Menjadi Dewasa : Fase Yang Akan Dilewati Setiap Kita || 16 Jurnal Ramadhan

 

Hadir di tengah orang-orang yang lebih dulu dewasa adalah bentuk rezeki lain dari Tuhan untuk kita. Boleh jadi yang lain belum mendapatkan rezeki tersebut. Rezeki yang menghampiri kita tentu dengan alasan; mungkin mereka berperan sebagai jalan pembuka menuju impian kita, yang senantiasa disebutkan dalam doa-doa setiap waktu. Kemunkinan lain, kehadiran mereka adalah jawaban lain atas doa kita yang meminta rezei, rezeki terbaik. Atau berkat doa-doa baik yang pernah kita bantu, kita beri senyum di kala kelamnya, kita beri waktu untuk mendengarkan cerita-ceritanya. Yang pasti, tidak ada kejadian kebetulan. Selalu ada motif mengapa hal itu terjadi. Baik motifnya dalam bentuk masalah (anggapan kita) yang harus dikerjakan, dipecahkan, diselesaikan, dan hasil akhirnya kita menjadi sosok dewasa dan lainnya. 

Dewasa adalah salah satu fase kehidupan yang akan kita lewati dalam hidup ini. Ada yang dewasa secara emosional, ada juga yang hanya dewasa secara umur. Banyak kita temui orang-orang dewasa secara umur tapi tidak emosional.

Dahulu, saat kita kecil atau belum tahu apa-apa tentang dunia orang dewasa seringkali protes/tidak setuju dengan segala pilihan yang mereka ambil. Baik untuk diri mereka sendiri atau diri kita. Kita tidak pernah tahu bahwa pilihan yang mereka ambil, dan kita mengikuti alur keputusannya menganggap itu buruk (jika tidak sesuai dengan mau kita), tega, jahat dan lain sebagainya. Boleh jadi, satu keputusannya itu banyak sekali yang ia abaikan, tinggalkan, kenyamanannya, kawan-kawannya, inginnya, dan sebagainya. Berkorban satu hal demi kebaikan orang banyak atau orang yang disayang. 

Kecenderungan untuk memilih memecahkan konflik yang ada dengan resiko rendah adalah tanda-tanda duniamu sedang tidak baik-baik saja. 

Dahulu, ada perasaan gak senang ketika orang dewasa yang kukenal mengambil keputusan di luar nalar(ku). 

Semakin bertambahnya bilangan umur, realistis kehidupan kian nyata adanya. Jika kita masih saja bersantai dan berandai lebih banyak dibanding usaha, sia-sia sudah umur yang sudah diberikan. Semoga kita tidak demikian ya. Pandai menjaga waktu, walaupun terseok-seok. 

#16Ramadhan #JurnalRamadhan #30harimenulis

Komentar