Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama || 18 Jurnal Ramadhan

 

Kamu percaya tentang menyukai sesuatu pada pandangan pertama? Ini agak konyol. Tapi, rasa-rasanya kekonyolan ini tentulah tidak terjadi padaku seorang.

 

Pertama kali melihatnya tertawa akan lawakan seorang pembawa acara di panggung. Kedua kali saat ia memperkenalkan diri kepada semua orang yang berada di ruangan kelas. Dan, tak terhitung telah berapa kali aku melihat, mendengar, berbicara, tertawa, kesal dibuatnya. Pertemuan-pertemuan yang terjadi kadang berujung memalukan, menyenangkan, menyedihkan, mengecewakan dan memuakkan. Aku dan kehidupan putih abu-abu yang berwarna pelangi.

Aku percaya tentang menyukai sesuatu pada pandangan pertama.

Seorang dengan tinggi yang menjulang tapi masih terjangkau.

Seorang dengan kegemaran menawarkan buku bacaan.

Seorang dengan lesung pada pipinya.

Seorang dengan kulit putihnya, bersih.

Seorang dengan lantangnya berseru, tatap mataku.

 

Aku pernah menyukainya dengan kesadaran penuh. Sekaligus menyadari penuh bahwa perasaan menyukai itu hanya sebatas seorang diri

Tidak akan pernah tersampaika. Tidak akan satu. Tidak akan.

Karena jika akan terjadi, maka tentulah aku sedang bermain film.

Film pasaran, tetapi tetap digemari oleh orang-orang. Berkisah tentang putri yang tidak punya apa-apa dan bertemu pangeran kaya raya lalu hidup bahagia seterusnya.

Ia dengan segala kesempurnaanya. Sedangkan aku dengan segala apa adanya. Bagaikan matahari dan bulan, beredar di tempat yang sama, tetapi tidak pernah bersatu.

Hanya mampu saling memberikan keindahan masing-masing

 

Atas perasaan menyukai tersebut, tak pernah sama sekali disesalkan. Sebab, dari satu perasaan itu, aku mengerti rasanya arti dari kalimat mencintai tidak harus dengan memiliki

Dari satu perasaan itu, aku lebih hati-hati menempatkan perasaan menyukai kepada yang belum tepat.

Dari satu perasaan itu, aku dapat mengerti bagaimana keadaan mereka yang memiliki nasib sama dengan diriku

Dari satu perasaan itu, aku menemukan kegemaran dan kesibukan baru ialah menulis.

 

Seorang yang selalu tersenyum, dan masih menjadi candu untukku. Terimakasih sudah ramah dan ringan tangan. Terimakasih sudah terbang bebas mencari cinta sejati hingga akhirnya berlabuh pada yang tepat. Terimakasih telah menjadi dirimu sendiri selama perjalanan kita saling mengenal selama ini.

 

Harapku sekarang, dan dari dulu.

Bahagia selalu, bersama orang yang sudah dipilih jadi teman hidup. Teman jalan. Teman makan. Juga, teman membaca. Orang yang sudah dipilih adalah yang terbaik dari yang terbaik.


#18Ramadhan #JurnalRamadhan #30harimenulis

Komentar