FourT: Teka-Teki Takdir Tuhan Part 3 #5CC #5CCDay18 #CerpenCareerClass #Bentangpustaka

Apa maksud dari semua itu, di saat Nuri mulai bisa mengelola perasaanya pada laki-laki yang sempat singgah di hidupnya. Kini datang yang baru, laki-laki yang baru saja dia kenal, bahkan memantapkan niatnya memilih Nuri sebagai rahasia dari doa-doa nya. 

Belum ada jawaban yang ditemukan oleh Nuri, setelah kejadian itu ia belum keruangan Pak Rofik lagi. Pada hari yang lain, keajaiban lain menyambutnya. Saat itu, sesampainya di depan rumah ia mengenali sepatu yang tergeletak di halaman pintu masuk. Ia mencoba mengabaikan kemungkinan-kemungkinan yang sedang terpikirkan. Gak mungkin, gak. Sepatu itu bukan barang terbatas atau khusus. Wajar bakal banyak yang punya. Ia buru-buru masuk, mencoba bersikap biasa saja tapi tidak bisa.

Detak jam terasa berhenti berdetak, angin pun ikut tak berhembus, suara-suara lainnya sepakat untuk membisu ketika kata-kata itu terucap oleh laki-laki yang telah lama ia kenal, laki-laki yang pernah menjadi harapannya dulu hingga sekarang pun masih. Laki-laki itu menyatakan keinginan seriusnya di depan keluarga Nuri. Laki-laki yang biasa ia panggil dengan Kak Salam. Nuri membisu, darahnya seakan berhenti mengalir, Kakinya lemas. Ia hanya berdiri seperti patung, ketika semua orang melihatnya. Termasuk Kak Salam.

Ibu mendekati putri kecilnya itu, lalu menagajaknya untuk duduk bersama. Semua menunggu sepatah kata terucap dari Nuri. Ia hanya bisa menunduk, tatapannya kosong, mata itu kembali berkaca-kaca. Dengan suara berat akhirnya ia berkata sesuatu.

“Untuk semua ini, biarkan Nuri berpikir dulu. Nuri tidak bisa menjawabnya sekarang” ibu merangkulnya.

Salam yang mendengar itu mengangguk dan meninggalkan rumah Nuri dengan perasaan tak menentu. Nuri memeluk ibunya, ia menangis sejadi-jadinya. Ia tak bisa berkata. Ayahnya juga memeluk putri kecilnya. Keputusan yang harus Nuri ambil jauh lebih sulit dari sebelumnya. Tentang memilih. Tentang laki-laki yang baru ia kenal, dan telah ia kenal lama. Tentang keseriusan mereka. Tentang kenyamanan, cinta dan perasaan. Nuri menjelaskan segalanya, termasuk keseriusan laki-laki yang baru ia kenal. Kedua orang tuanya menyerahkan pilihan itu kepada Nuri, kedua orang tua dan kakak kembarnya hanya memberikan pandangan. Nuri, melakukan sholat istikharah. Setiap di sepertiga malam ia terbangun, dan menagis di atas sajadah. Ia menceritakan segala nya, tentang siapa yang harus ia terima, lelaki yang baru ia kenal atau yang telah lama di kenal.

Di hari libur kerja, Nuri bertemu dengan Desy. Keduanya janjian bertemu di cafe langganan. Cafe yang bernuansa persawahan karena memang dibangun di tengah sawah. Padi-padi yang tumbuh dengan baik, ujungnya bergoyang-goyang karena angin cukup kencang. Cafe itu berbentuk memanjang. Sebelum masuk ke dalam cafe, ada spot foto dengan tema yang berbeda. Biasanya pengunjung akan sesi foto terlebih dahulu bersama. Bagusnya di cafe ini ada pelayan yang siap direpotkan untuk mengambil foto. Bagian dari fasilitas di cafe tersebut. Nuri dan Desy tidak tertarik karena kedua makhluk tersebut begitu anti foto. Kalau Nuri masih mending mau kalau diajak, sedangkan Desy tidak sama sekali. Jika orang-orang capek dengan sesi foto, maka Desy akan capek melihat begitu banyak ekspresi orang saat di foto.

Nuri dan Desy masuk dan dilayani langsung. Kursi dan meja yang menghadap pematangan sawah adalah pilihan terbaik. Nuri menerima buku menu yang diberikan oleh pelayan dan mulai menulis apa saja pesanannya. Cafe ini terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama diisi oleh kasir dan banyak tempat duduk serta kamar mandi. Lantai 2 ada mushollah dan tempat bermain anak-anaknya. Lantai 3 hanya terdiri dari beberapa kursi dan meja. Setelah selesai memesan, maka pelayan mendatangi meja makan. Semua pesanan sudah terpesankan. Desi membaca gelagat Nuri yang berbeda hingga membuatnya ingin tahu apa yang sedng terjadi, dan berseru.

“Kamu kenapa? Ada yang mau diceritakan?” Tanpa basa-basi, langsung ke tahap permasalahannya.

“Aku berada di persimpangan jalan dari 2 pilihan. Pilihan yang gak mudah.” Mata Nuri terlihat sayu.

“Yang kemarin ya?” Tanya Desi.

Nuri menggangguk.



Bersambung...

#5CC #5CCDay18 #Cerpen #Cerpencareerclass #Bentarpusaka

Komentar