Rencana Manusia Hanya Bentuk Usaha, Gak Paten Berhasil || 03 Jurnal Ramadhan


Akhirnya, naik kereta api juga!!!!

Sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik, bisa jadi tidak terlaksana. Satu hal yang tidak terpikirkan sebagai solusi dari permasalahan yang ada sebaliknya menjadi jalan keluar terbaik. Sesuatu yang dianggap ujian, bisa jadi itu adalah bentuk penyelamatanNya. Sesuatu yang dianggap aib, bisa jadi titik penyadaran diri. Begitulah garis takdir yang Allah tetapkan kepada setiap makhluk bumi bernama manusia. Ilmunya sangat terbatas, dan ilmuNya tiada terbatas. 

Beberapa kali mendapat ujian sakit dalam 6 bulan terakhir, menjadikan diri ini lebih sadar kalau sedang berstatus manusia. Haha. Beberapa kali dalam kondisi sulit, dan bala bantuanNya tidak pernah terlambat maupun cepat. Tapi, sialnya, aku tidak cermat menyadari dan memaknai setiap bentuk pertolongan dan kasih sayang-Nya.

Penghujung tahun 2021, sudah berencana refreshing ke Surabaya (sekedar numpang kereta trus balik lagi ke Malang), Allah beri sakit 2hari sebelum jadwal keberangkatan. Agak sedih dan kecewa karena sakit gak berujung membaik dan gagal ke Surabaya, gak jadi naik kereta. Refreshing di tunda hingga beberapa bulan kemudian. Dibalik keinginan jalan-jalan yang sebentar itu, ada tugas-tugas kuliah  yang udah masuk DL pengumpulan. Dan, aku menggampangkan tugasnya, kayak bisa kok ini dikerjakan. Bisa sih selesai walaupun akan lembur. Tapi, Allah bilang enggak. Allah menunda rencana jalan-jalan dengan sedikit sakit, agar aku bisa menyelesaikan tugas dengan baik dan benar. Karena kalau dipikir-pikir, gak diberi sakit maka aku akan nekad ke Surabaya dan bakal gak fokus mengerjakan karena banyak distraksi. Drama sekaligus perjuangan, sakit-sakit tapi tetap fokus nugas (tahu betul kalau kamu juga pasti punya momen drama perjuangan dalam menyelesaikan sesuatu, dan sampai kalimat ini di hadapanmu, aku mau ucapkan SELAMAT SUDAH BERHASIL dan TERIMAKASIH SUDAH BERJUANG. KAMU HEBAT).

Hanya bisa melihat story teman yang jadi ke Surabaya. Sambil nyanyi, ‘harusnya aku yang di sana, dampingimu dan bukan dia. Harusnya.......’ wkwkkwkw. Paling cocok lirik lagu itu yang mewakili (abaikan latar cerita dari lagunya karena tidak berhubungan). Sakit seminggu, beberapa tugas beres, dan menyambut hari baru, Januari 2022. 

Kukira tidak ada kendala (jangan nyambi bernada bacanya hihi). Nyatanya tidak demikian. Rencana kita sebatas sebuah usaha untuk membaca takdirNya. Kalau lancar, berarti rencana kita sesuai. Kalau tidak lancar, sudah pasti rencana kita tidak memberikan kebaikan sehingga perlu diganti atau ditunda atau ditolak. 

Selamat Anda dinyatakan positif covid-19 varian omicron dan harus isolasi mandiri selama 11 hari di RS Lapangan khusus isoman dan 3 hari isolasi di rumah (tanpa gejala). Berakhirlah 11 hari isoman bersama para pasien lainnya. Enggak nyangka kalau solusi terbaik dari permasalahan kompleks yang sedang dialami waktu itu jalan keluarnya adalah sakit covid-19.

Kalau enggak kena covid-19 hari-hari ku sebelas hari akan lebih berat dan lebih sulit daripada hari-hari selama isoman. Untungnya sudah libur semester, laporan pertanggungjawaban udah beres di awal Februari sehingga selama isoman bener-bener istrahat total tanpa memikirkan urusan di luar RSL. Makan teratur, tidur teratur, teman-teman sekamar senasib seperjuangan juga saling bahu-membahu menyemangati. Baca buku sambil ngeteh dan nyemil roti bertabur meses coklat, nyuci baju rajin, dan berusaha melewati hari-hari dengan perasaan bahagia walaupun di hari ke 9 sudah mulai bosan hahahhahahahahha.  

Ya begitulah takdir terbaik versi Allah untukku saat itu. Sedangkan bagiku? Tidak demikian. Tapi setelah diselami lebih dalam, melihat hikmah yang ada dari semua kejadian, menyadarkan diri bahwa memang ini jalan terbaik dalam fase kehidupanku. 

Setelah beberapa kali dijejal dengan realita kehidupan, membuatku lebih banyak belajar lagi dalam mengatur ekspektasi dan rencana A B C dsb. Lebih menyederhanakan lagi sesuatu hal hingga paling sederhana, lebih menyayangi orang lain, dan lebih kalem tidak terbawa emosi, karena sejatinya saat sakit, tidak ada tenaga berbuat jahat atau menuruti ego/hawa nafsu, hanya pasrah dan berharap bantuan Allah dan keikhlasan orang dalam merawat kita. 

Setelah sekian lama menunggu kesempatan keluar kota, naik kereta, ke Surabaya akhirnya Allah kasih kesempatan itu tgl 26 Maret kemarin. 3 bulan kemudian dengan roller coasternya dulu. Walaupun cuma beberapa jam di luar Malang, sudah cukup membuatku bahagia. Bahagia karena selama di kereta bisa menikmati perjalanan dengan membaca novel. Hujan Bulan Juni Beres. Ketiduran dan terbangun saat mendengar suara pemberhentian di stasiun berikutnya. Atau berpuasa bicara selama 2 jam ke depan dan aku sudha sibuk dengan pikiran sendiri. Fix, seru kaleeeeee. Juga menulis di kereta.... 

"Jalan terbaik yang kita harapkan, boleh jadi harus melewati jalan terjal, turunan, berkerikil, berlumpur, dan sebagainya. Maka bersabarlah menyelaminya satu per satu." 

"Allah sesuai prasangka hambaNya. Maka berprasangka baiklah atas setiap ketentuannya termasuk jalan takdir kita"

#03Ramadhan #JurnalRamadhan #30harimenulis

Bagaimana perasaan waktu itu? Hambar dan takut 😂😂

 

Komentar