Mapsnya Allah!

Pukul 18.20 keluar dari rumah. Tujuannya ke kontrakan baru teman, menemui dia sebelum balik ke mataram esok harinya. Pamit ke orang rumah, dan meluncur dengan si kesayangan (read: motor).

"Aku berangkat ya, Bude"
"Iya Nak"

Malam ini di gang rumah Bude tidak ada agenda lomba 17 Agustus seperti 2 hari sebelumnya. Mungkin sudah selesai serangkaian acaranya, motor-motor bisa berlalu-lalang dengan bebas. Aku pun demikian, bisa menggunakan jalur yang biasanya, tidak perlu putar ke jalan lainnya. Saat keluar dari gang, masuk ke jalan raya, berbaur dengan kendaraan lainnya, senyumku sumringah sekali di balik masker, hati terasa senang, setelah sekian lama terkungkung dalam rutinitas itu-itu aja, pikiran itu-itu aja, malam ini akhirnya bisa ngelakuin hal yang berbeda, keluar malam, merasakan angin malam yang tidak selow (agak kencang hembusannya), dan gak perlu mikirin pulang cepat karena ada yang mau dikerjakan.

Tapi, dibalik itu semua, ada hal yang sangat fatal. Aku tidak punya paket data untuk google maps menuju alamat kontrakan teman. Aku masih baik-baik saja, tidak merasa perlu panik atau deg-degan karena saat berangkat, dari waktu seusai sholat magrib, siap-siap hingga pakai kos kaki.

Aku berseru ke Allah, curhat.
Ya Allah, gak punya paket data. Gak ngerti banyak jalan menuju kontrakannya Fit. Tapi, aku tetap berangkat dengan niat ini, kuserahkan kepadaMu ya, Ya Allah.

Udah, lipat-lipat mukenah, masukkan dompet, dan HP ke dalam tas. Setelah itu, bercermin bentar cek jilbab dan rupa, apakah sudah okey? Makin SIP setelah dipoles dikit.

Aku duduk sejenak, membuka maps yang sudah Fit kirimkan via Whatsapp. Aku berusaha membacanya, menganalisa, menerka-nerka, mencari titik yang menurutku familiar. Makin kubaca dan perhatikan, zoom in zoom out, geser kiri geser kanan di layar HP. Terbayang sih, tapi jelasnya kemana dan kemana gak ada. 

Bismillah. Ya Allah. Ga punya paket data untuk maps. Tapi, aku punya Allah yang bisa bantu arahkan jalan menuju yang benar. Allah, bantu mapskan aku. Suara hati yang menenangkan diri sendiri sekaligus percaya bahwa Allah bakal bantu dan dengerin. 

Kalaupun endingnya gak ketemu dan nyasar, ya sudah gak apa-apa, putar balik serta balik ke rumah pun tak masalah. Penting sudah ada niatan, juga usaha yaitu tetap jalan dengan kondisi maps gak jalan. Mengandalkan Allah. Pasrah. Ahahaha.
Aku melaju dengan kecepatan sedang, menyalip motor satu dengan yang lain. Mobil satu dua. Ramai sekali jalan rayanya. Tapi tidak macet. Alhamdulillah.

Aku memilih jalan yang bukan disarankan oleh maps (dibuka waktu di rumah). Melainkan memilih jalan pintas, dan MasyaAllah ketemu bulan purnama yang sedang cantik-cantiknya tergantung di langit gelap. Memandangnya menenangkan hati. 

Tiba di pertigaan pertama, memilih belok kiri daripada lurus. Melaju pelan-pelan sambil membaca nama-nama toko di pinggir jalan. Masih belum paham. Maju lebih dikit lagi, dan buka maps. Mulai terbaca, dan aku memutuskan untuk terus lurus hingga ketemu pertigaan kedua dan pilih belok kanan daripada kiri.

Melewati nama jalan atau gang yang ada di maps. Arahku sudah benar, tapi masih terasa jauh dari tujuan.
Aku masih tenang dan pasrah. Bensin motor juga udah diujung, garis merah (E). Ya ampun, kenapa masuk pom bensin selalu berat. Kalau gak limit, gak masuk. Lebih deg-degan bensin habis dari pada nyasar nyari alamat kontrakan Fit. 

Aku menuju ke jalan raya. Dan, beneran tanpa arah. Hingga akhirnya, Allah mengirimkan aku terjebak dibelakang mobil bersama 2 pemotor lainnya. Di saat itulah aku melihat seseorang dengan jaket biru bercampur hitam yang tidak asing. Aku memastikan lagi, melihat motornya. Enggak salah lagi. Dia orangnya. Aku menarik gas motor, dan sejajar dengan motornya. 

"Mas Bintang" Seruku dengan suara lantang di samping.
"Bantuin aku, bentar. Berhenti dulu" Tambahku. Dan, aku sudah melipir ke pinggir jalan raya yang disusul mas bintang.
Aku ceritakan kloronologi nya.
Dan, Allah mengirimkan tepat saat aku butuh.
"Sini aku anterin aja. Ikut aku"
"Oke, mas bintang"

Aku tidak berhenti senyum-senyum di balik masker. Takjub dengan cara Allah mengatur semua ini. Tidak kebayang sama sekali bahwa maps yang kuminta melalui perantara mas bintang. Aku terus melaju, mengikuti dari belakang. Tidak henti aku berucap syukur. 

Kami sempat mutar-mutar 2-3 kali. Salah masuk gang. Tanya-tanya orang. Hingga akhirnya kami menemukan rumah kontrakan Fit. Pantesan susah, ternyata rumahnya nyempil di antara rumah lain.
Mas Bintang bantuin nunggu sampai benar-benar masuk ke rumah. Sebelum berpamitan dan bilang makasih atas bantuannya malam ini. Aku dengan senang hati berkata jujur. 

"Tahu gak sih, tadi aku minta Allah jadi maps, ternyata lewat mas bintang. Alhamdulillah" Seruku.
"Wah. Aku tadi emang mutar-mutar gak jelas juga. Alhamdulillah ya"
"Iya. Makasih banyak mas bintang. Hati-hati pulangnya"
"Iya. Mari ya, pulang"
"Ya"

Malam itu aku dan keluarga Fit bakar ayam, menikmatinya bersama. Sambal rasa garam, ayam matang sempurna, nasi yang enak. Makan malam ku yang lezat. 

Malam itu Allah menunjukkan kuasa-Nya dengan sangat jelas dan terang. Namun, sebagai manusia, aku kadang masih belum sepenuhnya mengandalkan Allah. Karena kondisi yang benar-benar susah, aku begitu pasrah. Kalau pun tidak, akan mengandalkan maps terlebih dahulu baru berdoa ke Allah dimudahkan. Yang seharusnya doa dimudahkan dulu baru bismillah pakai maps. 

Urutan mengandalkan yang perlu diperbaiki oleh diri ini.
Sekian ceritanya.
Kalau kamu ada cerita hebat juga, bisa kabarkan ke aku lewat kolom komentar. Ceritakan kebesaran Nya, dan jadilah perantara yang menceritakan keesaan Allah.

Salam.

#tulisancus #mapsnyaAllah 

Komentar

Posting Komentar