Setiap Waktu Kita Berusaha Damai Dengan Diri Sendiri || 24 Jurnal Ramadhan

Setiap waktu kita berusaha damai dengan diri sendiri. Mengontrol mata untuk tidak melihat sesuatu dari orang lain dengan tatapan sinis atau tak suka. Mengontrol mulut untuk tidak terbuka dengan isian yang menyakiti hati orang lain. Menjaga tangan agar tidak sembarang menyentuh atau memegang yang bukan hak milik. Mengontrol hati sebisa mungkin untuk tidak mudah prasangka buruk, tidak mudah menilai orang semberangan, tidak mudah sombong, tidak mudah iri pada hal-hal konsumtif dan kebahagian, tidak dengki, tidak mudah kesal dan marah, tidak menyerah, dan tidak terlalu responsif terhadap sesuatu hal. Kita mengeluhkan lelah, sebagian besar mengira bahwa sumbernya dari pekerjaan yang kita lakukan. Bisa jadi, energi kita lebih banyak tersedot untuk mengontrol anggota tubuh kita. Tidak disadari karena tak terlihat dan berwujud. Karena, saat itu diekspresikan, cenderung memolesnya terlebih dahulu untuk menjaga satu sama main. Tentu, sejujurnya kita pada orang lain, tidak akan pernah bisa sejujur pada diri sendiri dalam bersikap. Kita akan cenderung tampil dengan tampilan terbaik di hadapan yang lain. Proses naturalnya manusia, selalu ingin jadi yang baik. 

Menyadari betapa mengontrol hati dan anggota tubuh lain susahnya setengah hidup, membawaku menyelam ke dalam diri lebih dalam dan dalam sekali. Dengan harapan, aku bisa lekas selesai dengan urusan diri sendiri terkait penyakit-penyakit hati yang selalu diusahakan untuk dipangkas tunas-tunasnya.

Kesadaran ini membawa diri lebih jauh memaknainya. Sebuah alasan kenapa Allah menilai setiap perbuatan hamba-hamba Nya berdasarkan apa yang ada di dalam hati. Karena, sesungguhnya "diri kita" yang utuh dan bersih adalah apa yang nampak dalam hati. Apa yang yan berbicara dalam hati. Apa yang terlihat dalam hati. Karena hati tak bisa dipoles, berbeda dengan senyum juga perkataan kita.

#24Ramadhan #JurnalRamadhan #30harimenulis

Komentar