Catatan Kebaikan Orang Baik #1

Apakabarnya seorang bapak yang pernah bantuin aku waktu itu? 

Aku berangkat kerja seperti hari biasanya. Berpakai rapi walaupun tidak licin, ransel di pundak, pamit dan menghidupkan motor. Motor yang mempertemukan aku dengan orang baik. Motor yang aku pakai hari itu adalah milik adek sepupu. Motorku sendiri dipinjam untuk ke Gempol, dan belum kembali.  

Aku cek speedometer BBM, jarum di warna merah, tapi biasanya sudah tidak berfungsi. Aku langsung cek di tangki motornya, dikit banget tapi merasa percaya diri kalau akan cukup hingga tiba ke warung bensin eceran. 

Warung yang jual bensin dekat rumah yang biasaya buka pagi, hari itu tutup dan aku menghela napas. 

Aku membesarkan hati akan ketemu warung bensin di sepanjang jalan menuju tempat kerja. Kalau motor sendiri, bisa memprediksikan kondisi bensin sekian bisa untuk berapa jauh jarak tempuh. Berhubung bukan motor sendiri, aku kesulitan mengira-ngira. Satu warung yang biasanya jual bensin masih tutup juga dan aku membesarkan hati lagi. Terus melaju dengan kecepatan sedang, satu warung lagi masih tutup. Aku mulai panik, motor sudah terasa nyendat-nyendat. Mampus! Jangan sampai, please. Semoga ada yang buka, Ya Allah. Gak mau telat, tapi kayaknya gak bisa.

Tiba di lampu merah, jarak tempuhnya udah lumayan dan tidak yakin bensinnya tadi akan cukup sampai tujuan, aku panik, gelisah, dan cemas. Warung-warung atau siapapun yang jual bensin kemana sih? Kalau di cari gak ada, giliran gak dicari kok kelihatan aja. Butuh nih. Ribut dengan diri sendiri adalah hal biasa. Tentu banyak yang seperti ini, iya kan? Ngangguk ya kalau benar. 

Aku belok kiri di pertigaan kedua, memasuki jalan raya yang tidak terlalu besar tapi cukup ramai. Ada sekolah, ada puskesmas, hal itu lah yang menyebabkan lalu lintas kendaraan ramai dan sedikit macet kalau sudah jam 7 pagi. Semenjak masuk jam 6.45, aku tidak pernah lagi terjebak macet di sana. Pagi itu pun tidak macet, karena jam masih menunjukkan pukul setengah 7. Aku masih dengan perasaan deg-degan. Satu polisi tidur terlewati. Polisi tidur kedua terlewati. Setelah itu, motor tersendat-sendat. Tiba di tikungan dan jalan yang sedikit menanjak, motorku sempurna mati total. Bensinya habis!!! 

Orang-orang dibelakangku sekitar 3 motor menatap heran, penasaran sembari bertanya (mungkin) udah rapi-rapi, malah derek motor, ban tidak gembos, kenapa tuh anak? malas isi bensin ya?. Bubar wahai prasangka-prasangka yang tidak menyelesaikan masalah. 

Aku menuntun motor ke pinggir jalan yang agak rata. Ada ibu-ibu yeng sedang jemur pakaian tapi tidak ikut campur dalam masalahku, pun ada ibu-ibu yang baru keluar dari rumahnya, udah berumur tapi masih kuat untuk jalan pelan-pelan tanpa bantuan tongkat atau sejenis. Beliau bertanya kenapa dan ku jawab kalau kehabisan bensin.

Aku sepenuhnya bingung. Air muka gak bisa dibohongin, kalau pun ada orang yang melihatku sudah bisa dipastikan mereka akan tahu kalau sedang kebingungan. Ahaha. 

Bagaimana kalau tidak ada bensin sekitar sini? 

Aku akan terlambat tiba di tempat kerja! Otakku sibuk bekerja mengingat dan memilih siapa yang bisa dimintai tolong. Percuma, gak ada yang bisa dimintai tolong karena ditimbang-timbang ini masalahnya masih bisa diatasin sendiri. 

Nuntun motor sampai ketemu bensin. Tapi, gak mungkin karena berat dan bakal capek. Haha. Atau titip motor dulu dan aku jalan mencari bensin?. Aku akhirnya memutuskan menitip motor dulu di depan rumah warga sekitar. Bertanya di mana tempat yang jual bensin terdekat, seorang ibu itu menjelaskan dengan tak yakin. Gak apa-apa, setidaknya ada harapan ada. Aku berniat ke arah yang ditunjuk ibu tersebut. 

Qadarullah. Takdir Allah berkata lain. Tiba-tiba seorang bapak yang lewat berhenti. Bertanya kepadaku sedang apa? Ada masalah apa?. Aku menceritakannya. Bapak itu langsung minta untuk menunggu.

"Sebentar mba, saya belikan bensinnya. Tunggu di sini dulu"

5 menit atau lebih aku menunggu, bapak itu kembali dengan membawa sebotol bensin. Aku membuka jok motor, dan bensinnya dimasukkan ke tangki. Setelah itu, jok motor di tutup dan menyerahkan uang untuk membayar bensinnya. 

Benar sesuai tebakanmu (kalau menebak). 

Bapak itu menolak, tidak mau uangnya diganti. Aku sedikit memaksa. Ada adegan tolak-menolak dalam seperkiann detik. Namun, bapaknya tetap tidak mau menerima. 

Baiklah. Aku tidak memaksa. Kalau pun aku jadi bapaknya, akan berlaku demikian. Hal yang bisa aku lakukan selain berterimakasih, adalah memohonkan yang terbaik ke Allah untuk takdirnya. Tidak memaksa membayar juga sebagai bentuk menghargai niat baiknya yang ingin membantu.  

Masalahku selesai. Aku bisa menlanjutkan perjalanan menuju kantor tanpa khawatir bensinnya habis. Tapi, sepanjang jalan dibuat terharu atas kebaikan bapak itu dan cara Allah membantu. 

Aku berdoa kepada Allah untuk kebaikan takdir dan kemudahan urusan bapaknya. Allah gak tidur, Allah mendengar doa-doa yang meminta kepadaNya. Sampai tulisan ini pun masih terngiang sosok bapak itu. Semoga Allah menjaga beliau dan dilancarkan rezekinya. 

#ceritakebaikanorang #tolongmenolong #orangbaik

Komentar