Seperti
awal Januari, awal Februari pun saya menyapa Semesta dengan menyempatkan
olahraga, jogging 30 menit. Kegiatan apapun yang bernama olahraga adalah favorit
sejak dulu. Hal lain yang jadi favorit adalah menulis. Sampai kawan pernah
berseru kamu suka banget nulis ya?. Karena
dengan olahraga dan menulis, saya merasa sangat nyaman dan seru ketika sedang
melakukan kedua hal tersebut, dan orang-orang memandang dengan lebih baik
dibandingkan ketika dipandang sewaktu melakukan hal-hal selain dua hal tadi. Huuuhuuh.
Hari ini, mau cerita-cerita dikit tentang menulis jurnal. Teknik-teknik yang
dipakai biar tetap jalan journaling nya
walaupun bosan dan malas bergantian datang hingga efek yang dirasakan dari
rutinitas tersebut. Selamat berselancar, semoga nyaman J J
Ngejurnal,
ini adalah rutinitas baru yang per hari ini masih dilakukan secara konsisten.
Kegiatan tulis-menulis seperti ini tentunya bukan hal asing lagi buat kita karena
sebelum-sebelumnya, bahkan sewaktu kecil dulu mungkin telah terbiasa, ialah menulis
diary. Diary yang biasanya (sesuai dengan pengalaman membaca dan melihat diary
orang-orang semasa kecil) berisi tentang biodata diri lengkap yang di mana
pasti ada pertanyaan hal yang disukai dan tidak, makanan favorit, warna
favorit, artis favorit, dan segala macam favorit lainnya. Bukan hanya biodata
diri sendiri saja, tapi juga teman satu geng dipersilahkan untuk menuliskan
biodata diri di buku diary kita. Selain itu, diary tanpa cerita cinta kayaknya
gak resmi ya. Sehingga cerita cinta pemilik diarynya pun bersemi
berlembar-lembar. Cinta, cinta, kamu itu selalu ada dan hidup sampai akhir
hayat seorang manusia. Atau, tempat mencatat quote-quote yang dikirim oleh seseorang
atau berisi kekecewaan, kegalauan juga mimpi-mimpi, pencapaian dan sebagainya. Menulis
tanpa ada panduan apa pun ya. Diary-diary yang ditulis bertahun-tahun lalu,
jika sesekali ingin membacanya kembali maka hanya menyisahkan tawa dan gelengan
kepala. Padahal sewaktu menulis tersebut tidak terhitung jarum yang menusuk
hati. Tidak terbendung lagi buliran bening membanjiri pipi. Hahaha. Duh, malu
di Ambon.
Aktivitas bercerita di buku tidak pernah terlewat setiap tahunnya walaupun hanya tulis di kala mood. Entah angin dari mana yang sudah memacu semangat untuk tetap mengisi hari-hari sekarang dengan hal-hal positif juga menyenangkan. Apakah ini angin dari barat? Atau angin dari selatan? Atau jangan-jangan angin dari utara? Sssstttt, angin dari timur kah? Et dah, sekalian aja arah mata angin diketik atau cerita mata angin sekalian. Hiks. Ya, cukup. Mari kembali ke awal. New normal. Huhu. Sebutan yang jadi trending topik di berbagai lapisan masyarakat pada masanya, 6 bulan lalu. Melenceng lagi. Wkwk. Yang bikin semangat dan konsisten adalah cara journaling yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kalau kemarin journaling tanpa ilmu dan mengalir gitu saja. Sedangkan, tahun ini dibekali ilmu yang baru dibaca dan dikepoin dari beberapa orang yang pengalaman menulis jurnalnya udah bertahun-tahun (dan rutin). Menulis jurnal (journaling) yang sedang saya praktikan ada 3.
1. Teknik Journaling Dengan 5 Pertanyaan
2.
Teknik Journaling
Sebelum Jam 6 Pagi
3.
Teknik Journaling
Suka Hati (SUHA)
1.
Teknik Journaling
Dengan 5 Pertanyaan
Teknik journaling dengan 5 pertanyaan yang harus dijawab. Untuk pertanyaannya boleh apa saja. Tujuan dari adanya pertanyaan ini adalah agar kita bisa merenungkan kembali hal-hal yang telah lewat. Saya tidak mikir-mikir banyak, langsung mengadopsi teknik ini dengan 5 pertanyaan yang sudah dicontohkan. Dan, merasa cocok, akhirnya keterusan. 5 pertanyaannya adalah sebagai berikut:
·
3 words
describe my day
Poin pertama, kita diminta buat mendeskripsikan satu
hari yang dilewati dengan 3 kata. Tidak mudah menjadikan seluruh rasa dan
aktivitas 24 jam jadi 3 kata saja karena mood
satu hari bisa berubah-rubah. Lewat pertanyaan ini, secara gak langsung
kita sepertinya mau diajak untuk lebih pandai mengenal perasaan diri sendiri
pada hari tersebut. Lebih dominan mana sedih atau senang? Malas atau rajin?
Produktif atau tidak produktif? Stress atau bersemangat? Bosan atau biasa
saja?. Kadang-kadang, saya membengongkan diri sejenak untuk mengingat-ngingat
hari kemarin. Jika sudah ingat, maka saya akumulasikan sendiri bagaimana
menjalani 24 jam kemarin, dan dibantu dengan seberapa banyak to do list yang dicentang.
·
One thing
that inspired me
Satu hal yang menginspirasi; bisa orang, barang, atau
sesuatu yang dilihat atau didengar. Saya membebaskan diri untuk menguraikan hal
yang membuat terinspirasi. Sewaktu mengisi ini tidak jarang saya mengambil waktu
untuk bengong juga sambil mengingat-ngingat. Bengong yang bermanfaat ya. Hehe.
·
One thing
that surprised me
Sewaktu mengekspresikan poin ke 3 ini biasanya juga
agak lama baru ditulis jawabannya. Ya, kadang juga cepat sih. Tergantung dari
aktivitas di hari tersebut. Kalau pun kita adalah orang dengan aktivitas
cenderung sama sehari-hari maka jangan dibuat beban semisalnya tidak ada yang surprised di hari tersebut. Karena
kembali lagi ke niat awal journaling yang
bukan sekedar tulis-menulis tapi lebih untuk menjaga kewarasan dan kesehatan
mental kita. Kalau tidak ada dituliskan saja apa adanya. Sebenarnya hidup tuh mudah dan sederhana, hahaha, hanya
saja pelaku kehidupan tersebut sukanya aneh-aneh. Biar tidak stress-stress
amat, menulis nama sendiri atau sesuatu yang dilakukan oleh diri sendiri di
jawaban pertanyaan ini tidak masalah. Itu bahkan seru yang menimbulkan tawa mak
lampir yang berjeda gitu. Kek gini HA HA HA. Eh tawa nya genduruwo ya itu? ya
gitu lah pokoknya. HA HA HA. Di salah satu jurnal harian, akan keproduktifan
saya sendiri di kantor, adalah surprised banget.
HA HA HA.
·
One high
point today
Point penting yang yang dapat kita simpulkan dari
kejadian 24 jam yang ada. Dan, high point
ini menjadi alarm untuk diri kita esok-esoknya. Di point ini kita seperti
diajak untuk membuat semacam quote-qoute gitu untuk diri sendiri. Biar quotenya
gak melulu dari orang lain. Karena rasanya itu beda banget sih. Yang dari diri
sendiri memang lebih dapat ruhnya.
·
Stuff of
work on
Berdasarkan translate by google bahwa yang terakhir ini meminta kita buat menuliskan
hal-hal yang sudah dikerjakan. Oh, saya suka. Hahah. Setidaknya dibagian akhir
ini, saya bisa tulis banyak walaupun yang dibahas loncat-loncat. Saya biarkan tangan
menari di atas lembaran buku, menulis dan mengalirkan kata-kata dengan bebas. Bagian
dengan jumlah kalimatnya membentuk 2-3 paragraf. Yang kadang saya buat
point-point kalau lagi malas nulis banyak. seperti di bawah ini.
2.
Teknik Journaling
Sebelum Jam 6 Pagi
Jurnal metode ini lebih ke
tantangan pada waktunya. Secara isi jurnal yang mau dituliskan, tidak ada panduan
harus apa dan bagaimana, bebas, tapi untuk waktunya tidak. Hingga hari ini,
saya masih ingat jelas bagaimana jungkir balik menata mood agar tetap bisa journaling
ditengah agenda harian yang ada. Awal-awal masih konsisten di pagi hari,
biasanya sebelum jam 6 udah beres. Karena hanya membutuhkan 10-15 menit
sehingga menulis jam 6 kurang 15 menit pun bisa. Kadang, mulai jam setengah 6
atau lebih pagi. Tergantung seberapa molor bangun tidurnya. Hehe.
Berjalan ke tengah-tengah Januari
mulai bergejolak jadwalnya. Terlewat sebelum jam 6 pagi, dan itu beban banget karena
biasanya jam 6, saya sudah siap dengan hati baru, rasa baru, untuk menyambut
hari baru tanpa beban pikiran-pikiran hari kemarin. Saya akhirnya journaling di sela-sela menyelesaikan
pekerjaan di kantor, kadang jika pun pagi itu riweh banget, digeser setelah
pulang kerja, jam 2, atau kadang sore-sore, atau setelah magrib. Saya sebisa
mungkin tidak sampai melewatkan 24 jam dari hari yang dijadwalkan untuk menulis
jurnal. Hingga pekan ke-4 Januari, saya kembali take action (with your
passion to be good generation. Anak kimia 2014 paham jargon ini. wkwk) buat
kembali rutin journaling sebelum jam
6, dengan mengatur ulang aktivitas pagi-paginya. Bisa. Bisa. Yuk. Oh, di
saat-saat bergejolak seperti ini, tentu sumber semangat nomor satu adalah diri
kita sendiri. Jadi, rangkul ia dengan puk-puk juga kalimat-kalimat positif.
Ajak ia untuk sama-sama jalan bareng, demi diri yang lebih baik versi 5.0.
Hahaha.
Adanya pergeseran waktu journaling ini salah satunya adalah
kebosanan menghinggap. Ini lah musuh bebuyutan ketika ingin membangun habit
yang baik. Bosan yang berujung malas. Kita perlu peka untuk memberikan alarm ke
diri sendiri agar gak terus-terusan mengikutan penyakit itu. Wkwkw. Bosan ini
bisa muncul ketika kita punya aktivitas yang monoton dari hari ke hari. Tidak
ada hal baru yang bisa diceritakan. Tidak ada hal menarik untuk ditulis dengan
semangat 45. Itu lagi itu lagi. Orang-orang yang bosanan seperti ini (waktu
bosannya lebih cepat muncul pada sebuah pekerjaan dibandingkan waktu bosan
orang lain) kalau bisa harus pandai-pandai mengatur rutinitas. Memperbanyak
variasi dalam menyelesaikan satu pekerjaan. Hehehe. Oleh karena itu, jadilah
saya yang gampang bosanan ini mengadopsi teknik journaling
dengan 1-3 cara untuk mengatasi penyakit itu.
Journaling
pagi yang lebih ke cerita bebas. Berisi aktivitas dari bangun tidur sampai
tidur lagi. Nyengir-nyengir sendiri saat menulis dan mengingat hal-hal yang
telah berlalu. Yang kayak, wah luar biasaa,
ternyata kemarin kita berhasil juga ngelewatin hal yang mungkin sehari
sebelumnya membuat panik, khawatir, gugup, gak nafsu makan, gak nafsu ketawa,
deg-degkan dan sebagainya. Setelah dilewati, eh gampang rupanya. Bahkan belum
sampai 24 jam, yang dikira mengerikan malah ditertawakan. Sungguh gak ada yang
tetap ya di dunia ini, kecuali satu yang tetap, ialah berubah. Berubah itulah
yang tetap di dunia. Yang buruk akan berubah jadi baik. Banjir bandar di suatu
tempat akan berubah jadi surut. Yang hujan sangat lebat nanti juga akan berubah
jadi reda. Yang di laut ada pasang naik besok pagi juga berubah surut lagi.
Yang terang berubah jadi gelap.
Sebetulnya ada dua waktu yang
disarankan untuk journaling yaitu
pagi setelah bangun tidur dan malam sebelum tidur. Saya memilih ikut teknik journaling pagi karena paham akan
kondisi dan waktu sebelum tidur, badan sudah lelah dan pikiran sudah penuh
dengan segala macam isi.
Lewat journaling pagi, kita seperti sedang menyiapkan diri untuk
menyambut hari yang baru dengan memindahkan dulu energi-energi hari kemarin
pada lembaran-lembara kertas sebagai wadahnya. Energi buruk yang kemarin bisa
dikeluarkan semuanya, menjadi berwujud, bisa dilihat, disentuh, dan dibaca. Efeknya
ada pada hati kita yang sebelumnya sesak menjadi lebih luang. Hati kita
akhirnya bisa bernafas kembali. Fresh. Jadi inget hukum kekekalan energi, yang
dimana energi tak dapat diciptakan tapi hanya dapat diubah dari bentuk satu ke
bentuk lain. Yang dimana energi buruk tidak bisa kita lupakan, tapi dibiarkan
berubah menjadi tulisan, gambar, dan sebagainya.
Atau semisal itu adalah hal
menyenangkan, maka kita bisa mengabadikan kenangan dalam cerita. Besok-besok
bisa dibaca ulang. Yang semoga bisa kembali menghadirkan senyum dan tawa.
Apalagi kalau dibaca sewaktu down maka
kalimat-kalimat positif dari hal-hal baik yang pernah dilewati sadar tidak
sadar dapat menghibur diri yang sedang sedih. Journaling itu bukan sebatas tulis-menulis, akan tetapi salah satu
bentuk terapi yang paling mudah dilakukan dan terjangkau. Dengan menulis,
segala macam emosi yang tidak berwujud jadi nyata.
3.
Teknik Journaling
Suka Hati (SUHA)
Sebutan yang saya bikin sendiri. Journaling Suka Hati adalah jurnal gabungan dari dua teknik jurnal
sebelumnya. Saya tulis diwaktu pagi, tapi dengan 5 pertanyaan untuk membantu
mengingat hari kemarin yang ingin ditulis. Jurnal SUHA yang lain adalah dengan
hanya menguraikan hal-hal yang disyukuri hari itu. Atau, saya menulis dalam
bentuk prosa. Sesuai dengan keinginan hati. Ya, namanya juga Suka Hati ya. Teknik
yang bagian hal-hal yang disyukuri dan dalam bentuk prosa adalah terjadi ketika
saya bosan dengan kedua teknik menulis jurnal sebelumnya dan menggambungkan
keduanya. Wahai anak-anak yang bosanan, semangat!!!!
Ya, kurang lebih begitulah drama rutinitas selama 40 hari
lebih ini. Tahap awal yang baik, tinggal ngecek lagi di 40 hari tahap
selanjutnya, sampai minimal 4 bulan.
Dengan rutin membuat jurnal tiap hari, setidaknya ada
perubahan yang bisa saya rasakan, yaitu lebih kalem dalam menajemen emosi,
lebih bisa tenang sewaktu ada hal yang menjengkelkan dan mengecewakan, lebih
waras untuk menghadapi berbagai macam hal yang ditemui, lebih bisa memaklumkan
hal-hal yang tidak selaras, dan lebih sehat dan bebas secara jiwa dan pikiran.
Bahkan minggu-minggu di bulan Januari, dominan kotak dengan mood tracker senang yang tercentang.
Seburuk-buruknya atau seriwehnya pekerjaan di hari itu, saya
masih tetap bisa tenang. Lebih tepatnya hati yang selalu terasa lapang, dan
pikiran yang mudah diajak untuk santai, tidak panik. Dan, dengan menuliskan di
sini pun, saya berangkat dari ingin untuk keseruan ini, bisa dirasakan oleh
teman-teman yang lain. Ketenangan dan kelapangan hati. Kewarasan diri sendiri
ditengah gempuran informasi, kabar-kabar, dan sebagainya. Yang kalau hatinya
adem, pasti, dunia luar sekitaran kita pun akan ikut tenang.
Kalau malas gimana??? Ya, saya bakal ingat-ingat, bahwa ngejurnal cuma 10-15 menit, bukan waktu yang lama. Jika dipakai buat bermain sosial media, waktu itu setara beberapa detik saja. Tapi semisalnya dengan waktu 10-15 menit belum tahu mau nulis apa karena cuma kata malas yang berenang di kubangan kepala, maka tak masalah jika harus menuliskan kalimat lagi malas bikin jurnal hari ini. Malas karena….. saya percaya, kata per kata di kepala kita akan terus terproduksi dan biarkan ia mengalir sejauh dan sebanyak-banyaknya kata yang ingin dituangkan pada lembaran kertas. Tidak ada lagi kata malas. Yang ada malas untuk berhenti.
Mengutip potongan kalimat dari Renald Kasali, bahwa
keterampilan menulis itu tak lantas membuat seseorang menjadi penulis. Atau mau
jadi seorang penulis. Enggak. Menulis sama seperti berbicara, membaca,
mendengarkan, kebutuhan dasar dalam berkomunikasi, sehingga mau tidak mau kita
juga harus punya kemampuan menulis dengan ‘baik’ seperti kita punya kemampuan
berbicara, membaca dan mendengarkan dengan baik. Have fun, ya. Kalau udah mulai journaling,
berkabar ya gimana rasanya.
Komentar
Posting Komentar