Konsisten Journaling Dengan Beberapa Teknik. Rasanya….. #ngoceh2021


                Seperti awal Januari, awal Februari pun saya menyapa Semesta dengan menyempatkan olahraga, jogging 30 menit. Kegiatan apapun yang bernama olahraga adalah favorit sejak dulu. Hal lain yang jadi favorit adalah menulis. Sampai kawan pernah berseru kamu suka banget nulis ya?. Karena dengan olahraga dan menulis, saya merasa sangat nyaman dan seru ketika sedang melakukan kedua hal tersebut, dan orang-orang memandang dengan lebih baik dibandingkan ketika dipandang sewaktu melakukan hal-hal selain dua hal tadi. Huuuhuuh. Hari ini, mau cerita-cerita dikit tentang menulis jurnal. Teknik-teknik yang dipakai biar tetap jalan journaling nya walaupun bosan dan malas bergantian datang hingga efek yang dirasakan dari rutinitas tersebut. Selamat berselancar, semoga nyaman J J

                Ngejurnal, ini adalah rutinitas baru yang per hari ini masih dilakukan secara konsisten. Kegiatan tulis-menulis seperti ini tentunya bukan hal asing lagi buat kita karena sebelum-sebelumnya, bahkan sewaktu kecil dulu mungkin telah terbiasa, ialah menulis diary. Diary yang biasanya (sesuai dengan pengalaman membaca dan melihat diary orang-orang semasa kecil) berisi tentang biodata diri lengkap yang di mana pasti ada pertanyaan hal yang disukai dan tidak, makanan favorit, warna favorit, artis favorit, dan segala macam favorit lainnya. Bukan hanya biodata diri sendiri saja, tapi juga teman satu geng dipersilahkan untuk menuliskan biodata diri di buku diary kita. Selain itu, diary tanpa cerita cinta kayaknya gak resmi ya. Sehingga cerita cinta pemilik diarynya pun bersemi berlembar-lembar. Cinta, cinta, kamu itu selalu ada dan hidup sampai akhir hayat seorang manusia. Atau, tempat mencatat quote-quote yang dikirim oleh seseorang atau berisi kekecewaan, kegalauan juga mimpi-mimpi, pencapaian dan sebagainya. Menulis tanpa ada panduan apa pun ya. Diary-diary yang ditulis bertahun-tahun lalu, jika sesekali ingin membacanya kembali maka hanya menyisahkan tawa dan gelengan kepala. Padahal sewaktu menulis tersebut tidak terhitung jarum yang menusuk hati. Tidak terbendung lagi buliran bening membanjiri pipi. Hahaha. Duh, malu di Ambon.

Aktivitas bercerita di buku tidak pernah terlewat setiap tahunnya walaupun hanya tulis di kala mood. Entah angin dari mana yang sudah memacu semangat untuk tetap mengisi hari-hari sekarang dengan hal-hal positif juga menyenangkan. Apakah ini angin dari barat? Atau angin dari selatan? Atau jangan-jangan angin dari utara? Sssstttt, angin dari timur kah? Et dah, sekalian aja arah mata angin diketik atau cerita mata angin sekalian. Hiks. Ya, cukup. Mari kembali ke awal. New normal. Huhu. Sebutan yang jadi trending topik di berbagai lapisan masyarakat pada masanya, 6 bulan lalu. Melenceng lagi. Wkwk. Yang bikin semangat dan konsisten adalah cara journaling yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kalau kemarin journaling  tanpa ilmu dan mengalir gitu saja. Sedangkan, tahun ini dibekali ilmu yang baru dibaca dan dikepoin dari beberapa orang yang pengalaman menulis jurnalnya udah bertahun-tahun (dan rutin). Menulis jurnal (journaling) yang sedang saya praktikan ada 3.

1.       Teknik Journaling Dengan 5 Pertanyaan

2.       Teknik Journaling Sebelum Jam 6 Pagi

3.       Teknik Journaling Suka Hati (SUHA)

1.       Teknik Journaling Dengan 5 Pertanyaan

Teknik journaling dengan 5 pertanyaan yang harus dijawab. Untuk pertanyaannya boleh apa saja. Tujuan dari adanya pertanyaan ini adalah agar kita bisa merenungkan kembali hal-hal yang telah lewat. Saya tidak mikir-mikir banyak, langsung mengadopsi teknik ini dengan 5 pertanyaan yang sudah dicontohkan. Dan, merasa cocok, akhirnya keterusan. 5 pertanyaannya adalah sebagai berikut:

·         3 words describe my day

Poin pertama, kita diminta buat mendeskripsikan satu hari yang dilewati dengan 3 kata. Tidak mudah menjadikan seluruh rasa dan aktivitas 24 jam jadi 3 kata saja karena mood satu hari bisa berubah-rubah. Lewat pertanyaan ini, secara gak langsung kita sepertinya mau diajak untuk lebih pandai mengenal perasaan diri sendiri pada hari tersebut. Lebih dominan mana sedih atau senang? Malas atau rajin? Produktif atau tidak produktif? Stress atau bersemangat? Bosan atau biasa saja?. Kadang-kadang, saya membengongkan diri sejenak untuk mengingat-ngingat hari kemarin. Jika sudah ingat, maka saya akumulasikan sendiri bagaimana menjalani 24 jam kemarin, dan dibantu dengan seberapa banyak to do list yang dicentang.

·         One thing that inspired me

Satu hal yang menginspirasi; bisa orang, barang, atau sesuatu yang dilihat atau didengar. Saya membebaskan diri untuk menguraikan hal yang membuat terinspirasi. Sewaktu mengisi ini tidak jarang saya mengambil waktu untuk bengong juga sambil mengingat-ngingat. Bengong yang bermanfaat ya. Hehe.

·         One thing that surprised me

Sewaktu mengekspresikan poin ke 3 ini biasanya juga agak lama baru ditulis jawabannya. Ya, kadang juga cepat sih. Tergantung dari aktivitas di hari tersebut. Kalau pun kita adalah orang dengan aktivitas cenderung sama sehari-hari maka jangan dibuat beban semisalnya tidak ada yang surprised di hari tersebut. Karena kembali lagi ke niat awal journaling yang bukan sekedar tulis-menulis tapi lebih untuk menjaga kewarasan dan kesehatan mental kita. Kalau tidak ada dituliskan saja apa adanya. Sebenarnya hidup tuh mudah dan sederhana, hahaha, hanya saja pelaku kehidupan tersebut sukanya aneh-aneh. Biar tidak stress-stress amat, menulis nama sendiri atau sesuatu yang dilakukan oleh diri sendiri di jawaban pertanyaan ini tidak masalah. Itu bahkan seru yang menimbulkan tawa mak lampir yang berjeda gitu. Kek gini HA HA HA. Eh tawa nya genduruwo ya itu? ya gitu lah pokoknya. HA HA HA. Di salah satu jurnal harian, akan keproduktifan saya sendiri di kantor, adalah surprised banget. HA HA HA.

·         One high point today

Point penting yang yang dapat kita simpulkan dari kejadian 24 jam yang ada. Dan, high point ini menjadi alarm untuk diri kita esok-esoknya. Di point ini kita seperti diajak untuk membuat semacam quote-qoute gitu untuk diri sendiri. Biar quotenya gak melulu dari orang lain. Karena rasanya itu beda banget sih. Yang dari diri sendiri memang lebih dapat ruhnya.

·         Stuff of work on

Berdasarkan translate by google bahwa yang terakhir ini meminta kita buat menuliskan hal-hal yang sudah dikerjakan. Oh, saya suka. Hahah. Setidaknya dibagian akhir ini, saya bisa tulis banyak walaupun yang dibahas loncat-loncat. Saya biarkan tangan menari di atas lembaran buku, menulis dan mengalirkan kata-kata dengan bebas. Bagian dengan jumlah kalimatnya membentuk 2-3 paragraf. Yang kadang saya buat point-point kalau lagi malas nulis banyak. seperti di bawah ini.

 

2.       Teknik Journaling Sebelum Jam 6 Pagi

Jurnal metode ini lebih ke tantangan pada waktunya. Secara isi jurnal yang mau dituliskan, tidak ada panduan harus apa dan bagaimana, bebas, tapi untuk waktunya tidak. Hingga hari ini, saya masih ingat jelas bagaimana jungkir balik menata mood agar tetap bisa journaling ditengah agenda harian yang ada. Awal-awal masih konsisten di pagi hari, biasanya sebelum jam 6 udah beres. Karena hanya membutuhkan 10-15 menit sehingga menulis jam 6 kurang 15 menit pun bisa. Kadang, mulai jam setengah 6 atau lebih pagi. Tergantung seberapa molor bangun tidurnya. Hehe.

Berjalan ke tengah-tengah Januari mulai bergejolak jadwalnya. Terlewat sebelum jam 6 pagi, dan itu beban banget karena biasanya jam 6, saya sudah siap dengan hati baru, rasa baru, untuk menyambut hari baru tanpa beban pikiran-pikiran hari kemarin. Saya akhirnya journaling di sela-sela menyelesaikan pekerjaan di kantor, kadang jika pun pagi itu riweh banget, digeser setelah pulang kerja, jam 2, atau kadang sore-sore, atau setelah magrib. Saya sebisa mungkin tidak sampai melewatkan 24 jam dari hari yang dijadwalkan untuk menulis jurnal. Hingga pekan ke-4 Januari, saya kembali take action (with your passion to be good generation. Anak kimia 2014 paham jargon ini. wkwk) buat kembali rutin journaling sebelum jam 6, dengan mengatur ulang aktivitas pagi-paginya. Bisa. Bisa. Yuk. Oh, di saat-saat bergejolak seperti ini, tentu sumber semangat nomor satu adalah diri kita sendiri. Jadi, rangkul ia dengan puk-puk juga kalimat-kalimat positif. Ajak ia untuk sama-sama jalan bareng, demi diri yang lebih baik versi 5.0. Hahaha.

Adanya pergeseran waktu journaling ini salah satunya adalah kebosanan menghinggap. Ini lah musuh bebuyutan ketika ingin membangun habit yang baik. Bosan yang berujung malas. Kita perlu peka untuk memberikan alarm ke diri sendiri agar gak terus-terusan mengikutan penyakit itu. Wkwkw. Bosan ini bisa muncul ketika kita punya aktivitas yang monoton dari hari ke hari. Tidak ada hal baru yang bisa diceritakan. Tidak ada hal menarik untuk ditulis dengan semangat 45. Itu lagi itu lagi. Orang-orang yang bosanan seperti ini (waktu bosannya lebih cepat muncul pada sebuah pekerjaan dibandingkan waktu bosan orang lain) kalau bisa harus pandai-pandai mengatur rutinitas. Memperbanyak variasi dalam menyelesaikan satu pekerjaan. Hehehe. Oleh karena itu, jadilah saya yang gampang bosanan ini mengadopsi  teknik journaling dengan 1-3 cara untuk mengatasi penyakit itu.

Journaling pagi yang lebih ke cerita bebas. Berisi aktivitas dari bangun tidur sampai tidur lagi. Nyengir-nyengir sendiri saat menulis dan mengingat hal-hal yang telah berlalu. Yang kayak, wah luar biasaa, ternyata kemarin kita berhasil juga ngelewatin hal yang mungkin sehari sebelumnya membuat panik, khawatir, gugup, gak nafsu makan, gak nafsu ketawa, deg-degkan dan sebagainya. Setelah dilewati, eh gampang rupanya. Bahkan belum sampai 24 jam, yang dikira mengerikan malah ditertawakan. Sungguh gak ada yang tetap ya di dunia ini, kecuali satu yang tetap, ialah berubah. Berubah itulah yang tetap di dunia. Yang buruk akan berubah jadi baik. Banjir bandar di suatu tempat akan berubah jadi surut. Yang hujan sangat lebat nanti juga akan berubah jadi reda. Yang di laut ada pasang naik besok pagi juga berubah surut lagi. Yang terang berubah jadi gelap.

Sebetulnya ada dua waktu yang disarankan untuk journaling yaitu pagi setelah bangun tidur dan malam sebelum tidur. Saya memilih ikut teknik journaling pagi karena paham akan kondisi dan waktu sebelum tidur, badan sudah lelah dan pikiran sudah penuh dengan segala macam isi.

Lewat journaling pagi, kita seperti sedang menyiapkan diri untuk menyambut hari yang baru dengan memindahkan dulu energi-energi hari kemarin pada lembaran-lembara kertas sebagai wadahnya. Energi buruk yang kemarin bisa dikeluarkan semuanya, menjadi berwujud, bisa dilihat, disentuh, dan dibaca. Efeknya ada pada hati kita yang sebelumnya sesak menjadi lebih luang. Hati kita akhirnya bisa bernafas kembali. Fresh. Jadi inget hukum kekekalan energi, yang dimana energi tak dapat diciptakan tapi hanya dapat diubah dari bentuk satu ke bentuk lain. Yang dimana energi buruk tidak bisa kita lupakan, tapi dibiarkan berubah menjadi tulisan, gambar, dan sebagainya.

Atau semisal itu adalah hal menyenangkan, maka kita bisa mengabadikan kenangan dalam cerita. Besok-besok bisa dibaca ulang. Yang semoga bisa kembali menghadirkan senyum dan tawa. Apalagi kalau dibaca sewaktu down maka kalimat-kalimat positif dari hal-hal baik yang pernah dilewati sadar tidak sadar dapat menghibur diri yang sedang sedih. Journaling itu bukan sebatas tulis-menulis, akan tetapi salah satu bentuk terapi yang paling mudah dilakukan dan terjangkau. Dengan menulis, segala macam emosi yang tidak berwujud jadi nyata.

3.       Teknik Journaling Suka Hati (SUHA)

Sebutan yang saya bikin sendiri. Journaling Suka Hati adalah jurnal gabungan dari dua teknik jurnal sebelumnya. Saya tulis diwaktu pagi, tapi dengan 5 pertanyaan untuk membantu mengingat hari kemarin yang ingin ditulis. Jurnal SUHA yang lain adalah dengan hanya menguraikan hal-hal yang disyukuri hari itu. Atau, saya menulis dalam bentuk prosa. Sesuai dengan keinginan hati. Ya, namanya juga Suka Hati ya. Teknik yang bagian hal-hal yang disyukuri dan dalam bentuk prosa adalah terjadi ketika saya bosan dengan kedua teknik menulis jurnal sebelumnya dan menggambungkan keduanya. Wahai anak-anak yang bosanan, semangat!!!!

Ya, kurang lebih begitulah drama rutinitas selama 40 hari lebih ini. Tahap awal yang baik, tinggal ngecek lagi di 40 hari tahap selanjutnya, sampai minimal 4 bulan.

Dengan rutin membuat jurnal tiap hari, setidaknya ada perubahan yang bisa saya rasakan, yaitu lebih kalem dalam menajemen emosi, lebih bisa tenang sewaktu ada hal yang menjengkelkan dan mengecewakan, lebih waras untuk menghadapi berbagai macam hal yang ditemui, lebih bisa memaklumkan hal-hal yang tidak selaras, dan lebih sehat dan bebas secara jiwa dan pikiran. Bahkan minggu-minggu di bulan Januari, dominan kotak dengan mood tracker senang yang tercentang.

  


Seburuk-buruknya atau seriwehnya pekerjaan di hari itu, saya masih tetap bisa tenang. Lebih tepatnya hati yang selalu terasa lapang, dan pikiran yang mudah diajak untuk santai, tidak panik. Dan, dengan menuliskan di sini pun, saya berangkat dari ingin untuk keseruan ini, bisa dirasakan oleh teman-teman yang lain. Ketenangan dan kelapangan hati. Kewarasan diri sendiri ditengah gempuran informasi, kabar-kabar, dan sebagainya. Yang kalau hatinya adem, pasti, dunia luar sekitaran kita pun akan ikut tenang.

Kalau malas gimana??? Ya, saya bakal ingat-ingat, bahwa ngejurnal cuma 10-15 menit, bukan waktu yang lama. Jika dipakai buat bermain sosial media, waktu itu setara beberapa detik saja. Tapi semisalnya dengan waktu 10-15 menit belum tahu mau nulis apa karena cuma kata malas yang berenang di kubangan kepala, maka tak masalah jika harus menuliskan kalimat lagi malas bikin jurnal hari ini. Malas karena….. saya percaya, kata per kata di kepala kita akan terus terproduksi dan biarkan ia mengalir sejauh dan sebanyak-banyaknya kata yang ingin dituangkan pada lembaran kertas. Tidak ada lagi kata malas. Yang ada malas untuk berhenti.

Mengutip potongan kalimat dari Renald Kasali, bahwa keterampilan menulis itu tak lantas membuat seseorang menjadi penulis. Atau mau jadi seorang penulis. Enggak. Menulis sama seperti berbicara, membaca, mendengarkan, kebutuhan dasar dalam berkomunikasi, sehingga mau tidak mau kita juga harus punya kemampuan menulis dengan ‘baik’ seperti kita punya kemampuan berbicara, membaca dan mendengarkan dengan baik. Have fun, ya. Kalau udah mulai journaling, berkabar ya gimana rasanya.

 

Komentar