaan diri sembari berharap banyak akan keberadaannya
Kamu,
seorang yang dicemburui oleh kawan-kawan akan saling ada dan kekompakan yang tampak
Yang
ditemui sejak berseragam sekolah
Hingga
toga bertengger manis di masing-masing kepala
Kamu,
dengan harapan bahwa esok lusa perjalanan ini akan diresmikan dan disaksikan
oleh ribuan malaikat, juga orang-orang yang telah membersamai kalian bertumbuh.
Sebuah
perjanjian yang tidak hanya menggetarkan hatimu, melainkan Semesta juga ikut
bergetar.
Kalian berjalan, dengan senyuman tak lepas dari wajah
Kalian menyapa, dengan bunga yang tumbuh subur di hati
Kalian menggengam, bertekad menjaga satu sama lain
Tidak
lupa, semuanya dalam iringan senandung lagu I
Wanna Grow Old with You
Lagu
sejuta umat, kalian adalah salah duanya.
Sayang, tawa-tawa, receh-receh, marah-marah, kecewa-kecewa, diam-diam, sedih-sedih, jumpa-jumpa setelah berjarak kiloameter antara kamu dengannya pada hari-hari yang tak terbilang jumlahnya
Menjadi bukan apa-apa. Bahkan tidak dapat dijadikan sebuah alasan yang kuat untuknya mempertimbangkan ketika berseru dan mengatakan udahan.
Kamu membangunkan diri sendiri…
Menepuk-nepuk
pipi tembemmu…
Mencubit-cubit
lenganmu…
Menyentuh
barang sekitarmu…
Nyata…
Kamu tidak sedang bermimpi rupanya.
Mengira
bahwa tidak ada kata akhir dengannya kecuali nanti sewaktu usai berakad.
Kamu keliru,
Ia dengan gampangnya berseru; Maaf, hehe.
Dan
dengan kata “Hehe” itu telah menghambarkan semua “Haha, Hihi, Huhu, Hoho” yang
teramat manis.
Kamu menggeleng,
Tidak
percaya ini terjadi. Tidak-tidak. Maksud hatimu cara ia mengakhiri semua ini yang tidak
bisa dipahami walaupun telah berusaha.
Bukankah, masih banyak pilihan cara untuk mengakhiri perjalanan ini dengan
baik-baik dan lebih bisa dipahami oleh satu sama lain?
Kamu
tak memungkiri,
Keputusannya untuk pergi adalah pukulan terhebat untuk seluruh hatimu
Langkahnya yang sudah berhenti dan kamu tidak bisa ikut berhenti
Kamu harus terus melangkah, maju.
Menemui
apapun yang ada dihadapan dengan pemahaman dan impian yang tidak lagi sama
dengan sebelumnya saat dibersamai olehnya.
Kamu melemparkan pandangan pada apa saja yang ada dihadapan
Dan
menenggelamkan kepala dalam-dalam pada telapak tangan ketika tawa kamu dengannya saat bertemu terpajang di dinding-dinding kamar, di atas meja, di kursi belajar, di lantai,
di pintu, dan benda-benda lainnya.
Untuk
hari-hari yang banyak, matamu selalu sembap
Untuk
jam-jam yang berganti, hatimu berubah sedemikian cepat. Malas. Semangat. Bosan.
Kecewa. Ceria. Sedih. Bergantian.
Untuk
kawan-kawan yang kamu miliki, habis waktu mereka untuk mendengarkan keluh
juga kesal dan amarah.
Tuhan,
mengirimkan mereka. Selalu ada untukmu. Dalam setiap keadaan.
Dan,
waktu adalah obat terbaik untuk menyembuhkan luka-luka yang tidak bisa disentuh dan tak terlihat
Kini
sudah hampir setengah tahun berlalu…
Kamu telah kembali walaupun belum sepenuhnya baik-baik saja
Kamu telah pulang pada dirimu sendiri
Untuk
kali terakhir, Kamu ingin bilang sesuatu kepadanya
Agar
tidak ada lagi hati yang patah
Sebab, kamu perempuan, yang sedang membersamainya juga adalah makhluk serupa denganmu,
seorang perempuan.
Jangan
sampai hati untuk mengulangi apa yang sudah kamu lakukan kepadaku. Jangan…
Sebab,
itu tidaklah adil untuknya, perempuan yang juga aku sayang, dekat, dan teman
sepermainan terpuruk oleh laki-laki yang sama.
#prosasukasuka
Komentar
Posting Komentar