Jika membayangkan Seorang, Kamu Pemenangnya || 27 Jurnal Ramadhan

 

Malam kedua puluh empat bulan Desember.

Jam dinding menunjukkan pukul tujuh lebih seperempat menit. Aku tidak sendirian dalam ruangan berukuran 4 x 6 meter. Ruangan yang seluruh temboknya didominasi warna putih. Di antara lirik lagu yang dinyanyikan bergantian, aku denganya menyelipkan cerita-cerita yang telah terlewati hari itu.

Aku menggunting, menata, dan merapikan tumpukan gift card usahanya.

Sedangkan ia sedang merangkai bunga-bunga menjadi beberapa buket kecil.

 

Salah satu bunga rangkaianya akan digunakan untuk acara sakral; ialah pernikahan. Bunga itu aku pegang, lalu diabadikan dengan kamera ponsel

“Bayangin buket bunga itu dipasangkan pada jas hitam calon mempelai laki-laki, pasanganmu.” begitu serunya.

Aku membayangkan. Wajah yang familiar itu semakin jelas tampaknya. Dan, segera kuhentikan agar tidak jatuh menjadi berandai-andai, berlebihan.

 

Segera aku kembalikan buket itu padanya.

Aku tidak ingin kembali perih. Kembali menumbuhkan ingin pada sesuatu yang tidak pernah bisa dijangkau.

Aku merasa cukup. Dengan segala aktivitas yang dilakukan. Aku merasa lega. Sebab mampu merelakan yang tak bisa selaras lagi dalam janji, walaupun pelan-pelan.


#27Ramadhan #JurnalRamadhan #30harimenulis

Komentar