Hari ke-1: 3 Hal Di Rumah Yang Membantu Aku Agar Tetap Be Okay #CeritaNcus #RamadanBercerita #Challenge
Aku mau nulis apa ya? Kalau berdasarkan judul di atas bakal menyebutkan
3 hal yang ada di rumah dan sangat membantu ku agar tetap waras. Cukup
mengambil waktu beberapa menit memikirkan apa saja benda penting tersebut.
Tercetuslah mesin cuci, kamar, dan kasur. 3 elemen tersebut sangat berarti
dalam kehidupanku, tanpa mereka dunia ini tidak dalam kondisi baik-baik saja
melainkan ngeluh sana dan ngeluh sini.
Singkat cerita, selama 30 hari Ramadhan 1444 H akan menulis setiap hari dengan tema yang berbeda. Tema-tema tulisanku bukan buatan sendiri, melainkan diambil dari pertanyaan di aplikasi Gratitude. Semacam aplikasi untuk ngejurnal dan dapat didownload gratis lewat play store. Setiap hari akan diberi challenge pertanyaan yang harus dijawab. Kadang ada beberapa program #challenge lainnya. Selengkapnya, bisa langsung cek aplikasinya ya.
Kali ini, aku mau fokus
cerita terkait alasan milih 3 hal yang disebutkan di atas. Ya walaupun gak
penting amat, tapikan hal itu hanya berlaku untuk sebagian orang yang memang
menjadikan diriku bukan hal penting dalam hidupnya. Sedangkan, bagi yang
menjadikan diriku penting dalam hidupnya, akan senang saja. Awwwwwwww, sedang
ngomong apa? Wkwkw, iya, sedang menyemangati dan menghibur diri sendiri. Tapi,
percaya bahwa manusia di dunia ini seperti buih di lautan, banyak dan tak
terhitung, satu atau dua orang pastilah menyangkut punya pengalaman atau alasan
hidup yang sama denganku. Baik, ngocehnya terlalu banyak. Lanjut cerita ya, kenapa mesin cuci,
kamar, dan kasur sangat penting?
Lets Goooooooooooo. Eh, bentar cek WA dulu, ada pesan masuk.
Bukan hal yang
dikagetkan lagi bagi keluarga atau teman-teman yang mengenalku sejak
lama dan pernah main ke rumah yaitu melihat tumpukan baju kotor atau menyaksikan
pakaian yang dicuci memenuhi tali jemuran. Duh, kalau diinget-inget banyak
sekali hal konyol. Malu sekali kalau diceritakan di sini, jadi aku skip. Lha,
penasaran? Enggak ya? Wkwkwk. Kali aja ada teman-temanku yang mampir blog trus
membaca cerita ini dan berbagi uneg-unegnya atas kekonyolanku terkait pakaian di
kolom komentar.
Aku heran, kenapa baju kotor itu cepat sekali banyak. Padahal
baru nyuci 2 atau 3 hari sebelumnya. Rasa-rasanya hidupku penuh dengan kegiatan
mencuci. Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk mencuci kalau sudah banyak saja. Lagi
pula, nyuci tiap hari capek banget. Pun heran, tiap mau keluar rasanya selalu
merasa gak punya baju yang cocok satu sama lain, tapi setiap harinya juga
marah-marah kenapa banyak baju bertebaran.
Aneh tapi nyata.
Sehingga, saat ada mesin cuci di rumah keluarga (tempat aku
menumpang tinggal) rasanya satu masalah hidupku sudah bisa teratasi. Setidaknya,
aku hanya akan tiap berapa kali dalam seminggu mencuci dengan mesin cuci atau
sesekali cuci pake tangan (ngucek) untuk pakaian yang memang tidak bisa dimasukkan
ke mesin cuci. Setiap pagi sebelum berangkat kerja, aku masukkan cucian dulu
dan dijemur saat pulang kerja. Atau, saat sore pulang kerja bisa digunakan untuk
mencuci. Selain itu, pas weekend, hari bersih-sersih satu dunia. aku tetap waras di tengah keluhan gak ada
baju setiap buka lemari padahal tumpukan pakaiannya sudah penuh dan
sesak.
Aneh tapi nyata.
Yang kedua, kamar. Sebagai anak yang mengisi energi dengan cara
mengurung diri dan berdiam diri dalam suatu ruang tanpa ada yang mengganggu
selama 2-3 jam sangat membutuhkan sebuah kamar yang private serta personal. Kamar
adalah hal penting. Sekali tidak punya kamar, aku merasa tidak memiliki rumah
untuk tempat pulang dan melepas penat. Aku pernah tidak punya kamar (lagi),
yang kamar khusus gitu bukan sekedar ruangan untuk tidur. Stress banget
karena berasa gak punya ruang private. Akhirnya
aku tidak baik-baik saja dan merusak segala urusan yang lain. Dulu, aku merasa
perasaan itu adalah hal yang berlebihan, ternyata enggak. Itu tandanya aku
mengenal kebutuhan sendiri dengan baik. Ketika kebutuhanku tidak terpenuhi,
maka menjadi masalah dan harus bisa mengatasinya walaupun dengan cara dan waktu
yang tidak sebentar. Sabr is the keyyyyyy.
Kemudian, akhirnya aku berdamai dengan banyak hal sejak saat
itu (setelah ngamuk sama diri sendiri dan merasa hopeless). Alhamdulillah,
sekarang udah tahu caranya memenuhi kebutuhanku tanpa harus menyalahi takdir. Aku
sungkem ke takdir karena suka menyalahkan dia. Padahal gak salah apa-apa. Ya,
namanya juga dia berurusan sama cewek sih, kembali ke pasal pertama cewek
gak pernah salah. sedapp!! Bukan mie yak. HaH, Cuakhxzzzzzzz.
Di dalam ruangan yang tertutup, energiku yang terkuras akan
kembali terisi.Terkait pentingnya punya kamar tersendiri mengingatku pada
sebuah drama korea yang berjudul Because, This Is My First Life. Singkat
cerita, pemeran utama cewek bercerita sedang membaca sebuah novel dan pada
salah satu babnya ada bab Room 19. Bab tersebut menceritakan bahwa ada seorang istri yang
meminta sebuah ruangan khusus untuk dirinya sendiri kepada pasangan (suami). Ruangan
tersebut tidak boleh diganggu atau dijadikan ruangan berkumpul keluarga. Ruangan
tersebut khusus untuk dirinya, yang digunakan untuk melakukan hal-hal yang ia
sukai dan tidak terganggu oleh orang lain. Ceritanya deep banget. Kurang lebih
begitu, selengkapnya coba tengok dramanya atau searching google. Mohon maaf.
Betapa pentingnya sebuah ruangan private, apalagi kalau
seseorang itu adalah tipe introvert, ruangan untuk menyediri seperti menemukan
emas di tengah lautan batu bara.
Yang ketiga, kasur. Begitu banyak orang yang bekerja keras. Ada
yang hasil kerja kerasnya cukup untuk 7 keturunan, tapi ada juga yang untuk
hari itu dicukupkan bahkan kurang. Namun, bukan itu yang akan dibahas, melainkan
hal lain yaitu bagaimana masing-masing mereka merebahkan
dan meluruskan tulang-tulangnya yang digunakan untuk bekerja dan belajar.
Saat pulang kerja atau urusan keluar wajib rebahan dulu baru
melakukan pekerjaan lainnya. Rebahannya tidak bentar, kadang dalam hitungan
jam. Setelah itu, bisa memulai melakukan pekerjaan lain. Apalagi rebahan di
kasur, duh, MasyaAllah, nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan. Sehingga,
perlu ada kasur untuk menompang tubuh jompo kaum muda yang pulang banting
tulang dan emosi wkwkwkwk. Kasur yang seadanya, kalau pun ada yang bagus dan
empuk adalah sebuah bonus. Bukankah dalam hidup ini harus belajar merasa cukup?
Termasuk jika semua hal penting yang dirasa perlu ada tapi belum bisa dibeli,
maka merasa cukup dengan yang dimiliki saat sekarang jauh lebih baik dan
bersabar dengan semuanya.
Terimakasih sudah membaca, selamat menjalankan ibadah puasa.
With Love.
Komentar
Posting Komentar