Bertemu Sosok Perempuan Tangguh || 09 Jurnal Ramadhan

 

#catatanakhir2021


Hari ini, sedang bertemu dengan sosok perempuan tangguh dalam diri sendiri. Sosok yang sering kutemukan pada setiap perempuan-perempuan tangguh lainnya. 

Singkat cerita, jumat pagi hingga sore sudah bersin-bersin. Suara serak. Kepala pening. Namun, masih ada tenaga untuk beraktivitas seperti biasanya. Tapi, saat pulang kuliah sore, tepar juga setibanya di rumah. 

Semalaman mencoba tidur nyenyak. Tapi tidak bisa senyenyak biasanya. Tubuh memberikan isyarat bahwa tidak baik-baik saja. Asupan yang masuk dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan untuk ini dan itu tidak sebanding. Pemakaian energi yang berlebihan menjadikan demikian. Hehehehe.

Sabtu; tubuh masih lemas, tapi berusaha untuk tidak ikut terbawa arus lemas karena khawatir akan ngedrop sampai malas ngapain-ngapain. 

Sabtu; dengan keadaan yang tidak baik-baik saja, terus ingetin diri untuk bisa yuk gerak, tidak sakit yang sampai berbaring saja karena masih ada harapan mampu gerak-gerak walau dikit. Karena Sabtu ada jadwal kuliah dari pagi sampai sore. Dan di dua matkul hanya mampu fokus sebentar-sebentar selain itu ketiduran. Nyenyak pula. Maaf Pak Dosen. 

Magrib, memutuskan untuk belanja keperluan saudara yang harus dibawa saat sambang ke pondok pesantren tiap hari minggu pagi hingga siang. Tidur malam yang panjang dan cukup hingga bangun-bangun serasa lebih segar. 

Karena merasa tubuh lebih fit dari hari sebelumnya, aku memutuskan untuk mencuci. Kalau tidak dicuci gak ada baju lagi (yang dipake itu-itu aja mari merapat). Hiks. Kuat gak kuat pokoknya nyuci dan kerja. Agak maksa karena kalau tidak gitu tidak ada pekerjaan yang selesai. 

Itulah salah satu sosok yang dimaksud. Sering sekali melihat para perempuan yang nguat-nguatin diri untuk tidak jatuh demi orang-orang tersayangnya, pekerjaan yang harus diselesaikan, dan tanggung jawab lainnya. Kutemui sosok itu. Yang menunjukkan tanda-tanda kurang sehat namun segera melakukan cara apa saja agar kembali sehat. 

Tapi, dibalik cerita tangguh tersebut, ada kejadian kocak. Seseriusnya hidup yang ku jalanin, rasanya ada aja hal lucu terjadi, atau aku yang terlalu receh dan santai, sehingga memandang sesuatu hal dari segi seru dan lucu (jadi inget salah satu kalimatnya Na Hee Do #2521 bahwa mari kita jadikan beban/masalah ini sebagai lelucon agar tidak terlalu tampak menyedihkan)...

Dimulai...

Aku nyucinya banyak banget. Kalau di masukkan kresek merah besar maka cucian itu satu kresek penuh dan ditambah setengah kresek lagi (jangan dibayangin haha). Cuci baju sedunia lah hari sabtu/minggu.

Nah, habis ngucek-ngucek. Bilas ya. Awalnya air tetap keluar, deras. Lama-lama kok kecil, lalu tidak keluar lagi. Sedikit panik. Karena kalau berlebihan paniknya bakal bahaya, gak bisa mikir harus ngapain dan apa aja. Blank. 

Dan, ya, airnya memang macet/gak keluar :( padahal bilas cucian baru kaos kaki. 

Aku memilih menyelesaikan masalah ini dengan santai, ngetawain tipis-tipis kejadian yang sedang ada dihadapan, dan berpikir dua kemungkinan.

1. Anterin ke tempat laundry, tapi apa iya laundry bakal nerima pakaian setengah bersih.

2. Nebeng kosan teman.

Aku akhirnya memutuskan ke kosan teman. wkwkkwkwkwkwk. Bilas di sana. Sekalian jemur. Tempat cucian yang biasanya kosong jadi lebih ramai pakaian. 

Seru!! Pengalaman baru. Haha.

Aku berpikir bahwa tidak boleh lama-lama ngedrop karena di depan mata udah banyak tugas yang harus diselesaikan. Begitu pula dengan cuci mencuci. Salah satu pekerjaan. Heheh. 

Untuk pertama kalinya tidak ingin lama-lama sakit agar ada waktu dan kuat menyelesaikan pekerjaan yang ada. 

Sekian. 

Keesokan harinya, air di rumah kembali membaik, Alhamdulillah.  

#09Ramadhan #JurnalRamadhan #30harimenulis

Komentar