Isoman D-1: Rasanya, Menyedihkan!!

The big reason why choice PCR test kamis lalu, karena tujuan akhirnya agar bisa masuk ke RSL Ijen Boulevard!!! Walaupun sangat ingin menyangkal tidak berakhir di tempat asing ini, tapi kondisi, riwayat menunjukkan hasil yang tidak bisa disangkal.

Sebelum aku tahu semuanya. Rabu pagi saat bangun tidur badanku terasa tidak fit dan ingin bermalas-malasan. Aku mengira hanya kelelahan biasa, salah tidur, atau gak nyenyak tidur sehingga pegal-pegal seluruh badan. Dengan lunglai dan langkah yang berat, aku bersiap-siap kerja. Bahkan, aku sampai di kantor pukul setengah 8. Sangat telat dari jam masuk biasanya. Tapi, masa bodoh walaupun takut-takut kena denda. Hahaha. Kantor sepi banget. Baru ada aku dan beberapa lainnya ada di ruangan yang berbeda. Aku malas-malasan memulai kerja. Enggak fit!! Dua jam kemudian, usut punya usut, ciah, cerita yang sebenarnya itu sampai di telingaku. Kawan mejaku, yang sejak hari senin dan selasa intens percakapan kami tinggi dan sesekali tidak memakai masker karena lagi kondisi makan atau minum atau sekedar menurunkan sejenak karen terasa sesak. Mana tahu kalau di saat tersebut, teman-teman tak terihat menghinggap pada diriku juga teman yang lain.

Positif Covid-19; rekan meja kerjaku. Dan, rasa lelah, tidak fit yang kurasakan tidak lain dan tidak bukan karena efek kerja dari virus Covid-19. Ia menggerogotiku perlahan-lahan hingga demam. Siang menuju sore, demam. Juga lapar, karena belum sempat makan nasi, tapi sudah makan pangsit 4ribuan dari toko pinggir jalan. Malam baru aku dapat makan, nasi putih dan telur rebus. Alhamdulillah masuk 5 suap. Demamku pun tak kunjung turun, bahkan puncaknya adalah malam.

Punggungku suuuuuaaaaaaaaakittttttt sekali. Minta ampun!!! Semalam suntuk. Sendirian. Demam-demam. Berbagai macam posisi tidur kulakukan. Ibarat jarum jam, semua arah telah aku putarin. Tengkurap. Telentang. Miring. Lurus. Meringkuk. Segala macam posisi untuk mencapai kenyamanan tidur dan mengabaikan rasa sakit. Hahahha. Kalau dibilang jangan pikir aneh-aneh waktu kondisi sakit, agak susah, akupun memikirkan yang aneh dan jauh. Jika ini dan itu. Duh, ampun. Semakin sakit punggungnya semakin sering dan keras suara ngigoaanku. Lama-lama jadi kebiasaan, kalau lagi sakit dan parah-parahnya, ngigo nyebut doa, inget Allah, panggil Mama, atau panggil Aji udah gak kehitung lagi. Karena, dengan menyebut mereka, rasanya bisa dan mampu untuk lewatin rasa sakit. Apalagi panggil Aji, dan wajah beliau memenuhi seluruh alam bawah sadarku. Hiks. Monangis.

Punggungku kayak mau patah :(

Rasanya pengen punya keahlian seperti cicak yang bisa memutus ekornya untuk menyelamatkan diri. 

Kamis pagi, aku langsung ke RS untuk mengambil tes PCR. Dianterin Riven, yang baik hati dan gaskeun pokoknya budal tok wes.  Walaupun ia ada di kondisi-kondisi yang kemungkinan tidak aman untuknya, tetap santuy aja. Makasih banyak Riven. Kamis itu demam sepanjang hari. Walaupun sakit punggung masih ada dikit-dikit. 

Hari pun berganti. Selera makanku tidak terlalu baik. Masih sering bergejala pusing. Lemes tidak perlu ditanyakan lagi. Kalau orang-orang bilang, seperti gejala flu biasa, rasanya tidak juga (karena susah juga ya menjelaskan gejalanya sehingga dibuat mudah agar terbayang) ini berdasarkan dari apa yang aku rasakan dan alami, sehingga kepatenan pendapat ini tidak kuat, pokok disesuaikan dengan kondisi individu masing-masing ya, bagiku gejalanya beda dengan flu biasa. Tubuh kita akan memberikan respon yang berbeda karena ada makhluk baru yang masuk ke tubuh kita. Sehingga, dengan sedikit cermat, kita akan lebih mengenal dan paham bagaiman respon tubuh kita jika mau flu. Sedangkan dengan gejala virus ini, rasanya akan BEDA. 

Jumat tiba, hasil akan keluar. Lagi-lagi tidak berharap banyak, karena gejala yang aku alami mengarahkan ke hasil yang sudah jelas, hanya butuh divalidkan secara resmi. 

Jam 10 pagi. PDF hasil tes!!!

Pertama buka liat keterangan positif. Agak menyangkal. Langsung kirim ke atasan. Yes, dengan polosnya bertanya, "Pak, saya positif ya". Penyebaran kabar itu seperti angin, cepat didengar oleh berbagai telinga. Aku tidak bisa isoman di rumah!!! Cepat atau lambat, aku akan keluar dari rumah ini. Well, jam 3 di telpon pak RW untuk memberikan keterangan diri dan diminta ke Rumah Sakit Lapangan Idjen Boulevard.

Jam setengah 4 sore aku beres-beres pakaian dan merapikan kamar. Jam 4 lewat 10 menit aku menuju rumah sakit lapangan idjen boulevard, motoran sendiri. Hahaha, dan menitikan air mata sepanjang perjalanan. 

Kayak menyedihkan sekali hidupku, YaAllah. Ke tempat isoman mandiri-sendiri. Keluarga yang santuy banget dengar kabar itu. Sedangkan yang di malang, terlampui berlebihan respon atas ujian yang menipaku. Aku merasa ada di dua kondisi yang berbeda. Dan, kondisi ini benar-benar membuatku malas berbagi cerita ke orang lain, sehingga ingin menjalaninya sendiri, melewatinya sendiri, walaupun sungguh itu tampak menyedihkan. 

Sampai di gerbang masuk, disambut oleh pak satpam. Aku diminta untuk berhenti, dan cek identitas. Pelaporan dan konfirmasi diACC bahwa ada namaku yang terdaftar sebagai peserta isoman.

Pak satpam lalu mengarahkan menuju pintu masuk ruangan isolasi. Aku mengangguk, dan melaju dengan kecepatan sedang mengikuti arahan. Di gerbang merah disambut oleh Seorang bapak lagi, mungkin juru parkir atau yang bantu-bantu di RSL ini. Aku memarkirkan motor, dan menenteng plastik berisi makanan, minuman, totebag berisi buku, dan ransel berisi pakaian. Ini mau isoman atau liburan ya?. Dasar aku. Mudah-mudahan aku selalu kuat dan cepat sembuh ya. Dalam hati sebenarnya ada takut dan khawatirnya. Takut terjadi apa-apa dan kenapa-kenapa. Mudah - mudahan semua sehat aman terkendali. Aamiin aamiin. Mari lanjut. Menunggu dipanggil oleh petugas untuk dicek kelengkapan adminitrasi dan kondisi. Cek saturasi oksigen, cek tensi darah dan semuanya normal. Sujud syukur kepada Allah yang masih memberikan segala kemudahan ini. Mudah-mudahan Allah kuatkan aku!!!

Aku diperiksa petugas dengan pakaian lengkap anticovid. Disambut mbak administrasi cantik. Wkkw. Dan, masuklah ke dalam rumah sakit lapangan. Rumah sakit dengan keramik lama, penataan kamar satu dengan kamar lain kurang lebih seperti huruf G. Di tengah ruangan ada taman hijau, ada tempat nge-gym, dan TV 21 inch. Aku dapat kamar blok Mahoni no 11. Ada 3 orang yang membersamaiku. Satu bernama Naila, satu lagi Fani, dan satu lagi belum kenalan. Aku malas memulai percakapan. Hahaha.


Di RSL seru. Nyaman. Dan, aku makan enak. Yey. Ada daging, sosis yang digulung telur, sayur yang ditumis, jamur crispy. 4 sehat 5 sempurna. Aku menutup hari Jumat itu lebih malam dari 2 hari sebelumnya karena susah tidur. Susah tidur karena tempatnya baru, bantalnya tipis banget, dan gak ada guling. Bolak-balik badan, miring kiri-kana, mengkhayal indah, agar bisa terlelap, yang juga akhirnya terlelap. 

Aku resmi menjadi warga indonesia penyandang Covid-19, dengam varian Omicron. Gejala virus ini, hanya satu-dua hari, bahkan seperti tidak bergejala. Ringan tapi penyebarannya cepat sekali. Hati-hati teman-teman. Walaupun ringan, isoman selama 10+1hari tetap aja lebih menyenangkan bebas beraktivitas😂😂😂

Dari kursi dan meja bundar teras RSL Ijen Boulevard Malang.

Salam Bahagia

Komentar