Seusai Bertemu Kawan Kuliah #restartkenangankimia

 

Aku masih menjadi pendengar yang baik. 

Aku masih menyimak seluruh cerita mereka. Dari satu wajah ke wajah lain. Dari tawa satu ke tawa yang lain. Dari nasehat satu ke nasehat yang lain. Senang sekaligus bangga bisa melihat mereka berada di posisinya seperti hari ini. Pengalaman telah banyak memberikan pelajaran hidup kepada kami, masing-masing. 

Aku tidak lagi menjadi minder atau merasa butiran debu yang berterbangan. Tidak lagi malu-malu untuk mengakui kesibukan sehari-hari. Bekerja sebagai apa dan di mana. Gaji yang tidak seberapa. Profesi yang tidak membuat decak kagum. Pertemuan kali ini, aku menjadi seorang yang larut dalam cerita mereka tanpa harus diam-diam memaki diri sendiri. Tidak lagi merasakan betapa tidak menariknya hal yang kukerjakan dibandingkan mereka karena setiap keputusan yang diambil selalu dilandasi dengan banyak motif. Motif yang berbeda-beda, jalan pun tidak searah. Titik jatuh dan bangun pun tidak sama.

Jika dahulu sepulang berkumpul akan merasakan perasaan tidak berguna, tidak bermanfaat, tidak keren, hanya jadi beban, dan lain sebagainya. Sungguh kasihan diri sendiri saat itu. Setelah satu hari banting tulang, mumet pusing ini dan itu, pundak memanas, kaki dan tangan melemas juga tenaga terkuras abis. Lalu, semuanya menjadi tidak bernilai ketika aku merasa tidak percaya diri, tidak menghargai diri, tidak berterima kasih kepada diri karena sudah berjuang dan bekerja. Setengah usaha, ku potong hingga ke akar-akarnya hanya karena satu hal yang membusuk. Menyakiti diri sendiri adalah hobi yang tidak baik tetapi sering sekali mengulangnya. Namun, hari ini, malam ini, perasaan negatif yang aku rasakan itu telah menguap, pergi. 

Tertinggal hanyalah hati yang lapang. Jiwa yang penuh dengan kedamaian. Dan, pola pikir yang sehat. Seberapa pun hebat dan cemerlang masa depan mereka, semua pasti melewati halangan dan banyak ujian. Pasti. Aku bisa ikut tertawa dengan mereka tanpa harus cemas setelah tawa itu usai. Tidak perlu khawatir atas perbedaan banyak hal dalam diri dengan orang lain. Sebab, setiap kita memiliki nilai-nilai hidup tersendiri, tujuan yang tidak sama.

Aku masih menjadi pendengar untuk cerita-cerita hebat mereka. Selalu ada harapan yang tumbuh dalam jiwa meski jalan yang ditempuh tidak semulus tol.

Kami yang bertumbuh dan sesekali (sesekali dalam detik/menit/jam/hari/minggu/bulan/tahun???!) menggalau. 


Makasih Safira atas kunjungan ke Malang dan ajakan dadakannya juga traktirannya serta support tiada tara🌸. Dinar yang nyaranin buat segera menikah, makasih Nar, kalau udah siap, meluncur aja mah. Jaka, inget banget nih bilang gak ada teman ngobrol di Malang tapi di cafe dia ketemu teman2 yang lain wkwkw #candaaa. Sari, owner florist yang selalu bijak dengan banyak pelajaran dari perjalanannya🌸

Komentar