Surat Digital Bak Kodok, Lompat-Lompat. #SDM

 Aku pulang, Ma. 

Hehe, pulang ke halaman web berisikan lembaran putih dengan berbagai macam fitur yang bisa kugunakan untuk bercerita hari ini. 

Saat menulis cerita ini, aku sedang makan bakso. Bakso malang yang aneh (awal-awal di malang tahun 2014) tapi sekarang sudah suka dan bakso di Bima yang menjadi aneh. Isi mangkok kali ini ada 3 pentol, 1 tahu kuning, 1 tahu putih, 1 mie putih, 1 mie kuning, 1 lontong dan jeruk hangat. Tidak ada tambahan kecap saos karena kuahnya sudah enak. 

Kalau mengenang, saat kuliah dulu sering banget makan bakso setelah praktikum atau setelah kuliah. Dulu lebih hemat isiannya, yang penting janggel perut yang udah lapar. Isinya banyakin tahu dan gorengan juga mie serta kuah melimpah ruah lalu pentol nya cukup 2. 5-7ribu sudah membuat kenyang. 

Aku senang sekali makan dan jalan sendirian. Apapun itu, sendirian jauh lebih menyenangkan. Energiku tidak terkuras habis. Tapi Ma ketika  bersama yg lain aku bisa mendapatkan banyak pembelajaran. Sehingga aku akan tetap menjalani keduanya dengan perasaan senang. 

Aku lapar sepulang dari perpus kampus Ma. Mengerjakan proposal tesis. Doakan ya Ma semoga dimudahkan dalam studi ini. Menyelesaikan studi ini. Dan aku sehat sehat. 

Aku lama tidak pulang Ma. Kangen banget cerita-cerita. Kesibukan kemarin masih sama seperti biasa. Pagi kerja, sore kuliah, malam ketiduran. Aku bukan ngeluh, Ma. Senang banget punya kesibukan itu. Apalagi nyambi membuat konten dan berbuat baik. Duh berasa merdeka. 

Tapi aku masih kurang sabar dan ikhlas, Ma. Hehehe. Masih sering ngedumel dan merasa sok paling sibuk dan menderita. Padahal enggak demikian. Setiap aku akan merasa demikian, selalu ingatin diri sendiri kalau tiap orang punya jatah ujian masing-masing. Ujian yang hanya bisa dilewati oleh orang yang Allah tuju. Tidak untuk yang lain. 

Mama, apa doa-doaku bisa dipeluk? Huhu. 

Aku senang banget belajar. Berjam-jam tidak masalah. Kayak di perpus tadi, duh hatiku full dengan love dan ilmu. Walaupun aku tidak cukup berani dan tidak cukup pintar untuk show off. Tapi, one day, aku berharap bisa berani Ma. Setidaknya, berani menyuarakan apa yang aku tahu. Menyuarakan pendapat.  

Aku takut banget kehilangan, Ma. Sehingga menjadikan aku takut mencintai dan menyayangi orang-orang yang Allah hadirkan. Aku takut terluka dan sembuhnya lagi, lama. Huhu. Mungkin inilah salah satu alasan kenapa aku selalu save diri sendiri dan tidak terlalu over menunjukkan cinta ke semua orang. Aku cuma berani mengungkapkan tipis-tipis. Haha.

Yes, bahasa cintaku act of service kepada orang lain tapi bahasa cinta yang ingin kuterima dari orang lain adalah word of affirmation dan Physical touch.

Sekian cerita hari ini, Ma. 

Di Bank, nyambi mendengarkan murotal Allah quran dari speaker di bank. Dan satpam yang melayani para customer.

Komentar