Pada sore hari yang lain, Nuri tidak sengaja berpapasan
dengan Kak Salam. Keduanya bertemu saat menuju ruangan kelas belajar yang
sedang diikuti. Awalnya mereka tidak saling tahu berada di kelas yang sama.
Setelah putus, barulah ketahuan satu sama lain. Keduanya memang gila belajar.
Mungkin itulah salah satu alasan kenapa Nuri begitu menyukai Kak Salam. Nuri
melihat ada sosok dirinya dalam diri Kak Salam. Keduanya canggung dan serba salah tingkah. Nuri mengira
tidak ada percakapan
yang berlangsung namun keliru.
“Kamu
apa kabar? Sepertinya semua
baik-baik saja kulihat.” Akhirnya laki-laki
itu membuka percakapan.
“Alhamdulillah, semua baik-baik saja seperti yang
terlihat, Kak. Kak Salam sendiri bagaimana kabarnya?” Nuri mengatakan semuanya
berjalan lancar.
“Semua juga baik-baik saja. Tapi 2 hari lalu Mama sempat
sakit” Jawab Kak Salam
“Oh ya? sakit apa Mama? Sekarang bagaimana?” Nuri sedikit
terlihat khawatir. Ia tahu betapa baik Mama Kak Salam.
“Sudah membaik dan kembali beraktivitas walaupun ya gitu,
dikit-dikit.” Senyum Kak Salam
mengakhiri kalimat membuat Nuri salah tingkah.
Obrolan itu berlanjut hingga masuk kelas. Jam belajar di
mulai 15 menit lagi, waktu yang banyak bagi dua insan itu berbincang banyak
hal. Kak Salam lalu menceritakan beberapa
kesibukan akhir-akhir ini, laki-laki itu juga mengatakan akan wisuda tahun depan. Nuri tidak banyak berkomentar.
Hanya mendengarkan, sesekali mengiyakan. Hubungan mereka baik-baik saja, hanya
statusnya yang berbeda. Ia
juga menceritakan kesibukannya. Tidak ada yang menyinggung terkait jawaban dari Nuri, dan Kak
Salam pun tidak mendesaknya. Percakapan itu selesai setelah keduanya harus
masuk kelas.
Nuri belum memiliki jawaban atas pertanyaan dan
permintaan Kak Farhan atau Kak Salam. Ia masih sangat ragu meski sudah meminta
bantuan kedua orang tua. Nasehat dari orang-orang yang ia minta kembali
teringat. Percakapan di suatu pagi, ayah menghampiri ketika melihat Nuri sedang
menatap kosong tanaman di taman.
“Nuri, kehidupan menikah itu bukan hal mudah tapi tidak
juga sulit. Maka kamu perlu punya pasangan hidup yang bisa fleksibel dan
menikmati fase-fase itu” Ayahnya melempar senyum diujung kata.
“Apakah Nuri memang sudah siap, Pak? Nuri merasa masih
belum siap.” Kecemasan lain yang mengganggu pikiran Nuri selama beberapa hari
yaitu kesiapannya memasuki fase baru dalam kehidupan.
“Yang paling tahu sudah siap atau gak, ya, kamu sendiri.
Cuma, di kondisi seperti ini biasanya kita cenderung berpikir pendek dan takut.
Kalau di mata ayah, kamu udah punya kesiapan.” Jawaban Ayah membuat Nuri
menganggukkan kepala. Entah pertanda mengerti atau bingung. Semoga saja yang
yang bagian mengerti.
“Karena kalau nunggu sudah siap semua, ga mungkin gitu
ya, Pak?” Tanya Nuri
“Iya, Ayah dulu waktu ngelamar Ibu modal nekat. Entah apa
yang sedang Ayah pikirkan waktu itu. Nekat dan bermodalkan uang 150ribu, datang
ke rumah Ibu untuk melamar.” Ayah terkekeh mengenang ceritanya sendiri.
“Lebih parah lagi, neneknya kamu. Waktu ayah bilang mau
lamar ibu, nenek sampai shock dan lemes. Kata nenek waktu itu; kamu mau ngasih
apa ke istrimu kelak?” Nuri berubah sumringah.
“Ibu gak nolak Ayah?” Nuri bertanya, penasaran karena
tidak pernah tahu cerita kedua orangtuanya.
Ayahnya menggeleng, tidak.
“Iya, Nuri. Ayahmu dulu benar-benar nekat. Termasuk nekat
memilih Ibu.” Ibu ikut nimbrung percakapan anak dan ayah di pagi hari, di teras
rumah.
“Ayahku memang terganteng dan termantap” Seruku dengan
keras dan tertawa bersama
“Yang sabar ya, Nak. Jangan buru-buru Tuhan juga,
sewajarnya. Pilihlah agamanya baik, setelah itu baru turun ke fisik dan
keluarga besarnya. Pilihlah mereka yang berkenan mendukung apapun pilihan kamu
kelak.”
“Sedikit capek, Bu.” Keluh Nuri.
“Gak apa-apa, lebih baik capek dalam mempersiapkan, Nak.
Dari pada capek setelah semua menikah.” Ibu kembali mengelus lembut pundak
putri kecilnya yang sudah galau memilih jodoh.
“Kalau Ibu, lebih condong ke siapa?” tanya Nuri iseng
sambil menunjukkan foto kedua laki-laki hebat dan berani itu.
“Ibu bingung.... karena gak ada yang gantikan ayah.”
Bersambung...
#5CC #5CCDay20 #CerpenCareerClass #BentangPustaka
Komentar
Posting Komentar