3 Hal Yang Membuat Hati Tenang || 05 Jurnal Ramadhan

 

Kapan hati kita merasa tenang? 

Memiliki hati yang senantiasa tenang adalah another level of privilege. Tidak setiap orang bisa merasakan ketenangan terus. Hal-hal yang membuat hati tenang adalah sikap kita yang netral terhadap dunia. Hanya perasaan biasa saja, yang tidak membekas dan tidak tinggal di dalam hati. Ia hanya tersimpan dalam genggaman tangan. Mudah dilepaskan. 

Sayangnya, untuk sampai pada titik itu tidak semudah menuliskan. Apalagi jika kita datang dari didikan dan lingkungan yang tidak memberikan banyak penjelasan-penjelasan akan hakikatnya hidup berKe-Tuhanan. Bahwa, ada Zat Yang Maha Kuasa, ada Zat Yang Maha Pencipta, langit dan bumi beserta isinya. Sering disebut dengan konsep tauhid. Konsep yang tidak hanya diajarkan secara lahiriah saja, melainkan batiniah yang lebih utama sehingga hati sudah terbiasa terhubung denganNya.

Jika konsep bertauhid baru saja dipahami ketika usia duapuluh tahun, atau tigapuluh tahun, atau belasan tahun, tidak mengapa. Kita hanya baru saja memulai, masih ada kesempatan untuk memperbaiki sikap kita, asumsi kita, dan pemahaman. Karena hal-hal demikian dapat diubah dari diri kita.

Berdasar pengalaman-pengalaman baik yang dialami maupun dari materi saat di majelis ilmu ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar hati kita senantiasa tenang.

1. Terhubung dengan Allah. 

Ya, bagaimana pun ampuhnya kita menemukan seorang profesional untuk membantu kita berdamai dan tenang sementara, tetap saja tidak akan dapat menggantingkan ketenangan yang bersumber dari Allah. Ketenangan yang jika tidak dapat diukur dengan nominal. Sangat natural dan a aura ketenangannya dapat memberikan suasana tenang bagi orang lain. 

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk terhubung dengan Allah. Kita pun sudah terbiasa melakukannya. Sholat, membaca al quran, berdzikir dsb. Mudah-mudahan dengan itu hati kita senantiasa terhubung dan dekat dengan Allah. 

Ada seseorang yang pernah bilang, kalau sebelum beraktivitas di luar rumah, setidaknya mata, mulut, hidung, telinga, tangan, dsb sudah berkenalan pagi dengan ayat-ayat al quran. Maka, sepanjang hari suasana hati menjadi lebih tenang ditengah tumpukan kecemasan, kekhawatiran, terhadap urusan-urusan kita. Atau, suasananya yang adem-ayem, atau pekerjaan kita yang menjadi lebih mulus jalannya, atau kita menjadi lebih sabar dan kalem. 

2. Tidak menunda-nunda 

Bukan hal yang mudah juga, karena bangkit dari kebiasaan menunda-nunda tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kita mungkin tidak langsung merasakan efek dari keputusan menunda. Oleh karena itu, urusan menunda kalau bisa dihindarin. Karena kerjanya kayak bom waktu. Lama-lama dibiarkan akan meledak di suatu waktu. Saat tumpukan itu menemui deadline. Dan, perasaan kita akan tidak tenang atau plong. Rasanya ada yang mengganjal, ada yang terpikirkan, dan terburu-buru. 

3. Suka Berbagi

Setelah berbagi (apapun itu, berapapun itu) perasaan kita akan tetap sama yaitu lapang. Serasa luasnya langit dan bumi berpindah ke dalam hati kita. Kita pasti pernah ada di dalam kondisi tersebut. Bikin nagih kan ya?. Kelapangan itu menghadirkan ketenangan. Mau dimasukkan apa aja di hati kita, tak akan sesak, karena ruangnya sudah luas.  

Hati yang tenang tidak menjamin urusan-urusan kita menjadi terselesaikan dengan sempurna. Melainkan, hati yang tenang menjadikan kita lebih telaten, sabar, dan lebih mudah berdamai. 

#05Ramadhan #JurnalRamadhan #30harimenulis

Komentar