Aku
adalah seorang dengan kepercayaan diri penuh akan perjalanan hubungan kita.
Aku adalah seorang yang
dicemburui oleh kawan-kawan akan kisah kita.
Aku adalah seorang
dengan mimpi bahwa esok cerita kita akan berakhir dengan akad.
Kita berjalan, dengan
senyuman tak lepas dari wajah.
Kita menyapa, dengan
bunga yang tumbuh subur di hati.
Kita menggengam,
bertekad menjaga satu sama lain.
Tidak lupa, semuanya
dalam iringan senandung lagu I Wanna Grow
Old with You. Lagu sejuta umat, kita adalah salah duanya.
Namun, sayang. Tawa-tawa
kita. Receh-receh kita. Marah-marah kita. Kecewa-kecewa kita. Diam-diam kita. Sedih-sedih
kita. Jumpa-jumpa kita. Seluruh kenangan yang terakum dalam satu kotak cerita
itu tiada arti.
Kamu dengan ringannya,
berkata “udahan”
Kamu dengan gampangnya
berseru “Maaf, hehe”
Kamu dengan kata “hehe” menghapus semua “haha hihi huhu hoho” selama ini yang
terekam rapi dalam berkas memoriku.
Tidak pernah selintas
pun terpikirkan olehku. Tentang bagaimana cara kamu akan pergi. Harapanku kini
tak bersambut tanganmu. Kegagalan bertandang. Tidak ada lagi yang bisa
menahanmu untuk tetap tinggal. Seribu satu cara pun usahaku. Sia-sia saja. Yang
akan pergi akan selalu punya alasan untuk pergi.
Aku akan baik-baik saja
seiring waktu. Aku pun berharap bahwa caramu pergi, jangan sampai terulang lagi.
Jangan sampai perempuan yang sedang membersamai kamu merasakan pedih yang sama
denganku. Itu tidak adil untuknya, perempuan yang juga aku sayang, yang aku
dekat, sahabat sepermainanku terpuruk oleh laki-laki yang sama.
#25Ramadhan #JurnalRamadhan #30harimenulis
Komentar
Posting Komentar