Kembali Melewati 3 Pulau, Rasanya Tetap Berbeda: Seru!!! || 28 Jurnal Ramadhan

 


Saat membuka hp, sempat terkejut dengan pukul waktu yang terlihat. 04.51, tapi sekitar masih gelap gulita. Waw, rupanya, kapal yang kami tumpangi sudah meninggalkan pulau jawa, dan masuk ke perairan Bali dan Nusa Tenggara. Perbedaan waktu satu jam, terkadang masih membuatku takjub. 

Kondisi ku sejauh ini baik-baik saja. Terkontrol dan aman serta masih sepenuhnya sadar. Entah bagaimana beberapa jam lagi, akan kah masih sekuat sekarang atau sudah tepar?.

Perjalanan sendiri tanpa teman (yang direncanakan) adalah kesempatan untukku menyendiri dan menikmati setiap inci peristiwa dengan detail dan mendalam. Aku bisa melamun sambil berimajinasi saat melihat jajaran bintang bertabur cahaya di langit gelap. Aku bisa menikmati angin sepoi sambil mengatur napas mencoba masuk ke dalam alur suasana subuh. Aku menatap lekat kapal lain yang berpapasan dengan kapal kami. Mengabaikan obrolan sekitar. Lampu-lampu kapal dan pemukiman para warga sekitar terlihat dari jauh, yang kian dekat jarak pandangku dengan pancaran lampu.

Ya Allah, kenapa perjalanan ini indah sekali? Walaupun bertahun-tahun melewatinya, rasa ini tetap berbeda, pengalaman yang berbeda, orang yang duduk di samping ku berbeda, suasana yang berbeda, dan kali ini bisa menghemat suara dan kata-kata ku lewat bicara, dan tenaga ini dituangkan untuk merangkai kata lewat tulisan-tulisan. Hahaha. 

Orang di rumah jam segini sudah selesai sahur dan siap-siap mau sholat subuh. Besok malam, aku sudah bisa bergabung dengan mereka. Waw, senangnya hati sudah terasa sekarang. Menyantap makanan yang banyak, tanpa mengobrol, tanpa ngoceh, hanya sesekali berceletuk, sisanya suara gesekan sendok dan piring. 

Sudah pukul 05.21, dan kapal mengantri untuk bersandar. Perjalanan panjang berikutnya sudah di depan mata. Melewati Bali satu hari, is another level menguji kesabaran. Wkwk. Gak bosan-bosan mau bilang, ini Bali bisa dilipat gak sih? Gak ada diantara pulau Jawa dan Pulau Nusa Tenggara? Atau, apakah ada yang kepikiran membangun jalur kereta? Wkwkwk. Kereta bawah tanah dan bawah laut gitu? Atau kereta terbang? Begitulah ketika imajinasiku diliarkan dan dipadupadankan dengan cerita fiksi-fiksi yang pernah di baca. 

Di Bali, kami sungguh norak. Senang betul melihat pancaran sinar matahari pagi. Menyinari alam Bali, cahayanya meliuk-liuk di antara pohon kelapa, pohon-pohon tinggi besar yang tidak sempat aku analisis jenisnya, di dalam bis, kami sudah asyik karokean, lagu-lagu Bang Maherzain. Sekali lagi, perjalanan ini lebih baik dari sebelumnya. Bapak sopir yang baik-baik walaupun agak kasar ngendarain bisnya. Aku dapat kursi nomor 2 jadi leluasa banget untuk melihat bagian depan. Bis yang masih tetap banyak barangnya namun tidak begitu bau dan mengecewakan. Sebaliknya, sedikit elit dan bagus. Aku yang tidak rempong dengan bawaan dan partner duduk, Dita, yang suaranya bagus dan gak malu-malu buat akrab. Ukuran keakraban ini aku dasarkan dari intensnya kami saling berbagi makanan, mengobrol, dan menyediakan bahu untuk jadi sandaran masing-masing. 

Bali kami lewati hingga pukul 18.00 sore. So long. Dan, Lombok, i am coming. Sehari lagi, Bima, i am coming. Jiwa yang tidak pernah merasakan tenang, setenangnya di Bima selama di pulau jawa akhirnya bisa merasakan nikmat tenang itu. Entah, yang pasti ketenangannya seperti kita tidak perlu mengkhawatirkan hari esok atau tumpuan kerjaan yang ada. Tidak ada cemas berlebihan, ketakutan, dsb. 

Selamat liburan!!!!!

#28Ramadhan #JurnalRamadhan #30harimenulis

Komentar