Bersabar dan Menunggu || 17 Jurnal Ramadhan

 

Hujan siang hari ini, 19 April 2022, sangat sopan. Turunnya perlahan-lahan, lalu sedikit-sedikit deras, dan bertahan lama hampir 2 jam lebih. Hujannya rata seluruh kota Malang. Hujannya syahdu sekali. Karena tidak ada angin, tidak yang deras sekaligus. Membawa ku dan makhluk lain (rasanya) ikut bergerak lambat. Hujan kali ini (rasanya) membawaku lebih menyelami genangan kenangan-kenangan dalam jiwa. Juga membuat tenang hati. Yang sebenarnya panik karena kegiatan yang diagendakan jam setengah 4 harus diundur hingga pukul yang tak diketahui.


Hari ini sedang di uji Allah (walaupun setiap saat kita selalu mendapatkan tantangan dariNya). Tapi, kali ini ujiannya sedikit kerasa. Tentang rencana manusia, tidak selamanya bisa terlaksana dengan lancar, kecuali Allah ijinkan lancar. Seperti yang kutuliskan di atas, bahwa ada kegiatan sore ini. Buka bersama dengan teman-teman kampus, sekaligus bagi-bagi takjil. Rencana kumpul jam 3, dan jam setengah 4 jalan, harus diundur lagi hingga hujan mulai mereda. Tapi per jam 16.08, hujan belum menunjukkan tanda-tanda mereda. 

Harusnya kami panik. Tapi, tidak terasa panik. Adem dan tenang. Menyadari tidak bisa melakukan apa-apa lagi kecuali dengan aksi terakhir yaitu bersabar dan menunggu hingga kondisi memungkinkan untuk lanjut ke aksi berikutnya. 

Tahu kah kita, bahwa bersabar dan menunggu dengan tenang adalah salah satu usaha yang tidak semua orang bisa lakukan. Karena ada orang-orang yang tidak bisa bersabar sedikit dalam perihal menunggu. Mereka cenderung menggerutu. Mengeluh. Juga, mengutuk takdir yang sedang ada di hadapannya. Sebagai seorang manusia, dengan adanya takdir yang tidak sesuai rencana merupakan bentuk mengingatkan kembali jiwa-jiwa kita bahwa sebatas hambaNya yang tidak punya daya dan upaya kecuali Allah ijinkan punya.

Bersabar dan menunggu adalah aksi yang tepat untuk kita lakukan ketika seluruh usaha dilakukan dari plan A ke M ke Z atau dan lain-lain. 

#17Ramadhan #JurnalRamadhan #30harimenulis

Komentar