Kamu
percaya tentang menyukai sesuatu pada pandangan pertama? Ini agak konyol. Tapi,
rasa-rasanya kekonyolan ini tentulah tidak terjadi padaku seorang.
Pertama kali melihatnya
tertawa akan lawakan seorang pembawa acara di panggung. Kedua kali saat ia
memperkenalkan diri kepada semua orang yang berada di ruangan kelas. Dan, tak
terhitung telah berapa kali aku melihat, mendengar, berbicara, tertawa, kesal
dibuatnya. Pertemuan-pertemuan yang terjadi kadang berujung memalukan, menyenangkan,
menyedihkan, mengecewakan dan memuakkan. Aku dan kehidupan putih abu-abu yang
berwarna pelangi.
Aku percaya tentang
menyukai sesuatu pada pandangan pertama.
Seorang dengan tinggi
yang menjulang tapi masih terjangkau.
Seorang dengan
kegemaran menawarkan buku bacaan.
Seorang dengan lesung
pada pipinya.
Seorang dengan kulit
putihnya, bersih.
Seorang dengan
lantangnya berseru, tatap mataku.
Aku pernah menyukainya
dengan kesadaran penuh. Sekaligus menyadari penuh bahwa perasaan menyukai itu
hanya sebatas seorang diri
Tidak akan pernah
tersampaika. Tidak akan satu. Tidak akan.
Karena jika akan
terjadi, maka tentulah aku sedang bermain film.
Film pasaran, tetapi
tetap digemari oleh orang-orang. Berkisah tentang putri yang tidak punya
apa-apa dan bertemu pangeran kaya raya lalu hidup bahagia seterusnya.
Ia dengan segala
kesempurnaanya. Sedangkan aku dengan segala apa adanya. Bagaikan matahari dan
bulan, beredar di tempat yang sama, tetapi tidak pernah bersatu.
Hanya mampu saling
memberikan keindahan masing-masing
Atas perasaan menyukai
tersebut, tak pernah sama sekali disesalkan. Sebab, dari satu perasaan itu, aku
mengerti rasanya arti dari kalimat mencintai
tidak harus dengan memiliki
Dari satu perasaan itu,
aku lebih hati-hati menempatkan perasaan menyukai kepada yang belum tepat.
Dari satu perasaan itu,
aku dapat mengerti bagaimana keadaan mereka yang memiliki nasib sama dengan
diriku
Dari satu perasaan itu,
aku menemukan kegemaran dan kesibukan baru ialah menulis.
Seorang yang selalu
tersenyum, dan masih menjadi candu untukku. Terimakasih sudah ramah dan ringan
tangan. Terimakasih sudah terbang bebas mencari cinta sejati hingga akhirnya
berlabuh pada yang tepat. Terimakasih telah menjadi dirimu sendiri selama
perjalanan kita saling mengenal selama ini.
Harapku sekarang, dan
dari dulu.
Bahagia selalu, bersama
orang yang sudah dipilih jadi teman hidup. Teman jalan. Teman makan. Juga, teman
membaca. Orang yang sudah dipilih adalah yang terbaik dari yang terbaik.
#18Ramadhan #JurnalRamadhan #30harimenulis
Komentar
Posting Komentar