Menyaksikan Sunrise Dari Atap Gedung Berlantai Dua || 13 Jurnal Ramadhan

Di atap gedung bangunan berlantai dua. 

Ada beberapa anak yang sedang mengabadikan momen kebersamaan dengan camera. Aku duduk di pinggir gedung. Samping kiri ada gunung yang terlihat, megah dan kokoh. Di samping kanan ada lahan sawah yang ditanamin padi-padi. Di belakang dan di depan terpantau perkampungan sekitar. Dingin tapi rasanya segar. 

Sejak 2 hari lalu ada kegiatan pesantren kilat untuk anak-anak tingkat sekolah menengah pertama. Hari pertama diikuti oleh anak laki-laki sejumlah seratus orang. Hari kedua diikuti oleh anak perempuan berjumlah 80an. 

Saat menuliskan ini, anak-anak perempuan sedang senam pagi. Seru-seruan pagi sebelum bersih-bersih diri dan persiapan pulang. Melalui kegiatan sehari dan bermalam seperti ini sebagai bentuk meningkatkan awareness para adik-adik pelajar tentang keutamaan ibadah di bulan ramadhan. Walaupun setengah dipaksa, mereka akan terbiasa kelak. Setidaknya akan membekas dalam diri mereka. Di mana pun akan berakhir, pembelajaran-pembelajaran saat di sekolah akan selalu mereka ingat walaupun tidak segera mempraktekkan. 

Aku pun jadi ikut merasakan kenikmatan melewati hari ramadhan yang ke-12 kemarin dan yang ke-13 hari ini karena bisa dekat dengan al quran, sholat malam yang full, dan mengalir doa-doa. Rekan-rekan kerja yang sesekali mau diajak bercanda dan mengobrol apa saja. Kejadian-kejadian kocak. Jam 10an malam baru makan sambil dengerin lagu Tulus Hati-Hati di Jalan. Masker wajah sebelum tidur. Mau sikat gigi tapi lupa sikat, saat diambil di tas dan balik ke kamar mandi eh lupa pasta giginya. Gak jadi sikat gigi deh keburu subuh berjamaah lewat. 

Pagi yang beda. Di atap gedung 2 lantai ini aku bisa menyaksikan detik-detik matahari terbit. Cahaya kuning-jingga mengkilap-kilap di antara dedaunan pohon jati yang berada di samping kanan gedung. Langit masih terselimut awan tipis. Tapi indahnya tidak pernah pudar. Aku berasa lebih dekat, dan burung-burung yang berterbangan. Berkelompok 3-5 ekor burung, atau yang sedang kejar-kejaran, atau yang sedang berkicau karena berebut makanan yang diberikan ibunya. 

Dalam perjalanan ini, kita selalu berusaha untuk jadi lebih baik setiap harinya. Kita belajar hal-hal yang disukai dan karena ada tuntutan. Fitrahnya kita adalah pribadi yang memiliki hati bersih dan kepribadian yang menyenangkan. Namun, lingkungan tempat kita bertumbuh tidak semuanya menjadikan kita bersih dan baik. 

Jalan berkerikil, beban yang dipikul, jiwa yang tidak terpenuhi dengan baik, dan kita menjalani itu semua. Ada yang berhasil melewatinya. Ada juga yang masih di tempat. Bahkan ada yang semakin mundur karena ujian-ujian yang ada.

Kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan, hanya akan berubah jika kita sendiri yang mau merubahnya. Kita perlu belajar untuk mencari jalan keluar dari pintu sengsara tersebut. Enggak mudah dan prosesnya lama. Maka, jangan menyerah. Kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri setiap kita masih bangun di pagi hari.

Matahari mulai meninggi. Cahayanya kini tidak kuning-jingga, melainkan kuning pudar. Sekarang aku mendengar suara tilawah saling sahut-menyahut antar masjid. Adem banget. Kicauan burung terdengar. Dan, anak-anak yang senam sudah selesai.

05.57 pagi. 

#13Ramadhan #JurnalRamadhan #30harimenuli

Komentar